Penutupan KBM, Istirahat pertama, 09/03/22. “Besok remidial Matematika”. Satu kalimat yang dikeluarkan Guru itu mampu membuat sebagian kecil murid di kelas hampir menggelepar seperti ikan yang ditaruh di daratan. “Maiza, Afiqah, Nasywa, Lubna, Annisa, Aqilla, Nia, Nisrina, Alya, Adel…” Sambil membacakan daftar nama murid yang remidial satu persatu, guru itu menatap tajam setiap murid yang ia sebutkan namanya. Tidak mengagetkan, melihat hasil ujian mereka minggu lalu yang sangat tidak memuaskan. Bahkan Afiqah yang terkenal pintar pun termasuk.
“Setidaknya lebih cukup dari yang bulan lalu, ‘kan?” Ujar Nisrina, tersenyum menyeringai, tidak peduli fakta bahwa dirinya juga salah satu yang akan mengikuti remidial besok. “Gausah sok keras. Mending kau belajar langsung sekarang” Salsa menatap Nisrina, dengan serius. “Dia gak peduli juga, kau juga santai aja lah Sal” Aku menepuk pundak 2 kawan baikku itu.
Di barisan meja terdepan, Afiqah, Maiza, dan Nia yang ikut bergabung dengan mereka, ribut sendiri membahas remidial itu. Asha sedikit lega, menenangkan dirinya, bahwa ternyata tidak ada remidial apapun yang harus dia ikuti. Alya meletakkan kepalanya pasrah di atas meja. Sementara itu, Guru Matematika kami masih duduk di tempatnya, merapihkan tumpukan kertas ujian minggu lalu dan buku-buku materi lainnya, kemudian bersiap meninggalkan ruangan. “Jangan rame ya, tunggu Guru selanjutnya. Dipersiapkan dulu untuk yang ikut remidial besok.” Guru itu meninggalkan ruang kelas. Kemudian, satu kelas riuh rendah. Saling membahas hal-hal random dengan teman sebangku masing-masing.
Aku berdiri, mengeluarkan selembar uang kertas 10.000 yang sudah lecak-lecak dari saku dadaku. Selangkah lagi menuju pintu kelas, seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh. Asha. “Mau jajan?” Tanyanya. Aku mengangguk. Nia berlari menyusul kami. “Pak Wakin, yuk?” Nia mendorong punggung kami. Kami berjalan beriringan menuruni tangga, menuju koperasi sekolah yang menjual ATK dan berbagai makanan ringan juga. Melewati lantai 1, Aku menoleh ke arah kamar mandi bekas di samping tangga. Sosok itu. Berusaha melupakan apa yang kulihat barusan, Aku menyusul teman temanku yang sudah berlalu beberapa langkah didepanku.
Perwalian, 10/03/22 Hari remidial. Anak-anak itu, yang mengikuti remidial, terlihat jelas kantung matanya, melebihi kantung mata Salsa. “MTK jam terakhir, masih ada waktu banyak dari istirahat pertama dan istirahat kedua sampai jam MTK. Kalian belajar dulu saja.” Guru Matematika mengingatkan kami. Aku tenang-tenang saja, toh aku juga tidak mengikuti remidial juga. Maiza, entah mengapa sejak melewati tangga lantai satu, terpaku di depan kamar mandi kosong itu. Aku bisa menebak apa yang dilihat Maiza, tapi aku tidak peduli. Tentunya, pasti sosok itu lagi.
Aku dengan cepat menarik tangan Maiza ke lantai 2, memasuki ruang kelas. Aku berbisik, “Gak usah dipikirin lagi. Jangan diliatin kalau dia muncul lagi.” Maiza mengangguk. Kami duduk di tempat masing-masing, menunggu kedatangan Guru pelajaran pertama.
Remidial MTK, Pelajaran terakhir, 10/03/22 Maiza, duduk di kursinya sambil mengacak-acak rambutnya. Tak terpikir satu jawaban pun di kepalanya. Semakin tak tenang hatinya, melihat murid lain sudah selesai mengerjakan remidial. ‘Fix, hari ini Aku pulang sore’, pikirnya.
03:25, 10/03/22 Maiza masih duduk di tempat duduknya, sendirian, didalam kelas. Terlintas di benaknya untuk membolos melalui pagar belakang, tapi teringat lagi sosok itu di kamar mandi belakang tangga.
03:30, 10/03/22 ‘Akhirnya selesai’ Maiza meletakkan lembaran kertas soal di meja guru. Membereskan mejanya, memasukkan semua barang kedalam tasnya, berlari menuruni tangga. Maiza berhenti. Sialnya, pintu tangga sudah dikunci. Mungkin ia terpaksa menginap disitu, sampai petugas datang membukakan pintu tangga. Baru sebentar ia duduk di anak tangga terbawah, sekelebat bayangan lewat. Sosok itu lagi.
Pagi hari, 11/03/22 Ditemukan mayat seorang murid perempuan, tewas terduduk di tangga, diduga karena serangan jantung mendadak. Aku menyeruak kerumunan, sekedar penasaran dengan identitas mayat itu, yang tidak lain tidak bukan adalah teman sekelasku. Maiza. Seperti biasa, kejadian di tangga. Dan seperti biasa, pelakunya tidak ditemukan. Sosok itu, berulah lagi.
Note: cerpen ini kubuat siang bolong, ditengah kegabutan unfaedah, tetiba terpikir untuk menulis cerpen. nama karakternya kubuat berdasarkan teman teman kelasku, karena tak terpikir lagi nama karakter yang lain. cerita ini berpotensi lanjut, mengingat masih banyak karakter lain dan karakter yang akan kutambahkan, juga penjelasan tentang sosok itu. nanti kubuat part 2 nya kalau pembaca bahkan moderator penasaran tentang sosok itu. di case selanjutnya aku bakal ngehidupin Maiza lagi kok, soalnya next korbannya Qila, ceritanya tentang model anatomi manusia di laboratorium kelas kami. tapi tentunya setelah aku keluarin chapter 2 nya dulu. makasih udah baca! ~ Keysheva, 02/04/22.
Cerpen Karangan: Key
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com