Kemarin disaat bulan September aku dan kamu memulai pembicaraan melalui sosial media. Awal yang hanya sekedar kamu menyapa dengan kata “Hi” dengan seiring berjalan waktu kata “hi” itu berubah menjadi “Sayang Kamu Pulang Kampus Jam Berapa? Aku Jemput Kamu ya”. Dengan senang hati aku membalas pesan singkat itu sembari tersenyum melihat kearah handphoneku.
Seperti dua sejoli yang sedang dimabuk asmara, kami menjalani kisah cinta yang kami inginkan. Saling bertukar kabar adalah hal yang sangat kami jaga untuk tetap mengetahui kesibukan kami agar tidak mengganggu aktivitas pembelajaran kami masing masing. Pernah pada saat itu salah satu diantara kami memiliki satu kesibukan hingga lupa untuk memberi kabar, dan terjadilah kekhawatiran sepihak. Mungkin bagi orang lain terlihat terlampau kekanak-kanakan, tapi aku senang dia memiliki rasa khawatir akan aku.
Senin, siang itu hujan dan cuaca mendung. Dia datang bertamu ke rumah dengan membawa makana kesukaan Ibu, dan tak lupa mencium tangan Ibu sembari mengucapkan salam. Melihat pemandangan seperti itu, aku berkata lirih didalam hati “Sungguh pacar yang sangat baik dan berakhlak yang diberikan padaku” sembari tersenyum memandang Ibu dan Dia. Kami mengerjakan tugas kuliah bersama, bahkan dia juga ikut ambil peran sewaktu aku beberes rumah. Selain itu dia bisa memasak ternyata, dengan tingkah konyolnya dia sambil memegang spatula penggorengan dan berkata “Kamu ga tau aku dulu inginnya jadi chef, hanya Ibuku tidak mengizinkannya” dia menirukan wajah yang sedang cemberut’. Hehehe sungguh hal kecil yang sangat membuat aku bahagia pada saat itu.
2 bulan kemudian, hubungan kami semakin baik. Aku pun merasa tidak akan terjadi toxic relationship atau semacamnya. Pada saat acara natal tiba, aku menjadi salah satu panitia di acara natal tesebut. Aku datang bersamanya, dengan senang hati aku mengenalkan dirinya untuk pertama kalinya ke hadapan teman-temanku. Hingga pada saat penutupan acara dia selalu disampingku dan ia berkata “Kamu cantik untuk Tuhan hari ini” dan aku tersenyum sembari mengucapkan Terimakasih untuknya. Sepulang dari acara tersebut, dia izin untuk pamit setelah mengantarku pulang.
Hal-hal indah yang sederhana selalu kami jalani, hingga pada suatu waktu hubungan kami memasuki bulan ke-6 terjadi sesuatu hal yang menyebabkan kerenggangan dikarenakan orang ke-3. Aku tidak tahu dan mengerti akan hal itu, dia tiba-tiba berubah menjadi dingin dan sedikit mengabaikanku. Pada saat itu aku berfikir Dia sedang sibuk akan tugas dan pekerjaannya dan aku memaklumi akan hal itu. Lambat laun dia semakin berubah dan semakin cuek, dan kami sering berdebat dikarenakan dia yang selalu saja sibuk dengan kesibukannya yang aku tidak tahu kegiatan apa yang dia lakukan.
Pada saat aku dan teman-temanku bermain ke coffe shop miliknya, aku sedikit tidak menyangka dia memiliki partner perempuan di coffe shop-Nya yang kedekatan mereka cukup dibilang lebih dari teman. Dia tidak pernah memberitahu padaku bahwasanya dia memiliki partner perempuan. Aku langsung mendatanginya dan memberinya salam tak lupa ia menyambut salamku. Aku bertanya kepadanya “Siapa perempuan itu?” ia menjawab “Partner rekan kopiku”. Aku tak bisa mengerti kenapa harus perempuan dengan kedekatan yang tidak bisa dibilang hanya teman saja. Bahkan mereka berpegangan tangan di depanku, hanyan dengan alasan mengajari membuat Late Art. Sungguh alasan yang sangat tidak masuk akal pikirku sambil tersenyum ke arah mereka.
Setiap hari aku bertanya padanya akan hal yang sama dan jawabannya selalu sama “Hanya partner kopi” aku selalu mencoba menerima jawaban yang dituturkannya tapi tidak pernah dapat kuterima dikarenakan sekarang mereka lebih dekat dibanding denganku.
Pernah sewaktu di jalan aku pulang dari kampus dengan temanku, aku melihat dia dan partner kopinya itu berboncengan sambil berpelukan di motor. Apakah itu pantas disebut teman? Tapi aku masih saja memakluminya. Hingga disaat hubungan kami masuk bulan ke-7 aku memaksakan diri untuk menyudahi hubungan pacaran yang sudah tidak jelas lagi keadaannya. Dia bahkan melupakan kabar yang sangat penting, yang dari awal kami memulai hubungan sudah berkomitmen untuk tidak melupakan kabar. Dia lebih memilih akan perempuan yang baru dikenalnya dan satu basic dengan dia akan kopi.
Pagiku uring-uringan dihadapi dengan pilihan, mau mengulang kembali cerita lama yang bahkan aku sudah tau akhir dari cerita lama itu. Untuk membuka lembaran baru yang kita belum tahu bisa atau tidak merubah keadaan yang dulunya buruk menjadi baik saja aku tidak yakin akan hal itu.
Mungkin nanti rasanya tidak akan sama lagi, aku hanya sedang menunggu Tuhan untuk merubah perasaanku meski yang aku inginkan Dia mengubah keadaannya. Dan mungkin ini bukan tentang sebuah doa, tapi bagaimana aku terlatih untuk menunggu jawabannya dengan seiring belajar untuk mendewasakan hatiku. Membuat aku bisa mencoba menerima bahwa hal yang aku anggap baik untukku belum tentu baik untuk Hatiku dan untuk Tuhan.
Dengan hati yang berat aku datang ke coffee shopnya dan kutarik dia dan aku berkata “Kita Sudahi Saja” tapi dia menolak apa yang kukatakan. Aku tidak paham akan pikiran keras kepala yang dipertahankannya. Aku tidak mau semakin larut dalam sakit hati karena apa yang dilakukannya dibelakangku dengan teman kopinya itu, aku memutuskan menyudahi hubungan itu dan langsung pergi meninggalkannya dengan sakit hati yang menampilkan senyuman kepada perempuan teman kopinya itu yang menyaksikan kami bertengkar menyudahi hubungan.
Sampai di rumah aku menangisi keputusanku yang posisinya aku sudah sangat sayang akan dirinya. Tetapi demi untuk kebaikan hatiku, aku melupakanmu dengan cara mengingatmu selalu, aku pun tak tahu cara itu akan berhasil atau tidak, Intinya aku usaha agar aku tidak terpuruk dengan caramu yang salah memainkan hati. Hingga pada akhirnya kita akan selalu belajar untuk terbiasa pada hal yang pergi, yang berganti, yang menghilang untuk melanjutkan perjalanan hati.
Sudahi saja perasaanmu yang sia sia di matanya, dia tidak akan sadar akan perasaanmu. Tujuan utamanya mampir hanyak untuk sekedar datang bertamu menikmati kopi yang kau seduh kemudian pulang menuju tempat-Nya. Sudahi sedihmu karena sedihmu perlahan akan hilang. Keadaan baik akan berpihak padamu. Semangat bertumbuh – Kita!!
Cinta sejati adalah mereka yang mampu mengikhlaskan orang yang dicintainya, berbahagia dengan pilihannya. “Sekuat apapun kamu menggenggam sesuatu, apabila itu bukan untukmu, pasti akan terlepas juga”. Dan sesedih apapun kamu melepas sesuatu, jika itu ditakdirkan untukmu pasti akan kembali juga.
Bukan beda perasaan, tapi memang mungkin bukan jodohnya aja…
Cerpen Karangan: Riko S Blog / Facebook: riko sibuarian saya merupakan salah satu dari mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra indonesia, Universitas HKBP NOMMENSEN . Bergiat dalamhal cerpen dan ingin lebih dari sekedar penggiat. salam.