Rembulan malam begitu indah apalagi ditemani bintang-bintang bertaburan di langit malam, menambah keindahan malam ini. Aku melihat kearah mereka yang bercanda ria diatas sana, sedangkan diriku hanya menangis sendu dibawah sini.
Terkadang aku iri kepada mereka yang selalu ada di langit malam bersama meskipun sesekali diantara mereka ada menghilang, tetapi mereka bisa bersatu kembali. Sedangkan diriku jika dia menghilang tidak mungkin bisa untuk kembali bersatu karena pasti akan ada penghalang yaitu tembok keimanan.
Aku tau kita tidak akan mungkin untuk bersatu karena kita berbeda keyakinan bukan berbeda tujuan. Tujuan kita sama yaitu sama-sama untuk saling membahagiakan. Namun, kita tidak akan bisa menentang takdir jika kita berbeda keyakinan apalagi keluarga kita menentang keras hubungan ini.
Suatu saat kita akan bersatu lagi apakah kamu mau, kamu menyembah tuhanku? Pasti jawabannya tidak. Sama denganku, aku tidak mungkin menyembah tuhanmu. Karena tuhan kita beda.
Apakah kita bisa menghapus tembok besar itu? Ataukah kita akan berpisah karena takdir itu? Aku yakin, pada akhirnya perpisahan menjadi jawaban. Jika benar jawabannya itu, sungguh aku belum siap. Karena kita sudah lama bersama
10 Desember 2018 Aku bahagia sekali karena hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti lomba Sains tingkat provinsi. Perasaan bahagia bercampur tegang yang membuatku gugup disaat aku menginjakkan kaki di asrama putri. Jantungku berdebar cepat dan membuat tangan ini bergetar disaat aku mencoba membuka pintu kamar asramaku.
Aku membuka pintu kamar itu. Seketika aku kagum dengan keadaan kamar ini begitu rapi dan wangi. Berjalan menuju kasur yang terlihat empuk itu, ternyata benar dugaanku. Sebenarnya ini asrama ataukah hotel?
“Astagfirullah seharusnya aku bersyukur. Alhamdulillah dan maafin aku ya Allah.” Gumamku dalam hati sambil merebahkan tubuhku yang lelah ini.
“Aku penasaran siapa ya yang jadi patner aku nanti. Dia cewe apa cowo ya. Semoga aja cewe biar ga canggung gitu dan kalaupun cowo, semoga dia humble orangnya. Amin” Banyak sekali pertanyaan yang bersarang dalam hati dan pikiranku. Sungguh aku sangat penasaran, apalagi dia berbeda sekolah. Semoga kita bisa menjadi patner yang baik dan membawa pulang piala.
Baru saja aku selesai membersihkan badan dan ingin beristirahat sebentar saja. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Siapa sih dia? Ganggu aja!
Aku membuka pintu kamar dan langsung menampakkan seorang pria tampan dan berbadan lebih tinggi dariku. Dia tersenyum menatapku, kemudian mengulurkan tangannya. Aku hanya menatapnya tanpa bisa aku menjabat tangannya. Aku selalu ingat pesan ayah, “Jangan pernah jabat tangan dengan pria asing ga baik.”
Dia menunjukkan ekspresi kecewa karena aku tidak membalas jabat tangan darinya. “Maaf kita ga mukhrim” ucapku dan dia tersenyum sambil menatapku. “Iya aku ngerti. Maaf nama kamu siapa?” “Nama aku Chalinza Syafira, panggil aja Chaca” “Hai Chaca. Kenalin aku Faraz Nasution Pramuda, panggil aja Faraz. Kita satu anggota” “Ouh ya. Senang bisa berteman denganmu dan semoga kita bisa membawa pulang piala” “Amin.”
Kita pergi untuk makan malam bersama guru pembimbingku. Guru pembimbingku namanya bu Isti, sedangkan guru pembimbing Faraz namanya pak Israd. Kita makan malam sambil membahas berbagai materi untuk besok.
Keesokan harinya adalah hari yang ditunggu-tunggu. Aku pergi menuju tempat perlombaan. Disana banyak sekali orang-orang, membuat aku semakin gugup.
“Jangan gugup ada aku ko” ucap seseorang. Aku melihat kearahnya, ternyata dia Faraz aku kira siapa. Aku tersenyum kearahnya dan duduk di kursi milik kita berdua.
“Kamu sekolah dimana?” Tanyanya kepadaku yang sedang menghapalkan materi. “SMP Merdeka, kalau kamu?” “SMP Setia Jati.” “Yang dekat taman kota bukan?” “Iya dekat situ. Ternyata sekolah kita deketan ya.”
25 November 2020 Faraz mengajakku pergi ke sebuah taman kota dengan senang hati aku mengiyakan ajakannya. Kemudian kita pergi kesana menggunakan motor miliknya. Masih sama seperti dulu setiap kali aku bersamanya selalu saja jantung ini selalu berdetak cepat. Aku tau aku mencintainya walaupun aku tau aku salah besar.
Setelah sampai di tempat parkir, tiba-tiba Faraz menutup mataku menggunakan kain. Kemudian dia berbisik, “Aku akan kasih kamu kejutan.” Aku bertanya-tanya kejutan apa yang dia maksud?
Sekian lama akhirnya kain penutup mataku dibuka. Awalnya pandanganku buram, tetapi setelah pandanganku normal kembali sungguh aku terkejut rasanya aku ingin berteriak, “Subhanallah Indah banget.” Aku tidak menyangka jika Faraz akan memberikanku kejutan yang begitu indah. Bagaimana dia bisa menghias taman ini sampai begitu indah?
“Kamu suka?” Tanya dia padaku, aku hanya menjawab dengan anggukan.
“Aku boleh ngomong sesuatu sama kamu?” Tanya dia lagi. “Mau ngomong apa?” “Aku suka sama kamu udah lama. Mau ga kita pacaran?” Pertanyaan ini yang membuat hatiku sesak. Aku harus menjawab apa? Kalau aku terima tidak mungkin kita berbeda, tapi kalau aku tolak sungguh aku menyukainya juga. Aku sempat berfikir, “apa aku mencoba aja dulu. Kita juga masih kecil, gapapa lah.” Aku melihat kearahnya dengan senyuman manis, kemudian aku berkata, “iya aku mau.” Terlihat jelas jika dia sangat bahagia dan semoga saja keputusanku yang terbaik.
17 Desember 2021 Suatu ketika orangtua aku tau soal hubunganku dengannya. Mereka terlihat sangat marah.
“Chalinza mamah udah bilang jangan pacaran dulu. Apalagi kamu pacaran sama dia. Kamu sama dia itu beda” ucap mamah sambil menatapku. “Tap-” sebelum aku menyelesaikan ucapanku sudah dipotong dengan ucapan papah. “Ga ada alasan pokoknya kamu sama dia harus putus” Aku menunduk. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena aku tidak mungkin menolak ucapan mereka. Dengan pasrah aku berkata, “iya mah pah, aku sama dia akan putus.”
Aku langsung pergi ke kamar dan menumpahkan semua air mata yang sedari tadi memberontak ini keluar. Aku menatap layar ponselku yang terdapat beberapa poto aku dan dia. Apa yang harus aku katakan padanya?
Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk dari Faraz dan segera aku membacanya. Sungguh sesak dada ini membaca pesan darinya. “Maafin aku Chelin kita harus putus. Orangtua aku melarang keras hubungan ini. Jadi aku tidak mungkin menolak perintah mereka. Aku yakin jika kita berjodoh kita bisa kembali, tetapi kalau tidak kamu pasti tau jawabannya”
Tanganku bergetar membalas pesan darinya. Dengan beribu keberanian akhirnya aku menyelesaikan tulisanku. “Iya gapapa ko. Orangtua aku juga melarang, tapi mau bagaimana lagi. Kita sangat jauh berbeda. Jadi tidak akan mungkin bisa bersatu. Makasih untuk semuanya. Dan kita masih bisa berteman.”
Aku bersembunyi dibalik selimut untuk menutupi semua air mata ini yang jatuh. Aku masih tidak menyangka akhir ceritaku dengannya seperti ini. Seharusnya dari awal aku menolaknya, karena sedari awal aku tau perbedaan kita sangat jauh.
Ternyata benar jika berbeda agama tidak bisa mempersatukan kita. Perbedaan yang tidak akan pernah bisa diubah.
“Faraz, tujuan kita sama tetapi kita berbeda keyakinan. Dan kita tidak akan mungkin bisa melewatinya. Selamat tinggal Faraz. Suatu saat pasti aku akan merindukan dirimu.” Aku menutup mataku karena ini sudah malam.
Jadi, sudah berapa lama aku mengunci diri di dalam kamar? Untuk merenungi ini semua.
Dan untuk kamu Faraz Nasution Pramuda. Tetaplah menjadi seseorang yang aku kenal jangan pernah berubah. Jujur aku sangat keberatan dengan perpisahan ini.
Aku tidak pernah menyesal telah mengenalmu.
Cerpen Karangan: Usnah Nurdiana
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com