Namaku Sekar Laraswati, mahasiswi semester 6 salah satu Universitas di Yogyakarta. Ini kisahku dengan Kak Haikal. Kak Haikal salah satu alumni kampus yang dikenal dengan manusia si suara emas yang pandai bermain gitar.
Jam di kantin menunjukkan angka 08:30, Sekar yang tengah asyik menikmati sarapan pagi sendiri tiba-tiba teringat bahwa ada perkuliahan, sontak ia langsung terbangun dan berlari menuju kelas. Saat sedang berlari, tidak sengaja ia menabrak seorang laki-laki dengan perawakan tubuh tinggi dan raut wajah yang datar.
BUGG!!
Mengetahui itu sekar pun meminta maaf, namun laki-laki tersebut hanya diam dan langsung meninggalkan Sekar begitu saja. Melihat hal tersebut sekar hanya bergumam lirih “aneh, sudah minta maaf kok malah pergi”.
Salah satu teman Sekar yang melihat kejadian tersebut, memberi tahu bahwa laki-laki yang ia tabrak bernama Kak Haikal, ia juga diberi tahu bahwa Kak Haikal dikenal dengan manusia si suara emas oleh kalangan anak organisasi seni musik, mendengar hal tersebut Sekar hanya diam tidak peduli.
Hari Sabtu Sekar pergi ke gedung budaya, disana nampak ramai karena sedang berlangsung acara festival seni musik, tak disangka ia melihat penampilan seorang laki-laki yang ia tabrak waktu itu yang diketahui bernama Kak Haikal. Sekar menatap Kak Haikal dengan tatapan kagum akan suara merdunya namun tiba-tiba Kak Haikal menatap balik Sekar dengan tatapan penasaran. Festival musik pun selesai Sekar pulang dengan raut senang, namun saat akan keluar gedung tiba-tiba ia ditahan.
“Kamu yang waktu itu nabrak saya kan?”, tanya laki-laki tersebut “I…iyaa kak”, jawab Sekar dengan terbata-bata “Tidak usah takut saya engga marah, waktu itu saya lagi buru-buru jadi langsung pergi. Ngomong-ngomong namamu siapa?, belum sempat berkenalan”, ucap Kak Haikal “Sekar Laraswati kak”, jawabku
Akupun balik bertanya, “Apa betul kakak ini namanya Kak Haikal?”, tanyaku penasaran “betul, kamu sudah tahu juga ternyata”, jawab Kak Haikal dengan senyum manis dibibirnya “iya kak hehe, Ya sudah saya pamit pulang dulu, sudah ditunggu sama bapak ojolnya”, ucapku “Oh iya, hati-hati Sekar, mungkin lain kali bisa ketemu lagi”, jawab Kak Haikal
Keesokan harinya Sekar bertemu lagi dengan Kak Haikal di jalan menuju kampus. Kak Haikal menyapa Sekar dan Sekar pun sebaliknya. Sudah 3 bulan belakangan ini Sekar semakin akrab dengan Kak Haikal. Sering bertemu, menyapa kemudian mengobrol berdua, hingga terlintas di hati Sekar bahwa ia menaruh hati pada Kak Haikal. Kak Haikal pun menaruh hati pada Sekar hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Orangtua Sekar dan Kak Haikal mengetahui bahwa anak mereka memiliki hubungan. Sayangnya mereka tidak setuju karena masalah perbedaan keyakinan.
“Ayah engga akan kasih restu hubunganmu sama yang namanya Haikal Haikal itu!, dia itu beda keyakinan sama kamu!”, tegas ayah Sekar pada putrinya “Tapi yah…, Sekar sayang sama Kak Haikal, Kak Haikal juga serius sama Sekar, Kak Haikal juga bisa kok pindah keyakinan”, ucap Sekar pada ayahnya
Ayah sekar hanya menghela nafas mendengar putrinya berbicara mudah soal pindah keyakinan. “Sekar sayang, orang yang nikah sama yang beda keyakinan itu engga mudah, mungkin dia bisa pindah keyakinan tapi gimana nanti keluarga besarnya?, apa kamu nantinya diterima di keluarga besarnya yang rata-rata mereka berbeda keyakinan sama kamu?, gimana nanti nasib anakmu?, itu semua engga mudah nak”, ucap mamah Sekar lembut menasehati putrinya
“Mamah sama Ayah bukannya melarang kamu punya hubungan sama laki-laki nak, kamu boleh dekat dan menjalin hubungan yang lebih serius tetapi bukan sama orang beda keyakinan sama kita”, ucap mamah Sekar sembari mengelus rambut putrinya
Sekar yang mendengar hal itu hanya diam dan menangis sejadi-jadinya, sekarang yang ada dipikirannya hanya Kak Haikal dan bagaimana hubungan mereka kedepannya. Selama semalaman ia tidak tidur dan terus menerus memikirkan hal tersebut. Pesan dan telepon dari Kak Haikal tidak Sekar jawab.
Keesokan harinya ia meminta Kak Haikal untuk bertemu di taman dekat kampus. Ia bercerita tentang ucapan kedua orangtuanya dan alasan dia tidak mengangkat telepon serta membalas pesan. Mendengar hal itu Kak Haikal hanya diam termenung dan meyakinkan perasaannya pada Sekar.
“Sekarang kita mau gimana Kak?, mamah sama ayah engga kasih restu hubungan kita kedepannya”, ucap Sekar lirih pada Kak Haikal “Sekar, aku benar-benar serius sama kamu, soal keyakinan aku bisa pindah, keluargaku juga nanti akan menerimamu lambat laun”, ucap Kak Haikal meyakinkan Sekar “Kak…, aku engga mau Kak Haikal jauh dari tuhan kakak, aku juga engga mau ngambil Kak Haikal dari tuhan kakak, mungkin sebaiknya kita berpisah saja kak, kalau ujungnya bersatu namun tak mendapat restu, maaf mungkin kita memang engga ditakdirkan bersama”, ucap Sekar dengan air mata yang sudah jatuh sedari tadi dan kemudian pergi meninggalkan Kak Haikal sendiri di taman “SEKAAR… BERHENTI, OKE KITA MUNGKIN EMANG ENGGA DITAKDIRKAN BERSAMA, TAPI KITA MASIH BISA JADI TEMAN BAIK”, ucap Kak Haikal berteriak pada Sekar Mendengar hal tersebut Sekar hanya terus berjalan dengan air mata yang terus mengalir di pipi.
5 tahun setelah putusnya hubungan Sekar dan Kak Haikal, pada 13 Agustus 2012 akhirnya sekar menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya yang diketahui bernama Reyhan, pernikahan tersebut dihadiri juga oleh Kak Haikal, namun Kak Haikal tidak sendiri, ia juga turut membawa tunangannya yang bernama Xhia.
“Saya senang akhirnya kamu bisa tersenyum bahagia, sekali lagi selamat ya atas pernikahanmu dengan Reyhan”, ucap Kak Haikal kepada Sekar sembari ia menjulurkan tangannya untuk bersalaman “Semoga kakak juga bahagia dan lancar sampai hari pernikahan”, ucap Sekar dengan senyum di bibir.
Cerpen Karangan: Natasya Putri Sebrina Facebook: Natasya Putri Natasya Putri Sebrina, lahir di Purwokerto, 29 September 2003. Tinggal di Jalan Dr.Gumbreg RT 01/06, Mersi. Alumni SD N 02 Mersi, MTs N 1 Banyumas, MAN 2 Banyumas dan sedang menjalani pendidikan S1 di UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto.