Linda tak sanggup lagi melanjutkan tulisannya di atas kertas putih yang baru ia tulisi dua kata “Kepada Fery…” Ia teringat tatkala beberapa tahun lalu untuk pertama kalinya bertemu dengan Fery.
“Linda Lupita, dari Boyolali..” Linda kenalkan dirinya “Fery Gunawan, asal Solo” Jawab Fery.
Pertemuan pertama mereka terjadi ketika mereka sama sama diterima di sebuah bank swasta, mereka ditempatkan di kantor cabang yang sama di daerah Tangerang. Perasaan senasib sebagai karyawan baru yang berasal dari daerah yang berdekatan, membuat keakraban mereka terjalin dengan cepat, kebetulan mereka ditempatkan di divisi yang sama, divisi Lending tepatnya dan mereka berdua mempunyai job yang sama, menyalurkan kredit.
Linda teringat ketika Fery masih sering berkirim WhatsApp (WA) untuk dirinya, Ia teringat setiap pagi Fery selalu menyapanya dengan pesan WA paginya “Morning Lin, Pagi Linda, apa agenda kamu hari ini, jadi survey ke daerah Jatiuwung? Aku ikut ya?”… Linda tersenyum mengingat itu. WA yang singkat! walau singkat, pesan itu selalu Linda tunggu dan membuat hatinya menjadi berwarna dan sedikit GR kepada Fery.
Pesen-pesen singkat Fery kembali bermunculan kedalam ingatannya, Ia kembali teringat sebuah pesan yang dikirim Fery untuknya, ketika sedang judeg dengan kerjaanya di akhir bulan. “Pagi Lin. Dah subuhan belum? Gemana dengan kerjaanmu, targetmu?.. semangat ya dah mau akhir bulan… eh btw, tahukah kamu Lin.. sesungguhnya ketiadaan materi bukan sebuah kemlaratan, tapi kemlaratan sesungguhnya adalah ketika kita kehilangan semangat” Linda ingat banget kata-kata itu, “luar biasa” batin Linda.. Linda selalu kangen WA singkat Fery tiap pagi, seakan seperti ruh yang membangkitkan semangatnya untuk melangkah lebih jauh manggapai asanya.
Linda masih gagal melanjutkan menulis diatas kertas putih itu, kertas putih itu masih berisi tulisan dua kata “Kepada Fery …”. Ia kembali terlintas akan bayangan itu. Ia teringat akan email yang pertama kali Fery kirim untuknya.. bergegas ia buka emailnya untuk menguatkan kenangan atas Fery. “Ya Email yang dikirim di bulan Juni” lirih Linda yakin.
“Dear Linda… Saat aku marah, kamu ada. Saat aku susah, kamu ada.. Saat aku bimbang, kamu ada. Saat aku senang, kamu pun ada… Terimakasih telah menjadi pendengar setia, terimakasih telah bersedia dan ada di saat saat aku ada.. Saat aku tak ada pun, kamu ada… Dan selalu ada, meskipun aku tidak tahu kalau kamu ada.. Kamu melebihi bayanganku sendiri, terimakasih untuk kebersamaanya selama ini, Kantor tanpamu sepi Lin…Cheers Feri”. *Degh* Linda tersenyum kecut.. seakan ada sembilu menusuk ulu hatinya..
Ia putar lagu, terdengar lagu lama yang melo milik d massive..”rindu setengah mati”.. “gambus” maki Linda. Namun diam-diam Linda mengakui lagu itu sejalan dengan suasana kebatinannya, hingga Linda tetap membiarkan lagu itu berputar hingga lirik akhir.
Linda kembali menguatkan ingatan dan kenangannya atas sosok Fery Gunawan.. Sosok yang pernah menemani hari harinya dan sosok yang ia kangenin, ”hmmm.. ngobrol bersamanya selalu ngagenin dan selalu ada hal baru”, gumam Linda lirih. Ia teringat akan cerita-cerita motivasi Fery, di saat dia lelah mengejar target kerjaanya, cerita yang membuat lebih semangat dan langkahnya makin mantap.
Linda juga masih menyimpan screenshot WA Fery, ketika ia terpuruk dan jenuh dengan segala yang terkait dengan kerjaanya.. Ia kembali buka pesan WA itu, “malam Lin, Keterpurukan dan kekalahan dalam hidup adalah hal yang biasa, karena dalam hidup selalu ada jarak antara harapan dan kenyataan, cara memperpendek jarak tersebut adalah usaha dan kemauan. Semakin besar kemauan dan usaha menjadi semakin dekat jarak harapan dan kenyataan. Orang bijak mengingatkan pada kita bahwa dalam satu kesulitan sesungguhnya selalu diapit oleh dua kemudahan”. ”Keterpurukan dalam hidup harus dipahami sebagai suatu keniscayan, karena kehidupan selalu berputar, kadang dibawah kadang diatas, tergantung bagaimana kita “menegoisasikan”, “dunia tidak adil tapi bisa di negoisasikan” begitu kata Mario Teguh. Mungkin ini yang sering kita lupakan, kita jarang bernegoisasi dengan dunia ketika kita berada dalam keterpurukan, seringkali yang muncul adalah mengeluh atas apa yang terjadi, menawar “ketidak adilan dunia” bisa dengan bekerja sepenuh hati dan menyakini apa yang kita lakukan nilainya sama dengan orang lain lakukan.”
Linda kembali terdiam, “Pesen WA dan email-email Fery selalu membuatku kembali semangat” batinnya, Ia menarik nafas panjang.. Ia membayangkan bagaimana ia bisa hidup tanpa Fery yang selama ini mampu memberikan semangat ketika ia terpuruk.
Ia coba kuatkan hatinya untuk meneruskan menulis diatas kertas putih itu.. “Kepada Fery, selamat dan semoga bahagia.. Semoga kelak lahir putra putri dengan pribadi yang membanggakan kalian berdua.. selamat.. semoga sakinah mawadah warahmah.. Serpong, 29 Juli 2016… Hormat saya Linda”.
Cerpen Karangan: MH Sofiyuddin warga biasa yang suka badminton dan sedang belajar menulis