Udah lama ya? Udah berapa hari aku gak nulis disini? Hahaha aku keknya kehabisan ide akhir-akhir ini.
Kali ini aku balik lagi dengan cerita patah hati. Aku yang sekali lagi menuliskan cerita universe My Big Pie, tapi aku gak mau pake judul itu lagi. Terlalu menyakitkan untuk diketik, cukup ini yang terakhir. Setelah ini aku gak akan lanjut lagi.
Cerita sambungan ini, bakal aku akhiri sekarang. Pertama aku masih rindu, kedua aku rindu, kemudian orangtuanya yang rindu, sekarang aku mau mengakhiri segala rasa rindu ini.
Waktu itu, saat hari-hari setelah lebaran. Aku main ke rumahnya, sial, aku benar-benar menjatuhkan harga diriku karena ibunya. Aku terlalu menyayangi ibunya, dan ternyata saat aku main kesana, ibu sedang sakit.
Ibu terbaring lemah di atas kasur sambil menatapku dengan mata beratnya. Aku yang terkejut, langsung duduk di pinggir kasur, bertanya keadaan ibu dan bagaimana bisa jadi seperti ini.
“…Ibu jatuh dari kamar mandi…” Kata Ibu yang membuatku refleks mengucapkan istighfar. “Astaghfirullah, ya Allah ibu, hati-hati bu kamar mandi kan licin. Jalannya pelan-pelan…” Aku menatap ibu cemas, memperhatikan tubuhnya yang cedera, sikut nya terluka dan ibu bilang kalau ibu habis diurut.
“Ya Allah Riz, kalau kamu jadi saya pasti udah nangis kejer. Sakit banget pas diurut.” “Ck, ibu gak gitu, makanya hati-hati bu. Kan ada mba, minta temenin mba kalo mau ke kamar mandi.”
Dan akhirnya, ibu bercerita banyak hal. Ibu bilang kalau ibu memecat mba dengan suatu alasan yang tak bisa kuceritakan disini, ibu juga cerita kalau ada kemajuan di bengkelnya yang juga tempatku kerja dulu, dan ibu bercerita tentang sahabatku.
Awalnya aku gak percaya, kalau sahabatku menyukainya. Mereka makin dekat tapi ibu gak setuju. Kupikir hanya bahan gibah ibu seperti biasa, kalau aku dan ibu sudah bersama, gak ada yang gak kita bicarakan. Ibu bilang kalau aku lebih baik darinya, pujian ibu terus mengalir seiring membicarakan sahabatku.
“Bu, kalau dia bahagia, kenapa enggak?” “Yeuu kamu tuh, kamu tau kan ibu gimana, ibu tuh…” “Iya ibu, emang bener kok, semua orang tua ingin anaknya dapat yang terbaik.” Aku mendengarkan curhatan ibu. Kita menghabiskan waktu bersama tapi gak lama, karena ayahku sudah menjemputku. Aku menganggap enteng semua, dan aku gak mempermasalahkan awalnya.
Kupikir, dia berhak bahagia. Bahkan kalau bersama sahabatku.
Pulang dari sana, aku melihat status sahabatku. Gak biasanya dia up status yang berbau bucin selain Korea. Aku bertanya lewat chat, “Siapa tuh?” Tentu sambil bercanda, dan aku juga bilang ke dia kalau punya pacar ya kasih tau aku. Sebab aku merasa aku adalah sahabatnya, di menjawab akan memberitahu kalau dia udah siap.
Aku mulai merasa aneh saat aku berusaha gak memikirkan mereka, tapi aku kepikiran. Mungkin salahku juga yang belum bisa move on darinya, tapi aku gak nyangka kalau akan berakhir seperti ini.
Waktu yang menjawab segalanya, dia dan sahabatku memulai hubungan lebih dari rekan kerja. Hubungan mereka santai tapi ke tahap serius, aku gak marah kalau aja sahabatku kasih tau lebih awal. Meskipun aku tau akhirnya mereka benar-benar menjalin hubungan dan memiliki rasa yang sama. Ternyata aku yang belum siap.
Suatu hari, aku melihat statusnya lagi, dan aku benar-benar kecewa. Bagaimana bisa aku dilupakan? Dan sebenarnya yang membuatku marah adalah kenapa sahabatku gak bercerita dan kita ngobrol bersama. Dia seakan menghindariku tiap kali aku ajak ngobrol, mengabaikan pesanku, dan ya aku ingat. Dulu setelah aku keluar, dia pernah bertanya padaku.
“Kalau misalnya dia ngajak mba balikan lagi, mba mau gak? Kalau misalnya mba disuruh balik lagi ke bengkel, mba mau gak?” Aku menjawab gak waktu itu, aku sudah merasa cukup tersakiti.
Tapi aku mengira kita sahabatan, kurasa aku akan menerimanya kalau sahabatku bilang dari awal. Aku gak akan semarah ini.
Sangat sulit merelakan dia dan sahabatku, aku marah, aku kesal, walau aku tutup mata, tutup telinga, aku marah. Dari sekian banyak orang, kenapa harus sahabatku yang menggantikan posisiku di hatinya?
Aku gak pernah seharipun gak mikirin mereka, entah itu tentang kenangan kita atau penyesalanku yang keluar dari lingkaran kita. Aku memikirkan mereka, karena dulu sahabatku dan dia adalah orang-orang yang sangat kusayangi. Mereka gak akan tau seberapa dalam perasaaanku hingga merasa sangat marah karena dikhianati seperti ini, aku bahagia untuk mereka. Aku marah karena aku tersingkir, padahal kita pernah mengukir cerita indah bersama.
Aku, kamu dan dia.
Dadaku sesak, bisakah aku bahagia sekarang? Aku belum bisa berhenti marah, karena kenangan tentang kalian dan emosiku terus menghujamku seperti hujan meteor.
Sakit, nyesek, marah tapi aku gak bisa membenci kalian. Kenapa aku seperti ini? Menyedihkan sekali.
Keadaanku yang menarikku dari kalian. Kalian tahu? Aku marah, tapi aku ikut bahagia untuk kalian. Aku tulus mendoakan kalian, gak ada lagi alasan aku menengok ke belakang. Kurasa semuanya sudah selesai.
Tapi aku masih marah. Meski mamahku bilang kalau aku akan menemukan orang-orang yang lebih baik dari kalian, tapi kalian pernah mengisi duniaku dengan canda, tawa, tangis dan duka. Kejadian yang menyedihkan hingga yang menyenangkan, sahabatku, kamu tau betul bagaimana ceritaku dari aku bertengkar dengan ibu, bertengkar dengannya, kamu penengah sekaligus penenangku.
Mengapa harus kamu? Kudoakan kalian bahagia, aku gak melarang atau menyimpan dendam. Aku cuma marah, seandainya kamu jujur dari awal, aku gak akan merasa kecewa dan terkhianati seperti ini.
Aku ingin mengakhiri semuanya disini, hari ini, detik ini juga. Aku takkan menyebut namamu, namanya, atau siapapun lagi. Cukup, ini terlalu menyakitkan. Menyayangi orang-orang seperti kalian adalah bagian dari kisah kelamku.
Aku salah, seharusnya aku gak sesayang ini, seharusnya aku gak mencari tau atau menoleh ke belakang lagi setelah pergi jauh. Aku salah. Memang aku yang salah.
Kalian harus bahagia. Karena aku mulai membuang kalian dan menciptakan cerita bahagiaku yang baru, tentu tanpa kalian.
Ini kisahku, kisah nyata yang tak ingin aku ungkap tapi aku gak tau harus cerita kemana. Cause i just have myself.
END
Cerpen Karangan: Xiuzeen Instagram: @Xiuzeen_