Kudengar suara knalpot kendaraan yang tak asing mendekati rumahku setelah fajar ketika aku sedang menyapu lantai ruang tamu.
“Assalamualaikum” sautnya datang dengan mengetok pintu rumahku. Kubuka pintu rumah menghampirinya dan terkaget-kagetnya aku, “HEH!” saut riangku dengan senyum yang melebar. Ternyata ayank yang datang mampir ke rumah dengan membawa terang bulan dan martabak langganan di jalan Kalasan yang biasa kubeli. Alah, barang klasik! Mau klasik mau engga, tapi tetap terang bulan dan martabak rasanya bukan sembarang rasa. ENAK BANGET!
“Mamahh” seruku ingin izin pamit berjalan jalan menyusuri kota Surabaya bersama cintaku. Ian memandang tersenyum dihadapan ibuku dan segera mencium tangannya untuk berpamitan pergi bersamaku. “Tante, berangkat ya! Assalamualaikum” Pamitnya sambil kugenggam lengan kanan dan berjalan menumpangi motor. Hanya motor matic biasa saja, tak seperti yang diceritakan di novel Dilan dengan geng motornya yang sangar-sangar. Tapi rasanya tetap istimewa sambil kupakai helm di kepalaku dan mesin motorpun dinyalakan.
“mau kemana?” tanyanya. “kemana saja yang, sambil jalan nanti juga kepikiran mau kemana” jawabku sambil memegang pinggangnya di atas motor. Berkeliling menyusuri kota Surabaya, angin dingin yang sepoy-sepoy pukul 19.00WIB. Ahh… damai sekali hati merasakan. Walaupun beberapa trotoar di jalan sedikit tidak mendukung suasana karena bergeronjal, mau tidak mau haruslah tetap dibawa syahdu.
“kita mam penyetan mau? Di sini enak sambalnya, bisa tambah sepuasnya.” Ucapnya Aku mengangguk, segera memesan 1 porsi bebek dengan es teh jumbo dan Ian memesan 2 porsi nasi dengan bebek serta sate usus dan teh hangat miliknya. Laki-laki kebanyakan sedikit gila ya kalau soal porsi nasi. Sebanyak itu mereka makannya. Kadang saja, kalau aku tidak menghabiskann makananku, Ian sebaagai pahlawan kesiangan untuk membantuku menghabiskannya. Haha
Memang terbuktikan oleh diri sendiri bahwa momen-momen pasangan yang sedang kasmaran memang merasa dunia milik berdua, yang lainnya ngontrak merupakan hal yang VALID! Entah aku merasa senang, riang, gembira ketika menghabiskan waktu dengan Ian, terutama leluconnya yang garing.
Sewaktu ketika saat itu aku sedang ingin video call dengan Ian, koneksiku lancar-lancar saja namun kenapa status telfonnya “memanggil” ya? “yang?” Kataku melalui chat di Whatsapp. Status pesannya pun menunjukkan centang 2 yang berarti pesan tersampaikan terhadap penerima. Konon teman-temanku, Whatsapp versi saat ini apabila seseorang menerima panggilan lain menunjukkan tanda “memanggil” daripada yang dahulu to the point menunjukkan “sedang dalam panggilan lain”
Tak perlu digubris dan berpikir aneh-aneh, mungkin saja Ian sedang mengurus hal yang penting atau hanya berbincang dengan temannya. Takkan sesadis itu hingga melarang Ian untuk tidak boleh melakukan ini itu bahkan berbicara dengan temannya sekalipun.
“Sebentar ya yang, lagi mau jemput adikku dulu” Jawabnya melalui pesan singkat Whatsapp. “Hati-hati yaa” jawabku.
—
“Sayang aku lagi mau antar adikku sebentar, nanti aku telfon kalau sempat ya” Kata ian melalui pesan singkat Whatsapp di pagi hari. Aneh juga beberapa hari ini, Ian rajin antar jemput adiknya. Padahal biasanya, adiknya ditemani oleh kakak perempuannya daripada Ian.
Entah lupa atau bagaimana, akun Instagram Ian masih tersambung di telfon selulerku. “iya mas?” muncul notifikasi dari akun Instagram Ian. Tak perlu kubalas, hanya kubaca dari notifnya saja karena tidak bermaksud untuk lancang. “iya mas besok ketemu lagi ya” Sautnya lagi. Anehnya, pengirim pesan tersebut bukan dari orang yang kukenal. Padahal, hampir keseluruhan teman Ian, temanku juga. Kucoba memutuskan untuk bertanya kepada Ian
“yang? Ini siapa ya? Instagrammu masih nyangkut dipunyaku.” Melalui pesan Whatsapp “hah? Bukan siapa-siapa kok.” Jawab Ian. Setelah itu, kucek kembali masuk di instagramnya. Namun notif kali ini mengatakan “pengguna telah mengubah kata sandi, coba dalam beberapa saat lagi” namun tetap gagal saat aku mencoba memasukkan kata sandi yang sama waktu itu. Perasaan dan pikiranku acak-acakan hingga berdebar kencang tak karuan.
Nat adalah adik Ian. Ia menginjak kelas 7 SMP. Anak jaman sekarang, tentu sudah memiliki akun Instagram sehingga memudahkan aku berkomunikasi dengan Nat. “Natt, Ian sama kamu?” Ucapku melalui DM Instagram. “Iya kak, sama Ka Ian sama Ka Dila di sini nemenin aku ekskul voli” jawabnya setelah beberapa menit. Dan benar saja, Dila yang kuingat memiliki keterkaitan yang sama dengan username di DM Instagram Ian kemarin. Setelah kutanya Ian mengenai ada apa sebenanya, jawabnya “Iya sejujurnya emang suka sama Dila. Entah apa yang membuatku tertarik, aku juga bingung. Cuma sekedar kagum saja kok” Kalaupun memang kagum pun seharusnya tidak perlu ditambah dengan tindakan hingga bahkan berlebihan. Komitmen dan kepercayaan yang sudah dibangun lama, ujungnya runtuh karena bagaimanapun tidak membenarkan manusia yang berusaha mencari celah untuk mendua.
Sangat marah pada saat itu, hingga aku menangis dalam diam di kamarku. Takut mama tahu kalau aku nangis gara-gara apa yang Ian perbuat. Sakit hati rasanya! Tidak adil kalau aku menjaga perasaanku namun seenak jidat Ian menjelajah kesana dan kemari.
Sudah berupaya untuk tidak menghubungi Ian beberapa hari ke depan, namun ia memaksakan dengan segala cara untuk bisa berkomunikasi denganku. Aku bahkan sudah muak! “Yang, mending kita ketemu terus dibicarain baik baik maunya gimana ke depannya” Saut Ian melalui pesan whatsapp milik temannya yang temanku juga. Karena kontak Ian sebelumnya sudah aku block.
Soal ajakan itu, aku setuju untuk bertemu dengan Ian. Sekaligus ingin memutus hubungan dengannya. Dikiranya aku boneka perempuan yang bebas dimainkan tak tau ada rasa sakit hati? Saat itu juga kami sepakat untuk bertemu pada Jumat pukul 19.00 bersama Ian.
Ian menjemputku di rumah, dengan raut wajah yang datar. Begitu juga aku, memandangnya dengan penuh rasa kesal. “Mah berangkat yaa” Kataku kepada mama untuk berpamitan pergi dengan Ian. Ian tak banyak basa basi di motor, ia langsung menuju ke arah café terdekat untuk membicarakan kasus ini.
“terus mau apa” kataku dengan lirikan tajam menatapnya kesal. “sudah berapa lama kalian main di belakang?” Tambahku “Shhh… (menutup mulutku agar tidak terlalu kencang berbicara) aku salah yang, maafin akuu” Jawab Ian “Udah lah Yan, aku ga mau ada kelanjutan hubungan sama kamu. Keji!” sautku
Dikeluarkanlah materai 5000 dari sakunya, lalu ditempelkan di pipiku satu di sisi kiri dan satu sisanya di sisi kanan. “ini merupakan janjiku untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, maafkan aku ya” sambil menaruh gepokan uang Rp 100.000,- di tanganku.
Bajingan! sampai sini dulu khayalanku. Lupa tak kuangkat jemuran di depan halaman sebelum diguyur hujan.
Cerpen Karangan: Puput Yuniar Facebook: Puds (bukan pengguna aktif facebook), yuniarpuput (instagram) Mahasiswi, manusia, perempuan, normal, alhamdulillah sehat.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com