Belum lama ini aku melihat seorang ibu dengan anak laki-lakinya baru saja pindah ke apartemen yang kami tinggali. Dan kini, mereka tinggal tepat di atas apartemen kami.
Malam demi malam berlalu. “Sayang, kamu dengar suara itu?” tanyaku heran. “Aku tak mendengar apapun, mungkin karena kau terlalu lelah, tidurlah,” ucap istriku.
Tak ada yang aneh memang. Sampai di hampir setiap malam, aku mendengar suara seperti hentakan sepatu berhak, tepat di atas apartemen kami.
“Sayang, aku mendengarnya lagi,” ucapku sedikit kesal. Dengan tenang, istriku menjawab, “Mungkin mereka sedang berpesta. Sudahlah, ayo tidur,” Dan akupun tertidur, walau tak begitu nyenyak.
Bulan demi bulan berlalu dan aku masih saja mendengar hentakan itu di setiap malam dan iramanya selalu saja sama.
“Sayang, setiap kali aku mendengarnya, aku semakin penasaran, tapi apa yang bisa kulakukan?” “Seharusnya kamu meniruku, mengabaikan apa yang kudengar. Anggap saja seorang gila sedang berdansa di tengah malam. Sudahlah, aku mengantuk,” ungkap istriku. Ternyata selama ini istriku juga mendengarnya. Tapi tak Ia hiraukan.
Tahun demi tahun berlalu. Besoknya setelah pulang bekerja, aku melihat ada kerumunan orang di apartemen kami, tepatnya di atas.
“Ada apa ini pak?” tanyaku pada seorang petugas. “Ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri,” jawab petugas tersebut. Aku pun terkejut, bahkan sangat. Kenapa bisa terjadi hal semengerikan itu?
Malam pun tiba. Saat kami hendak makan malam. “Risa sayang, ayo segera makan dan kerjakan PR-mu,” teriak istriku dari arah dapur. “Baik ma,” sahut Risa, putriku yang kini telah memasuki usia 7 tahun.
Selesai makan malam. “Pa, nanti bantuin aku kerjain PR ya,” pinta Risa. “Dengan senang hati sayang,” ucapku lembut.
Beberapa saat kemudian. “Pa, tadi aku belajar hal menarik di sekolah,” ujar Risa. “Ceritakan pada papa sayang,” aku terlihat semangat.
“Papa tau arti ketukan ini?” Risa mencoba menggerakkan jarinya, dan mulai membuat beberapa ketukan di atas meja. Aku mendengarkannya, “Sepertinya papa pernah mendengar ketukan itu. Coba sekali lagi sayang,” kali ini aku mendengarkannya dengan seksama. “Masa papa nggak tau sih, itu kan kode morse yang paling mudah paa..” kata putriku.
Kode morse? Benar saja aku seperti tak asing mendengar ketukan itu. Aku berpikir, berarti ketukan yang setiap malam mengganggu tidurku adalah kode morse.
“Apa arti ketukan itu sayang?” tanyaku serius. “Artinya SOS pa, orang yang meminta pertolongan,” jelas Risa.
SOS?! Aku berpikir lagi, itu artinya selama bertahun-tahun ini aku mendengar ketukan kode morse yang artinya meminta pertolongan?! Berarti.. Anak lelaki itu.. Argh! Harusnya aku mengetahuinya dari awal..
Cerpen Karangan: Rizky Masdila Ananda Owner kyndaerim.com Blogger Medan tinggal di Bali