Suara rintikan hujan terdengar dari sudut kamar Rini, kamar yang tak begitu luas selalu membuat diri seorang gadis ini penuh dengan ketenangan. Rini adalah seorang gadis semata wayang yang tingginya sekitar 167 cm dengan wajah yang sangat polos. Di setiap pagi biasanya Rini selalu tepat waktu masuk ke kamar mandi untuk membesihkan diri. Tapi hari ini berbeda dengan hari yang lain, dimana anak sekolah tidak pergi untuk menuntut ilmu, malahan mereka masih berbaring di dalam kamar, apalagi rintikan hujan pagi ini ditambah dengan hembusan angin yang mendayu-dayu seolah menyuruh mata untuk terpejam, tak lupa dengan kain tebal yang menyelimuti seluruh tubuh.
Berbeda dengan sosok rini yang masih mengikuti aturan setiap pagi, namun setiap hari minggu Rini sedikit melencengi aturannya, apalagi hujan turun hari ini, jadi ia harus menunggu kapan hujan itu akan berhenti, karena udara di dalam kamar Rini mengalahkan suhu yang ada di dalam kulkas. Rintikan hujan dari dini hari masih jatuh di permukaan bumi, Rini yang dari tadi duduk di depan jendela kamar terus berharap dengan memejamkan matanya. Namun tak lama kemudian sesosok sinar mentari muncul dari kegelapan langit yang telah membuka tirai kehangatan. Terangnya sinar mentari seolah memberikan senyuman pada semua orang terlebih lagi pada Rini yang telah menantinya.
Rini langsung bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah ia selesai mandi ia tak pernah lupa membersihkan kamarnya terlebih dahulu sebelum ia turun ke bawah untuk menghampiri mama dan papanya. “Mama, Selamat pagi!!.” seru Rini dengan wajah yang tampak cerah. “Pagi sayang, eh tumben Rini cantik hari ini, biasanya jam segini masih tidur.” ujar mamanya sambil melirik ke arah Rini. “Ih mama, Rini kan selalu tepat waktu, apalagi nasi goreng buatan mama itu enak, wih pedesnya itu loh ma, emmm terasa di lidah, kan sayang jika Rini harus ngelewatin setiap pagi.” Balas Rini sambil membayangkannya dengan serius. “Anak mama ya, kalau makan nomor satu.” “Hehe, oh iya ma, papa kemana, kok Rini nggak ngelihat papa?” Tanya rini dengan wajah yang kebingungan. “Papa udah pergi dari tadi, katanya ada urusan sebentar.” Jelas mama sambil duduk di kursi. “Padahal hari ini kan hari minggu kenapa masih ada urusan”. Ujar Rini dengan nada sedikit kesal. “Rini, nggak hanya hari kerja saja punya urusan, hari libur juga ada, nanti jika kamu udah dewasa dan punya pekerjaan kamu akan mengerti semuanya.” Jelas mama sambil melihat mata Rini. “Apa iya ma, tapi jika Rini udah besar dan punya pekerjaan Rini akan mengosongkan waktu libur Rini.” Ujar Rini dengan penuh semangat. “Haha, ayo cepat makan, udah mama siapin semuanya nanti keburu dingin.” Ujar mama sambil membuka makanan yang ada di meja makan. “waaah, makasih mama cantik, asyik nih, Rini makan ya ma.” Ujar Rini dengan mata melebar sambil mengambil makanan yang ada di meja. “kamu emang nggak pernah berubah.” Ujar mama sambil tertawa kecil.
Selesai menyantap makanan, Rini tak pernah lupa, bahkan selalu membantu mamanya dengan membersihkan meja makan dan mencuci piring bekas makan mereka. Setelah semuanya beres, Rini selalu menempatkan dirinya duduk di ruang tamu sambil membaca majalah yang sudah terletak di atas meja.
“Rini lagi ngapain?” Tanya mama sambil menuju ke arah Rini yang hendak duduk di sampingnya. “Lagi baca majalah nih ma.” Balas Rini yang fokus dengan majalahnya. “Nggak ngumpul sama teman-teman kamu Rin?” Tanya mama sambil memandang wajah Rini. “Nggak ma.” Balas Rini dengan santai. “Loh kenapa, bukannya dulu kamu sering pamit sama mama, mau ngumpul sama teman-teman.” Tanya mama dengan penasaran. “Itu dulu ma, setelah Rini pikir-pikir sekarang, ngumpul sama teman-teman ngabisin waktu aja.” Jelas Rini yang masih mengfokuskan majalah yang ada di depan matanya. “wih, anak mama udah semakin besar ya, tapi ngumpul sama teman itu ada manfaatnya jika kita mempergunakannya dengan benar, sehingga waktu yang kita gunakan untuk hal itu tak menjadi sia-sia dan tak terbuang percuma.” Jelas mama sambil mengambil majalah yang lain di atas meja. “Oh iya, benar juga kata mama, Rini sudah pikir-pikir lagi bahwa Rini akan berubah.” Ujarnya dengan semangat sambil menggenggamkan tangannya ke atas.
Belum sempat mamanya membuka mulut. “Tapi tidak sekarang, Rini kan udah kelas 2 SMA Dan juga sebentar lagi ujian kenaikan kelas, Rini akan fokus pada pelajaran baik itu di sekolah maupun di rumah.” Sambung Rini dengan nada penuh semangat. “Nah, ini yang mama suka dari Rini, mama bangga punya anak seperti Rini.” Ujar mama dengan melirik Rini. “Haha, mama, baikalah ma, Rini akan janji pada mama akan menjadi yang terbaik buat mama dan Rini janji nggak akan nyusahin mama.” Ujar Rini dengan penuh percaya diri. “Janji ya, awas kalau sampai nyusahin mama”. Ujar mama sambil mengusap kepala Rini. “Oke bos!!” Kata Rini dengan nada tinggi. “Haha.. kamu ya.” Kata mama sambil mengelitik pinggang Rini yang ikut tertawa juga.
“Aduh apa ini yang lucu, kok nggak ajak papa ketawanya.” Ujar papa yang baru pulang sambil duduk di sampinya Rini. “Eh papa, papa udah pulang, papa dari mana sih, kok lama pulangnya.” Tanya Rini dengan muka kesel. “Iya sayang papa tadi ada urusan sama teman papa, jangan ngambek ya?” Jawab papa sambil melihat wajah Rini. “Nggak marah kok pa, Rini kan udah besar, jadi Rini bias ngertiin itu semua.” Balas Rini dengan muka yang serius. “Haha, anak papa udah makin besar saja, oh iya papa ada usulan, gimana kalau liburan tahun ini kita pergi ke rumah nenek, udah lama kita nggak kesana.” Kata papa sambil melihat wajah istrinya dan Rini. “Boleh tu pa, Rini setuju dengan usulan papa, mama juga setuju kan?” Tanya Rini dengan wajah memelas. “Tentu mama setuju dong. Eits, tapi kamu harus janji dulu sama mama dan papa, pertahankan nilai rapor kamu itu.” Ujar mama sambil menatap wajah Rini. “Oke ma, Rini janji akan mempertahankan nilai rapor Rini ma.” Jawab Rini dengan nada semangat.
Seminggu telah berlalu, pagi harinya Rini bersiap ke sekolah seperti biasa. Ia bersemangat sekali untuk menunaikan janjinya kepada mama dan papa. Jam ujian pertama dimulai, Rini menjawabnya dengan tenang, seminggu sebelum menghadapi ujian ia telah memantapkan diri untuk belajar dengan giat, tapi sebenarnya Rini memang anak yang rajin, tak hanya saat mau ujian saja ia belajar, tapi ia selalu mengosongkan waktunya untuk belajar dan selalu mengulangkan pelajaran yang dipelajarinya di sekolah.
Hari demi hari telah berlalu, dan tiba masanya untuk pembagian rapor. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia, Rini mendapatkan peringkat ke-2 dari 30 siswa.
Setibanya di rumah belum sempat meletakkan tas di kamrnya, Rini menuju mama dan papanya. “Mama, papa.. Rini dapat juara 2.” Teriak Rini dengan nada keras yang menandakan kegembiraannya. “wah, anak mama hebat ternyata perjauangan kamu membuahkan hasil yang cukup memuaskan.” Ujar mama sambil memeluk Rini. “Udah, dikarenakan Rini menepatkan janji pada kita, besok kita akan berangkat ke rumah nenekmu di Tulangagung.” Kata papa sambil melihat wajah Rini yang penuh dengan kegembiraan.
Sebelum keberangkatannya, Rini dan keluarganya mengemas pakaian yang hendak dibawa besok. Malam telah menutup tirai keterangan, Rini bersemangat dan tak sabar menunggu besok. Seperti biasanya Rini selalu tidur sebelum jam 10 malam, ia tidur dengan wajah yang cerah.
Cerpen Karangan: Lenni Anggraeni Blog / Facebook: Lenni Anggraeni 16 tahun SMA N 2 Selatpanjang