Aku masih menunggu kedatanganmu disini. Mungkin sudah tahun ketiga aku menunggumu. Dan selama tiga tahun ini aku terus mengharapkanmu kembali padaku. Setiap malam aku sering menangis karena merindukanmu. Bahkan aku sering kali berimajinasi tentang kita yang tiba-tiba bertemu. Saling melepas rindu yang kian lama makin menumpuk dengan memeluk satu sama lain. Tetapi itu hanya imajinasi belaka. Yang takkan pernah jadi nyata.
Malam ini aku berbaring di kasurku yang empuk sambil mendengar playlist spotify. Playlist spotify yang menggambarkan tentang dirimu. Tentang betapa rindunya aku padamu. Tentang aku yang ingin mengulang kisah kita dari awal lagi. Tentang kenangan-kenangan kita yang terus melintas di pikiranku. Tentang semuanya. Di playlist spotify itu aku memasukkan lagu favorit kita, lagu yang sering kuputar saat bersamamu, serta lagu yang kau putar dalam kondisi apa pun. Tak heran jika aku masih terus mengingatmu.
Sejujurnya aku sangat sering menceritakanmu pada sahabatku. Menceritakan tentang kenangan kita dan mengeluh tentang rindu yang tak berujung. Sahabatku menyarankan untuk mencari pengganti yang lebih baik darimu. Aku tak mau. Cintaku habis padamu. Sebut saja aku mati rasa. Pada akhirnya sahabatku lelah mendengar ceritaku tentangmu yang tiada habisnya. Sahabatku juga malas mendengar alasan yang sama agar tak mencari pengganti yang lebih baik darimu. Ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Kemudian pintu kamar terbuka. Ternyata seorang gadis. Itu sahabatku. Dialah yang menjadi tempat keluh kesahku tentangmu.
“Ada cewek yang mau dikenalin sama kamu. Kayaknya dia tipe kamu banget deh” gumamnya sambil berjalan santai. Aku mengganti posisiku menjadi duduk dan mempersilahkan sahabatku duduk.
“Nih” katanya sambil menyodorkan ponselnya padaku untuk menunjukkan foto gadis yang ingin dia kenalkan padaku. Aku melihat sekilas. “Cantik, kan?” tanyanya padaku. Aku mengalihkan pandanganku dari ponsel ke arah sahabatku. Aku menggeleng pelan.
“Raka pliss udah tiga tahun. Coba sama ini dulu deh. Dia anak baik-baik dan nggak akan nyakitin kamu kayak mantanmu itu” omelnya panjang lebar. Iya. Namaku Raka. “Mantanku masih peringkat pertama di hatiku, Laila” jawabku. Laila nama sahabatku. Dia mendengus kesal.
Kali ini dia tak hanya menatapku, tapi membalikkan badan menghadapku. Menatapku dengan raut wajah kesal. Lalu memegang erat kedua bahuku. “Aku janji ini yang terakhir. Kalau nggak jadi, aku nggak akan maksa kamu buat nyari cewek lain lagi. Oke?” tawarnya. Nah ini yang kutunggu. Aku cepat-cepat mengangguk tanpa berpikir panjang.
Hari ini aku bertemu dengan gadis kenalan Laila. Pukul 12.00 siang di Taman Harapan. Aku tertawa kencang dalam hati ketika melihat nama taman ini. Taman Harapan? Itu artinya bisa mengabulkan harapan orang-orang atau tempat berkumpulnya harapan orang-orang. Manakah diantara keduanya yang benar? Aku mengangkat bahu. Selain itu, cahaya matahari sangat terik siang ini. Membuat kulit siapapun menjadi belang jika memakai baju berlengan pendek dan bercelana pendek.
Untung saja aku memakai pakaian serba panjang dan tertutup. Tak lupa memakai body lotion. Serta parfum supaya terlihat wangi. Padahal aku jarang memakai parfum. Aku lebih suka aroma sabun yang menempel di tubuhku secara tahan lama. Ponselku bergetar. Ada notifikasi youtube dari band kesukaanku. Mereka akan merilis lagu dengan judul ‘Tampar’. Kira-kira lagu itu tentang apa? Menurutku tentang kenyataan yang menampar seseorang. Tapi kenyataan yang dimaksud disini apa? Baiklah aku akan mendengarkan lagunya sambil menunggu kedatangan gadis itu.
Beberapa menit kemudian ada notifikasi pesan dari nomor tak kenal. Aku membuka aplikasi whatsad. Rupanya gadis kenalan Laila yang mengirim pesan. Aku membalas pesan itu dan langsung mengirimnya.
083xxxxxxx : Hai. Aku Karina, kenalan Laila. Aku sudah sampai di Taman Harapan. Kau dimana? Raka : Hai juga Karina. Kau dimana? Biar aku yang mendatangimu. Karina namanya. Aku tersenyum tipis. Namanya secantik wajahnya. Lumayan juga gadis ini, pikirku dalam hati. Tak lama kemudian, gadis itu membalas.
083xxxxxxx : Dekat patung kuda. Aku menutup ponselku. Segera menghampiri Karina. Aku baru pertama kali disini. Jadi aku tak tahu dimana patung kuda berada, tetapi pasti ketemu. Aku tidak pernah tersesat meskipun aku baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat baru. Lagi pula disini ada banyak orang. Aku bisa bertanya pada mereka. Nah akhirnya aku menemukan patung kuda. Ada banyak orang disini. Mana gadis itu. Aku melihat kanan dan kiri. Aku mengambil ponsel di saku kemejaku, membuka aplikasi whatsad, menekan tombol telepon. Ya. Aku menelepon gadis itu supaya tahu keberadaannya.
“Halo, aku sudah sampai di dekat patung kuda. Kau ada dimana?” tanyaku. “Bangku kedua dekat patung kuda” jawabnya. “Dress kuning polkadot dan cardigan putih?” tanyaku lagi. Gadis itu menjawab iya. Aku mematikan telepon sepihak ketika tahu dimana keberadaan gadis itu. Aku memasukkan ponselku kembali di saku celana.
—
“Sampai jumpa besok. Aku akan menghubungi tempat selanjutnya yang akan kita kunjungi besok” pamitnya lalu tersenyum. Terlihat lesung pipitnya ketika dia tersenyum. Aku mengangguk sebagai jawaban. “Kabari aku jika sudah sampai rumah” kataku. Gadis itu mengangguk, “Jangan lupa simpan nomorku” ujarnya. Lalu kita berpisah. Awalnya aku ingin mengantarkan dia pulang karena sudah malam, namun dia menolak. Dia memilih naik taksi. Aku tidak bisa memaksanya. Alhasil aku menawarkan diri untuk menemaninya sampai menemukan taksi. Begitulah ceritanya.
Aku berjalan menuju ke mobil. Tiba-tiba saja ada suara seorang gadis yang selalu kutunggu-tunggu selama tiga tahun. Aku menoleh cepat. Benar. Itu mantanku. Namun ada seorang lelaki di sampingnya. Siapakah itu?, aku bertanya-tanya dalam hati. Seketika aku mematung.
“Beruntung kita bisa bertemu disini” ucapnya. Gadis itu mendekatiku dan memberikan sebuah undangan padaku. Aku menunduk untuk melihat undangan apa yang diberikan padaku. Tertulis undangan pernikahan disana. Jantungku seperti tertusuk pisau.
“Aku akan menikah bulan ini. Datanglah ke pernikahanku” jelasnya. Tanganku perlahan mengambil undangan yang diberinya. Astaga ini tidak sesuai khayalanku. Seharusnya kita memulai hubungan kembali. Bukan menikah dengan orang lain. Benar kata orang. Realita tak sesuai dengan ekspektasi. Terpaksa harus menerima kenyataan bahwa mantanku menikah dengan orang lain. Bukan menikah denganku.
Satu tahun telah berlalu setelah kejadian itu. Kini aku sudah menjalin hubungan dengan Karina. Hubunganku dengan Karina lebih bahagia daripada dengan mantanku. Aku bersyukur bisa dipertemukan dengan Karina melalui Laila. Kupikir orang lama adalah pemenangnya. Ternyata orang baru adalah pemenangnya. Aku sangat berterima kasih pada Laila.
Perihal pernikahan mantanku, aku mendatangi pernikahannya bersama Laila dan Karina. Pada saat itu hatiku belum terbuka untuk Karina. Namun Karina benar-benar bisa membuatku melupakan mantanku. Bahkan Karina yang membantuku belajar berdamai dengan masa lalu. Sekali lagi aku bersyukur karena bisa memiliki serta mencintai Karina. Karina hanya membutuhkan satu tahun untuk meluluhkan hatiku. Aku pun membutuhkan satu tahun untuk mencintai Karina.
Cerpen Karangan: Purwati Blog / Facebook: tidak ada dirahasiakan