Tahun ini aku memasuki umur ke 28 tahun. Tepat bulan ini, bulan Februari. Di umurku yang akan memasuki kepala tiga ini, aku bisa dibilang sudah mapan dan mempunyai pekerjaan tetap yang menghasilkan gaji yang lumayan besar. Aku bisa bersenang senang bersama teman teman, bisa membeli apapun dan bisa pergi kemanapun yang aku mau. Aku mampu membahagiakan kedua orangtuaku dengan materi yang aku miliki. Tapi dibalik kebahagiaanku, terdapat satu hal yang belum mampu aku dapatkan. Yaitu pasangan.
Ibu telah berkali kali membujukku agar segera menikah. Segera mempersunting gadis dan hidup bahagia bersamanya. Namun, entah kenapa sampai saat ini aku belum pernah berpacaran. Banyak sekali gadis gadis yang mendekatiku. Tapi aku sama sekali tidak menyukai mereka. Aku tidak suka tingkah mereka yang menurutku ‘murahan’. Mereka pasti mendekatiku karena uangku. Tak mengapa, toh aku juga tidak pernah menggubris mereka. Biarkanlah mereka berusaha sampai mereka menyerah untuk menaklukan aku yang keras kepala ini.
Entah sudah berapa kali Ibu menanyakan aku sudah memiliki pasangan atau belum. Dan Ibu akan kecewa mendengar jawabanku. Pernah berkali kali Ibu berniat menjodohkanku dengan anak dari teman temannya, aku selalu menolak. Aku tidak menyukai mereka. Ibuku sampai menangisi diriku, menurut Ibuku, aku adalah bujangan yang menyedihkan. Namun, aku tak menganggap diriku bujangan yang menyedihkan. Aku bahagia.
Jika kalian fikir aku mengalami kelainan orientasi s*ksual, kalian salah besar. Aku laki laki normal dan sehat. Aku menyukai wanita. Dan tidak sembarang wanita bisa masuk kedalam hatiku. Ada satu wanita yang berhasil meluluhkan hatiku. Dia bagian dari masa laluku. Dia teman kelasku saat masih SMA. Namanya Raina. Aku menyukainya dari dulu sampai sekarang. Sudah begitu lama memang, namun perasaan ini tidak luntur sedikitpun. Bagaimana keadaan dia sekarang ini?. Terakhir kali aku mendengar kabarnya, dia sedang menimba ilmu di London. Mengambil pendidikan sarjana ke dua nya. Dan menurut perhitunganku, tahun ini adalah tahun dia lulus dan pulang ke Indonesia. Aku menunggunya dan aku akan segera melamarnya. Aku sudah tidak sabar.
Aku dan Raina tidak memiliki hubungan apapun sebelumnya. Hanya sekedar teman biasa. Namun perasaan ini tumbuh seiring berjalannya waktu. Aku menyukainya dan belum sempat aku mengatakannya, kami terpisahkan. Padahal bisa saja aku mengatakan perasaanku via telepon atau via pesan singkat. Tapi menurutku itu tidaklah etis, aku ingin mengatakann perasaanku langsung dihadapannya. Aku akan memantaskan diri untuk memiliki apapun saat nanti aku akan melamarnya.
Dan waktu yang tepat telah tiba. Tahun ini Raina pulang. Aku akan ke rumahnya dan mengatakan ingin melamarnya. Sengaja aku tidak mengatakan pada Ibu atau siapapun, agar semua ini menjadi kejutan untuk mereka. Bahwa, Rian akan melamar seorang gadis. Itu pasti akan sangat mengejutkan mereka.
Suatu hari di bulan ke sembilan, aku mengunjungi rumahnya. Ingin bertemu dengannya. Dia sudah pulang, sangat terkejut melihatku datang ke rumahnya.
“Aku senang melihatmu lagi..” ucapku. Raina tersenyum kikuk mennaggapi ucapaku. “Aku juga senang melihatmu lagi..” ucapnya. Semua yang aku lihat sekarang sama sekali tidak berubah. Raina masih cantik seperti dahulu waktu masih sekolah. Malah tingkat kecantikannya bertambah. Tatapan matanya menandakan ia sosok yang cerdas dan berpendidikan. Saking sibuknya dia mencari ilmu, sampai dia melupakan fakta bahwa teman temannya telah menikah dan mempunyai anak. Mungkin hanya dia yang belum menikah. Dia mungkin saja dicap sebagai perawan tua. Tapi aku tetap suka apapun keadaan dia.
Kami berbasa basi menanyakan kabar, menanyakan orangtua, menanyakan karir kami dan yang lainnya. Hingga saatnya aku akan mengatakan pokok dari niatku datang mengunjungi dirinya.
“Rain.. sebenernya dulu waktu hari kelulusan. Aku mau ngomong sesuatu sana kamu.. tapi itu tertahan karena suatu hal. Sekarang kita bertemu lagi, aku ingin mengatakan maksudku yang sempat tertahan. Aku mencintaimu Rain.. aku ingin menjadikanmu istriku.” Ucapku penuh keyakinan. Raina terkejut bukan main, dia menatapku tanpa berkedip. Kemudian dia menunduk, mengepalkan telapak tangannya. Sepertinya dia gelisah. Matanya seketika berkaca kaca. Aku bingung melihat reaksinya. Kemudian dia menangis. Aku bertambah bingung.
“Kamu kenapa Rain?..” ucapku bingung mau melakukan apa. Dia menghapus air matanya. Mencoba mengatakan sesuatu. “Maafkan aku… aku telah dilamar oleh laki laki lain..” ucapnya. Seketika aku seperti dijatuhkan dari atas langit. Hancur berkeping keping. Dia menangis dan aku mencoba mencerna semuanya. Aku berharap bangun dari mimpi buruk ini. Aku yakin ini hanya mimpi burukku, bukan kenyataan. Namun semua terbantahkan. Ini adalah kenyataan. Kenyataan yang amat pahit.
“Maaf Rian.. Orangtuaku telah menjodohkanku dengan laki laki lain. Kemarin baru saja dia melamarku.” Ucapnya. Aku berusaha menutupi kupingku, aku tidak ingin mendengarnya.
“Jika saja aku mengetahui perasaanmu lebih dahulu, aku tidak akan mungkin menerima lamaran laki laki itu..” ucapnya. Aku telah hancur berkeping keping. Air mataku ingin mengalir namun tertahan oleh perasaan sesak di dalam dada.
Aku telah terlambat. Sangat terlambat. Seharusnya aku mengatakannya lebih awal. Seharusnya aku bisa mendahului laki laki itu. Pastinya sekarang aku yang akan menjadi calon pengantin Raina. Pastinya cincin dariku yang akan melingkar di jari manis Raina.
Tamat
Cerpen Karangan: Seli oktavia Facebook: Sellii Oktav Ya