Desa Woodstock, pada dasarnya adalah desa kecil yang damai dan tentram. Namun entah mengapa, semenjak kedatangan sekelompok mahasiswa; Logan, Frederik, dan Naomi, yang melakukan suatu penelitian di desa tersebut, tiba-tiba keadaan desa seakan-akan dihantui oleh teror. Banyak warga desa yang mulai menuduh kehadiran Logan dan teman-temannya sebagai pembawa petaka di desa mereka.
Tok! Tok! Tok! Dini hari, ketika suasana desa masih sepi, seseorang mengetuk pintu rumah Logan yang menjadi tempat penginapan ketiga mahasiswa tersebut. Logan yang masih setengah sadar, berjalan membukakan pintu. Di hadapannya, seorang pria tua dengan muka masam, langsung mencengkeram baju Logan sembari memarahinya, “Hei dasar anak kurang ajar! Apa maksudmu meletakkan bangkai-bangkai ikan di depan rumahku hah?! Apakah ini adalah salah satu bagian dari penelitian konyolmu?” Alangkah terkejutnya Logan dengan tuduhan pria tersebut. Memang meski bukan sekali-dua kalinya terjadi kasus yang serupa, sudah beberapa hari ini banyak warga yang mengeluhkan tiba-tiba ada sekotak bangkai ikan di depan rumahnya tanpa pengirim yang jelas.
Orang tua Logan yang mendengar keributan di depan, bergegas menghampiri dan menenangkan pria tersebut. “Tolong dipahami bukan hanya anda pak, sudah berkali-kali laporan yang sama dilayangkan. Bagaimana kalau diselidiki saja kasus ini?” Tawar Logan. “Hahahaha, konyol sekali kau nak. Kau ingin menyelidiki hal yang kau atau teman-temanmu buat sendiri? Cuih,” Ketus pria tersebut. “Hentikan saja penelitianmu, bikin gaduh saja,” lanjutnya.
“Untuk apa kita jauh-jauh ke sini kalau cuma buat bikin gaduh, pak?” Tiba-tiba Frederik, teman Logan yang berambut pirang gondrong muncul sembari menyandarkan diri di dinding. “Diam kau, anak tidak tahu tata krama!” “Sudah-sudah… Sepertinya Logan benar, bagaimana kalau kita lakukan investigasi saja, pak? sayang?” Saran Ibu Logan sembari menatap ayah Logan. Ayah Logan hanya menghela napas dan mengangguk, mengiyakan.
Fakta menarik, ayah Logan merupakan seorang detektif kepolisian dan ibu Logan adalah seorang dokter forensik. Awalnya orangtua Logan ingin menyekolahkan Logan ke jurusan kriminologi, tetapi Logan bersikeras ingin jadi aktivis lingkungan.
Di rumah pak Smith, pria yang baru saja melaporkan kasusnya, ayah Logan mengecek seisi rumahnya. Sedangkan Logan, Frederik, dan Naomi entah mengapa lebih tertarik dengan sekotak bangkai ikan yang ada di depan rumah. Di sekujur bangkai ikan-ikan itu tampak terdapat banyak cairan-cairan merah bak darah.
“Kayaknya nggak deh kalau darah, mungkin ikan-ikan ini terkontaminasi pewarna tekstil, sepertinya kita harus mencari sumber ikan-ikan ini,” duga Frederik memerhatikan banyaknya cairan berwarna merah di tubuh bangkai. “Eh bentar, coba lihat deh! Kayaknya ada sesuatu di balik kotak ini,” ucap Naomi, sembari membalikkan kotak. Ditemukannya secarik kertas berisikan kode-kode anonim. “Sepertinya pelaku sangat menyukai komik detektif. Kode yang sangat menarik,” ucap Logan membaca kode-kode dari secarik kertas itu.
NOIO YMAS FGGT RAHE
“Ada hal menarik apa yang kau temukan, Logan?” Tiba-tiba suara perempuan yang muncul di belakang Logan mengagetkannya. “Jean?” “Hai semuanya… Rasanya aku seperti tamu tak diundang. Aku Jean, salam kenal teman-teman Logan,” sapa Jeannette, perempuan cantik berambut cokelat panjang dan merupakan mahasiswi jurusan filsafat, seseorang yang menawarkan Logan untuk melakukan penelitian di desa Woodstock. Ia juga merupakan teman masa kecil Logan. “Kok nggak lu kenalin sih?” Goda Frederik. “Diam ah lu, rik” kesal Logan. Ya, Logan memang menyukai Jean sejak kecil. Namun kisahnya bertepuk sebelah tangan. Naomi hanya memasang muka ketus memperhatikan candaan teman-temannya. Ya, dia memang enggak suka sama Jeanette. Kenapa? Tentu saja sebab Naomi menyukai Logan. Sedangkan Logan menyukai Jeanette. Rumit kan ya?
Ayah Logan yang selesai melakukan investigasi, menghampiri mereka. “Tidak ada tanda-tanda pembobolan atau sebagainya. Rasanya ini seperti permainan orang iseng, namun kurasa kau menemukan sesuatu nak, lanjutkan investigasimu. Jika butuh bantuan hubungi aku,” pesan ayah Logan, yang kemudian pamit ke semuanya untuk pulang ke rumah untuk berangkat bekerja. Logan mengangguk.
“Hey rik, katamu kau ingin menyelidiki asal ikan-ikan ini, cobalah kau selidiki beberapa titik sungai di desa ini,” perintah Logan. Jeanette menyela, “ada satu sungai di dekat area ini. Bagaimana kalau kuantar ke sana?” Frederik mengangguk setuju. “Asyik skuy dianterin cewek cantik,” bisiknya pada Logan. Logan hanya menggeleng akan kelakuan temannya itu. “Baiklah, baiklah, hati-hati Jean, rik. Aku dan Naomi akan menyelidiki kode ini,” pamit Logan. Naomi hanya terdiam salah tingkah, itu artinya aku hanya akan berdua dengan Logan? Pikirnya. “Dih, ada yang kesengsem,” ejek Frederik. “Apaan sih lu?” Balas Naomi ketus.
Di rumah Logan, Logan terus menatap serius secarik kertas kode itu. “Kurasa itu semacam sandi Caesar, atau mungkin Napoleon,” ucap Logan memecah keheningan. “Hm?” “Sewaktu kecil, ayahku pernah mengenalkanku pada beberapa jenis kode, kayak Caesar, Alberti, dan Napoleon. Susunan berbaris kayak gini, kurasa ini membentuk pola Napoleon, cara membacanya zig-zag dari atas ke bawah” “Hanya saja, jika begitu, aku hanya menemukan kata ‘ghost’ saja di sini,” lanjutnya. “Apakah tidak ada sesuatu di depan kata itu?” Tanya Naomi menanggapi. “Entahlah, sepertinya hanya kata-kata acak tanpa makna, tunggu- ‘G-a-i-a'”. Sontak pandangan Logan tertuju pada susunan kata tersebut. Naomi mencerna kedua kata tersebut. Spontan ia menghampiri Logan dengan ekspresi penasaran sekaligus ketakutan, “Gaia-Ghost? Hantu?”
Di sungai White River, Frederik dikejutkan oleh pemandangan sungai di depan matanya yang jauh berbeda dari namanya. “Bagaimana bisa semerah ini?” “Ada satu pabrik pakaian di dekat sini, sudah lama sekali mereka membuang limbah pewarna mereka ke sungai ini,” jelas Jean sambil menunjuk pabrik besar yang menjulang di sebelah timur sungai. Frederik mendekati sungai tersebut, alangkah terkejutnya dia melihat banyaknya ikan-ikan mati di sungai itu, spontan dia berteriak pada Jean, “Jean, Jean! Tolong kemari! Panggil Logan sekarang!”
“Apa yang terjadi?!” Tanya Logan sembari berlari menghampiri Jean dan Frederik dengan muka setengah panik. Frederik mengangkat salah satu bangkai ikan di sungai itu, “ini ikan yang sama seperti di kotak-kotak teror itu, ikan-ikan ini terkontaminasi pewarna tekstil dari pabrik itu,” tunjuk Frederik. Spontan Logan menampar Frederik keras. “Aku sudah panik setengah mati. Kukira terjadi apa-apa pada kalian,” ujar Logan. “Hei, tenanglah Logan, kita nggak apa apa kok. Ngomong-ngomong tentang kasus ini, apa kamu udah berhasil mecahin kode yang kamu temuin tadi?” Tanya Jean pada Logan sembari menepuk pundaknya, menenangkannya. Logan tersenyum salah tingkah. Sedangkan Naomi hanya menghela napas berat.
“Gaia Ghost, aku tidak mengerti siapa itu. Apakah ada orang desa ini bernama Gaia?” Tanya Logan. “Sepanjang aku mengenal desa ini, belum pernah terdengar nama itu. Tapi, itu adalah nama yang bagus, dewi bumi.” “Apa maksudmu?” Logan tidak paham. “Ares, Hera, Orion, Gaia… Nama dewa-dewi di dalam mitologi Yunani, aku menyukai kisah-kisahnya dan sepanjang aku mempelajarinya, Gaia adalah nama dari sosok dewi bumi. Sepertinya pelaku menyukai hal berhubungan dengan mitologi dan alam,” tebak Jean. Naomi yang ‘terbakar’ melihat percakapan mereka sontak menyela, “Ahhh, sudahi berbicara tentang dewa dan dewi, mengenai ikan-ikan tak berdosa ini… Apa kita tidak bisa melakukan pelaporan pada pemerintah setempat untuk mencabut izin pabrik tersebut?” “Akan kusampaikan pada ayahku,” jawab Logan tegas.
Keesokan harinya, seluruh desa Woodstock digemparkan oleh kabar kematian misterius para buron desa–seorang pemburu binatang dan penganiyaan terhadap seorang bos tambang ilegal di dekat sungai White River. Ayah Logan memeriksa seluruh TKP dengan teliti. “Hmm… Sepertinya korban dipukul keras dari belakang kepala,” simpulnya sementara. Logan memerhatikan ponsel korban yang tergeletak di sana, ada sehelai rambut pirang di dekatnya. “Ayah, bolehkah aku cek isi ponselnya?” Tanyanya. Ayahnya mengangguk mengiyakan. Dibukanya ponsel tanpa sandi itu, Logan menekan daftar pencarian terakhirnya. Ditemukan galeri korban baru dibuka di cache, ia pun menekannya, ada sebuah video terakhir di dalam galeri tersebut.
“Kukira penjajahan bumi Pertiwi ini sudah berakhir, lantas apakah potret-potret ini? Apakah sekedar lukisan? Keegoisan yang tiada habisnya ingin memuaskan gairah dengan perampasan nyawa para satwa tak berdosa… Hingga hasrat tuk kegengsian dengan ribuan emas yang digali dari tanah tanpa izin bak diperk*sa… Gaia… Gaia… Gaia… Sang hantu yang berkutik di kala para monster telah terlelap… Yang merasuk ke dalam para ksatria perisai kehancuran alam…”
Video tersebut ternyata merupakan video dokumenter aksi-aksi kejahatan yang dilakukan oleh para korban. Logan lantas menghubungi Frederik, Naomi, dan Jean untuk datang ke TKP.
Cerpen Karangan: Aldya Kusuma Azzahra