Gaun putih itu bersentuhan dengan aspal yang sedikit basah sisa hujan sore hari. Ujung kain yang sudah sejajar dengan alas kaki pemiliknya itu sudah berubah kecoklatan, kotor juga rembes air. Namun, sang empunya asik melemaskan punggungnya tidak sempat untuk peduli hal kecil tersebut.
Di tengah banyaknya lalu-lintas para manusia lain yang masih sibuk dengan keperluannya tanpa melihat langit pun sudah redup namun masih harus diselesaikan, gadis dengan gaun putih itu asik duduk di atas beton yang seharusnya jadi pembatas area pemotor dan pejalan kaki.
Semakin lama ia terdiam, semakin ramai saja.
Ada yang tengah berlari mengejar bus di seberang sana, kemudian di sebelah kanannya ada yang kesulitan berjalan karena di pundaknya ransel besar entah berisi apa. Bukan hanya itu, di ujung matanya ia juga melihat seseorang tengah tersenyum bahagia dengan ponsel di genggamannya. Sambil berjalan matanya hanya fokus pada hal yang sedang terjadi di benda kotak itu.
Larut dengan apa yang ia lihat gadis itu pun terkejut saat seseorang menepuk pundaknya, “Kak, bawa pulang apa hari ini?” ucapnya.
Karena terkejut gadis itu sontak berdiri. Orang yang bertanya tadi ternyata sosok anak kecil, laki-laki dengan pakaian lusuh.
“Kenapa kamu tanya gitu dek?” Tanya gadis itu. “Ouh enggak, kirain kamu bawa hadiah untuk dibagikan di rumah.” “Sepertinya kamu salah orang, maaf ya aku bukan kakakmu.”
Tanpa pamit sosok itu pun pergi begitu saja. Gadis itu melihat anak laki-laki digandeng oleh seseorang, perempuan yang jauh lebih tinggi. Pikir pun ia adalah kakaknya yang asli.
Masih di tempat yang sama, ia kembali duduk. Matanya tak henti memperhatikan sekitar. Ia pun melihat orang yang tadi mengejar bus sedang duduk tak jauh darinya. Rupanya ia tidak bisa menghentikan bus tersebut. Terlihat nafasnya masih terengah-engah, gadis itu berinisiatif untuk menawari sebotol air mineral. “Mba, boleh diminum dulu kelihatannya lelah sekali.” Sosok itu pun dengan tergesa segera menenggak cairan itu untuk menghilangkan dahaganya.
“Huft makasih ya mba, saya haus banget kebetulan. Eh tapi maaf air kamu jadi habis.” “Iya gak apa-apa kok. Mba kenapa malah ngejar busnya, kan bisa nunggu bus lain datang?” Tanya gadis itu penasaran. “Saya sudah nunggu bus itu dari lama mba, tapi sayangnya saya malah telat. Pas coba kejar eh malah ketinggalan,” ia pun sesekali mengusap keringatnya dengan ujung baju yang dipakai, “kalau nunggu bus lain takut waktu saya gak cukup. Takut saya tiba semuanya udah pergi.” Gadis itu hanya menganggukan tanda paham, ia pun ikut terduduk bersama orang itu untuk beberapa waktu hingga akhirnya ia berpamitan untuk mencoba mencari kendaraan lain yang bisa ia tumpangi.
Kembali ia sendirian, masih enggan untuknya bangkit dan berjalan pulang karena ia masih menikmati suasana yang begitu ramai di sini. Karena di rumahnya tidak banyak orang dan begitu sunyi.
Rasa lapar pun sudah hadir, ia belum makan apapun sejak pulang tadi. Tapi ia tidak melihat satupun orang yang berjualan di sekitar sini. Tidak bahkan tukang bakso yang biasanya ada setiap meter jalan. Sangat ramai tapi kenapa sepi penjual, pikirnya. Akhirnya ia hanya diam dan menikmati alunan suara perut.
Ketika ia sudah merasa cukup, ia berniat untuk pulang. Berjalan pelan menyusuri trotoar dengan garis kuning di sepanjang jalannya, ia jadikan itu sebagai tempat tiap kakinya berpijak.
Melewati satu jembatan dengan pembatas berwarna putih tulang yang sudah sedikit berkarat, di sana ia melihat gadis yang asik tersenyum dengan ponselnya berdiri. Masih dengan keadaan tadi, ponsel di tangan dan telinga tersumbat earphone. Hanya saja ia berdiri dengan bersandar pada pembatas sungai tersebut.
Pikirnya ia hanya sedang menikmati tontonannya sehingga sulit untuk fokus jika sambil berjalan maka ia berhenti di sana sementara.
Gadis gaun putih menjadi penasaran dengan apa yang ia lihat, karena ia tersenyum sangat lebar sesekali tertawa dengan suara keras. Orang di sekitarnya juga menoleh ke arahnya namun ia tidak mempedulikan.
Tidak lama, ia menaruh ponselnya di jalan dan melepas alat pendengar itu. Gadis gaun putih dengan heran mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya mengapa ia berhenti menonton dan tidak tersenyum lagi.
Dengan sangat mengejutkan, ia melompat ke bawah yang terdapat sungai deras. Gadis gaun putih pun mematung sekian detik karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya.
Setelah sadar kembali ia mencoba teriak meminta pertolongan yang lain untuk membantu perempuan itu. Namun tidak ada satupun orang yang berhenti dan menghampirinya. Semua orang yang berada di sana meskipun mereka mendengar tapi tidak peduli sama sekali. Hanya melihat ke arahnya kemudian berlalu begitu saja.
Merasa kebingungan sendiri untuk berbuat apa, gadis itu pun mencoba untuk menengok ke arah bawah sana berharap bahwa perempuan itu masih ada tapi nihil. Tidak ada tanda satupun dari dia.
Hilang.
Hingga akhirnya ia mencari ponsel yang ditinggalkan oleh perempuan itu. Terdapat sebuah tampilan layar yang menunjukkan video yang terjeda.
Gadis itu pun memakai alat pendengar yang sebelumnya dipakai oleh pemiliknya dan menjalankan kembali video tersebut.
Video itu terputar kembali dari awal.
Menampilkan gambar sosok seorang dengan gaun putih dengan sangat lelah berjalan keluar dari suatu bangunan. Sendirian menyusuri jalan sepi nan gelap hanya ada satu botol air minum di tangannya. Di dalam video tersebut sosok gaun putih itu menemukan tempat duduk dari beton, ia pun beristirahat di sana tanpa takut apapun meskipun keadaan sekitarnya sudah sangat sepi. Sosok itu duduk untuk waktu yang lama, bahkan sangat lama.
Hingga di menit ke 30, ia mulai bangkit dan berjalan kembali dengan perlahan.
Kemudian ia berhenti lagi di tengah jembatan, menaruh tangannya pada pinggiran pembatas jembatan tersebut dan menatap air deras yang mengalir di bawahnya dengan tatapan kosong.
Kemudian video itu berakhir.
Ia pun terkejut dengan isi video yang perempuan itu tonton sedari tadi dengan tawa dan senyum. Tidak ada satu pun adegan yang lucu atau menggelikan.
Dan lebih terkejutnya lagi, sosok dalam video tersebut adalah dirinya sendiri. Gadis dengan gaun putih. Dan keramaian itu hanya terjadi di dalam isi kepalanya saja. Semua orang yang ia temui adalah dirinya.
Cerpen Karangan: Galuha Blog / Facebook: Galuha