Sunyi menjelajah waktu, terdengar suara tangisan Seorang gadis di bawah pohon beringin dekat sungai. Air mata yang dilepas mengisyaratkan bahwa dunianya berantakan dan buntu. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, pikirannya berkecamuk dengan keadaan dan raganya tersiksa akan semua yang terjadi.
Helaan nafas gadis itu mengikuti angin yang berlalu membuat daun daun jatuh tersungkur seperti hatinya. Usaha demi usaha selalu gagal didapat, hanya sebagian hasil yang dimiliki.
Berjam jam lamanya, dia mulai menghapus air mata dengan tangan lalu menenangkan diri dengan menatap panorama gunung yang cukup mengagumkan. “Andai hidup bisa memilih, aku akan menjadi burung yang bebas terbang kemana pun ia mau” ucapnya dalam hati.
Bruukk… Sebuah kayu terjatuh tepat disamping belakang sehingga membuat gadis itu terbuyar dari lamunan lalu, menoleh. “Siapa kamu?” tanyanya. Ternyata dari tadi ada yang mengamati!. Seorang pemuda keluar dari semak belukar yang menjadi tempat persembunyian dari tadi.
“Mau apa kamu?” tanya gadis itu lagi. Pemuda itu tersenyum sambil berjalan santai mendekatinya lalu duduk tepat di sampingnya. Gadis itu melempar wajah dengan raut kesal.
“Kenapa menangis?” tanya pemuda itu. “Semua orang pasti tahu alasan seseorang menangis” jawab gadis itu sambil menggeser tempat duduknya sedikit jauh, karena merasa tidak nyaman. “Maksudku, apa masalahmu?” ujar pemuda itu menggeser duduknya agar lebih dekat. Gadis itu hanya mendengus kesal!.
“Apa perkataanku ada yang salah?”. Mungkin dia merasa tidak enak karna tidak ada respon pertanyaan yang ia lontarkan. “Menurutmu?” ujar gadis itu. “Mm… Maaf tapi aku hanya mau memberi tahu, bahwa dunia diselimuti kebahagiaan dan kesedihan. Kamu juga masih diberi kesempatan untuk bernafas maka jangan sia siakan kesempatan emas itu” ujar pemuda itu menatap kosong pada gunung gunung yang terhampar.
“Kamu tidak tahu tentangku!” sahut gadis itu dengan suara lemas. “Aku memang tidak tahu masalahmu namun kamu tak pantas untuk terus meretapi kesedihan. Aku juga selalu menangis namun air mataku dilepas untuk menguatkanku” ujarnya pemuda itu sambil menghela nafasnya dan melanjutkan pembicaraan.
“Bagi orang cerdas, air mata digunakan untuk merefreshing fikiran agar lebih tenang dan menenangkan hati agar tidak menyerah. Dusta kalau tak ada air mata dibalik usaha, semua orang pasti pernah melepaskan air matanya namun niatnya berbeda beda jadi jangan menyerah ya!” ujar pemuda itu dengan tersenyum menatap gadis itu.
Beberapa menit ketika sunyi menghampiri, gadis itu pun angkat bicara. “Terima kasih sudah menguatkanku” ucapnya namun tidak mendapatkan tanggapan dari pemuda itu lalu dia pun menoleh dan terkejut. “Dimana dia?”. Tiba tiba kepulan asap muncul, entah dari mana dan bertuliskan “Air mata untuk masa depan”.
Seseorang wanita tua datang kepadaku dan bertanya. “Nak, dari tadi saya lihat kamu bicara sendiri” ujarnya sehingga membuatku tersentak kaget. “Apaaaaa?” seruku.
Cerpen Karangan: Ummu Aminatuz Zahroh, MTs Tarbiyatul Banat Saya menyukai menulis cerpen dari kelas 8, sekarang saya sudah kelas 9 dan mulai mempublikasikan hasil karya cerpen saya yang kedua ini. Semoga kalian suka!