Seorang anak laki-laki tinggal di sebuah kota. Ia selalu bermain sampai sore. Tak jarang jika ibunya selalu memarahinya.
Suatu ketika, ia melewati sisi lain kota dengan sepeda. Hari itu sudah sore. Anak itu melewati sebuah rumah tua. Penasaran, ia mencoba masuk ke dalamnya.
“Bagusnyaa,” katanya sambil melihat isi rumah tersebut. Banyak perabotan yang sudah berdebu. Ia terus berkeliling.
Sesosok anak laki-laki lain muncul di tangga. Pakaiannya compang-camping. Ia menatap anak laki-laki yang masuk ke rumah itu. “Hei,” panggilnya. Anak laki-laki yang satunya kaget. Namun dasar anak pemberani, ia malah mendekati anak laki-laki yang memanggilnya tadi, mengajaknya berkenalan.
Berdasarkan obrolan mereka, anak laki-laki itu pemilik rumah tua tersebut. Ia bernama Louis Adern ke 12. Namun karena keluarganya sudah meninggal dalam suatu kecelakaan kereta, ia tinggal sendirian di rumah itu. Ia tidak mau tinggal di panti asuhan.
Louis berterima kasih atas kunjungan anak laki-laki tersebut. “Datang lagi ke sini besok ya!” ucapnya. Anak laki-laki tersebut mengangguk lalu pulang ke rumah.
Sampai di rumah, anak laki-laki itu kembali dimarahi ibunya. Ia hanya mencibir, lalu mandi. Ketika makan malam, ia bercerita kepada keluarganya perihal rumah tua dan Louis. Semua kaget. “Kamu ngapain main ke sana? Katanya disitu rumah angker lho!” kakaknya menanggapi ceritanya. “Apa buktinya?” Anak laki-laki tersebut bertanya dengan kalem. “Kata temanku, dia pernah lihat sosok anak laki-laki lho. Dia ada di beranda rumah setiap sore,” cerita kakaknya. “Ah, kalau pemberani, besok kesana aja bareng aku. Ajak temanmu juga kalau perlu. Dia baik kok,” bantah si anak laki-laki. Sementara itu, ayah ibunya yang tidak percaya takhayul, langsung menanggapi mereka. “Kurasa ini akan jadi kasus baru kita,” kata sang ayah dengan gaya Sherlock Holmes, seorang tokoh dari novel detektif. Mereka pun sepakat hendak mengungkap misteri rumah tua itu.
Sepulang sekolah, keluarga itu ditambah dengan teman kakak anak laki-laki itu berangkat ke rumah tua. Sampai di sana, anak laki-laki itu memanggil Louis. Tak ada jawaban. Akhirnya mereka menjelajah rumah tersebut. Banyak barang-barang yang berdebu dan rusak. Mereka sampai di sebuah kamar di lantai atas. Kamar tersebut terlihat rapi.
Anak laki-laki itu pun turun ke bawah, kembali ke teras. Ia melihat Louis dari kejauhan. “Lou! Louis!” panggilnya. Anak itu melambaikan tangan. Tangannya menjinjing kantong plastik. Anak laki-laki itu berlari menyongsong Louis. Ia bercerita jika keluarganya turut penasaran dengannya. Mereka pun memasuki rumah tersebut. Anak laki-laki itu memanggil keluarga dan teman kakanya. Mereka segera berkumpul di ruang tamu. Louis pun berkenalan dengan keluarga tersebut dan teman sang kakak.
Tadi, Louis sedang bekerja di sebuah bangunan yang sedang dibangun. Ia pun diberi upah oleh mandor. Beberapa lembar uang dan makanan. Teman kakak anak laki-laki tersebut pun malu. Ia terlalu cepat menilai. Ia pun berjanji tidak akan begitu lagi. “Hahaha, lain kali kalau lihat sesuatu, usut sampai tuntas. Jangan asal sebar,” tawa Louis.
Mereka berencana merenovasi rumah Louis. Sementara rumah tua itu diperbaiki, Louis diajak tinggal di rumah anak laki-laki tersebut. Ia juga disekolahkan bersama anak laki-laki itu.
Beberapa bulan kemudian, rumah Louis selesai direnovasi. Ia mengajak beberapa gelandangan agar tinggal bersamanya, karena rumah itu terlalu besar untuk ditempati sendirian. Anak laki-laki itu pun sering main ke sana. Ia mengajak teman-temannya. Akhirnya, Louis pun punya sahabat dan keluarga baru.
End
Cerpen Karangan: Josephine Minerva Blog / Facebook: Shepi GO
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com