Pagi yang cerah membuat hari Minggu Zahra terasa menyenangkan karena setiap pagi Zahra suka berlari pagi dengan teman-temannya. Zahra adalah siswa SMPN 1 Bandung yang baru pindah dari SMPN 2 Bogor karena orangtua Zahra ingin pindah ke Bandung, di sekolah Zahra adalah gadis yang sangat baik, tidak hanya itu Zahra juga memiliki paras yang cantik sehingga banyak orang yang mengaguminya.
Hari itu hari Senin, hari dimana Zahra memasuki sekolah barunya, Zahra sangat betah tinggal di sekolah itu karena Zahra juga memiliki teman yang sangat baik kepadanya, namanya Putri gadis berkulit langsat yang tidak terlalu tinggi badannya, meskipun begitu Zahra tetap berteman dengan siapapun dan tidak membeda-bedakannya.
1 minggu sudah Zahra lewati dengan perasaan senang dan ditambah senangnya lagi sekarang Zahra juga sudah mempunyai seorang pacar, namanya Taufiq anak dengan kulit sawo matang yang tinggi badannya karena ia mengikuti extrakulikular basket. Zahra sangat bahagia memiliki pacar seperti Taufiq karena dia adalah anak yang sangat ramah kepada semua orang akan tetapi ada satu sikap yang tidak disukai Zahra kepada taufiq yaitu sikap Taufiq yang suka bermain atau mengobrol dengan cewek lain terkadang juga suka menggombal, namun Zahra tetap sabar dan berusaha mengerti karena dirinya sudah tau bahwa itu kekurangan Taufiq.
Setiap bel istirahat berbunyi Zahra dan Putri selalu memata-matai Taufiq, karena Zahra seakan sangat takut kehilangan Taufik dan ditambah lagi telepon genggam Taufiq hilang sehingga Zahra tidak bisa berhubungan kontak dengan Taufiq. Terkadang Zahra juga menangis karena sikap Taufiq yang semakin lama semakin berubah mungkin karena jarang bertemu dengannya, namun apa daya Zahra tetap ingin mempertahankan hubungannya itu.
Hari-hari pun mulai berlalu, kira-kira 3 bulan setelah Zahra dan Taufiq berpacaran. Hari ini di sekolah Zahra mengadakan lomba fashion show sehingga Zahra begitu sibuk mempersiapkan temannya yang mewakili kelasnya itu. Saat Zahra berjalan-jalan dengan Putri mereka melihat Taufiq yang mengobrol berdua dengan cewek lain, karena perasaan Zahra yang sudah tidak sabar ia pun menghampiri Taufiq dan bertanya “hai, habis ngobrol sama siapa tuh” kata Zahra dengan ketusnya “ohh ini temenku maen game” jawab Taufiq “hmm, gini ya temenmu aja ditemuin lah aku? Kapan kamu ada waktu buat aku” sahut Zahra dengan nada yang sedikit tinggi “maaf aku ga pernah nemuin kamu soalnya aku sedikit sibuk” kata Taufiq, lalu Zahra pun pergi dengan Putri tanpa menjawab Taufiq karena mungkin Zahra sudah lelah. Putri pun merasa kasihan dengan Zahra karena tiap hari ia menangis dan berusaha sabar.
Hari itu tanggal 27 Maret yang esoknya libur karena tanggal 28 Hari Raya Nyepi, hari itu pada tanggal 27 Zahra mengawali hari dengan ceria seperti biasa. Saat pelajaran Matematika Zahra agak bingung karena ia tidak terlalu menyukai pelajaran Matematika, saat Zahra mengerjakan tugas tiba-tiba Dwi memanggil Zahra namun karena suasana kelas yang begitu ramai, Zahra sulit mendengar apa yang dibicarakan oleh Dwi.
Bel istirahat kedua pun berbunyi sehingga Zahra harus menemui Dwi karena tidak terdengar apa yang Dwi bicarakan tadi, “Dwi.., apa yang ingin kamu omongkan tadi?” tanya Zahra “Itu…, T T Taufiq” jawab Dwi dengan sedikit gagap “ada apa dengannya?” tanya Zahra lagi dengan panik “Zahra kamu harus sabar ya, Taufiq pacarmu itu seminggu yang lalu mengirim surat cinta kepada adik kelas, aku punya buktinya dan maaf baru memberitaukan kepadamu sekarang” jawab Dwi dengan menundukkan kepala “hahh??” Zahra hanya menjawab begitu saja dan segera mencari Taufiq yang keberadaannya sulit ditemui. Zahra pun bertemu Seta dan Adi di depan laboratorium IPA dan kata Seta Taufiq sekarang berada di depan sekolah sehingga Zahra langsung berlari menemui Taufiq agar tidak kehilangan jejaknya lagi.
“Taufiqqq…., apa-apaan ini” teriak Zahra dengan perasaan cemas, “ada apa? kenapa kamu berteriak gitu sih” jawab Taufiq dengan santainya “kamu tega-teganya sama aku, apa ini!!!, kamu menulis surat cinta kepada adik kelas?” Tanya Zahra “maaf, iya memang aku yang menulis karena di buku tulisku banyak puisi cinta sehingga daripada kubuang aku memberikannya kepada adik kelas itu” jawab Taufiq “mengapa tidak aku? Mengapa puisi itu tidak kau berikan untukku sedangkan kau memberikannya kepada adik kelas, memangnya kamu anggap apa aku ini?” bentak Zahra sambil meneteskan air matanya “kenapa kamu tega ngelakuin ini ke aku? Apa sebenarnya kesalahanku dan sekarang apa maumu?” jawab Zahra lagi dengan air mata yang semakin berlinang di pipinya “iya sebenernya aku mau ngomong ini ke kamu kalau aku ingin mengakhiri hubungan ini tetapi aku takut jika kamu kecewa” ucap Taufiq “mengapa kamu tidak bilang kepadaku dari dulu? pasti aku akan mengerti dan kenapa kamu harus mengaku sekarang, saat aku sudah benar-benar mencintaimu” kata Zahra dengan terisak-isak “aku juga ingin fokus Ujian Nasional sehingga aku tidak boleh pacaran dulu, maaf Zahra aku memang salah tetapi mungkin ini jalan terbaik” jawab taufiq dengan sedikit termenung. Zahra meninggalkan Taufiq dengan berlinang dengan air mata karena hari ini kenangan indahnya telah hancur.
Gaitsya, SMPN1PURI
Cerpen Karangan: Gaitsya Alif Azzahra