Aku ingin memulai semuanya dari awal dengan kekasih di masa laluku. Aku akan perbaiki semua kesalahanku. Aku akan buat Dara bahagia melebihi siapapun. Ya. Dara adalah nama kekasih di masa laluku. Hubungan yang kujalin dengan Dara selama tiga tahun pun kandas karena aku tak bisa menentukan prioritasku.
Entah bagaimana kabar Dara sekarang. Aku hanya berdoa supaya Dara tetap bahagia dan sehat selalu. Aku pun tak tahu dimana keberadaan Dara sekarang. Apakah dia masih tinggal bersama orangtuanya atau sudah tinggal sendiri? Dan masihkah Dara memikirkanku? Atau mungkin masih mencintaiku.
Aku mengambil ponselku yang kutaruh di atas meja. Aku hendak menelepon salah satu temanku sekaligus teman Dara. Niko namanya. Niko sebenarnya teman Dara, tetapi aku menganggapnya sebagai temanku juga. Karena teman Dara juga temanku. Semua yang menjadi milik Dara juga menjadi milikku. Begitu pun Dara. Temanku juga teman Dara. Jadi milik kita bersama. Aku dan Dara. Aku ingin berbagi semuanya dengan Dara. Pakaian, makanan, dan lain-lain.
Aku menekan tombol telepon dan Niko langsung mengangkatnya. Terdengar suara Niko yang agak serak. Katanya sedang flu, makanya suara Niko agak serak. Biasanya suara Niko tidak seperti itu. “Maaf ya, aku baru bangun. Ada apa, Ren?” ujar Niko setelah menyapaku lewat telepon dengan suara yang masih agak serak. Aku menelan ludahku. Sesaat aku tak mampu mengatakannya, namun aku butuh informasi Dara dari Niko.
“Dara baik-baik saja, Ren. Kemarin aku melihatnya bergandengan tangan dengan kekasihnya” ujar Niko lagi padaku. Mulutku ternganga mendengar apa yang dikatakan Niko padaku. Mataku terbuka lebar. Jantungku seperti sesak seketika. Aku belum mulai bertanya. Bahkan belum memulai berbicara perihal Dara. Tetapi Niko tiba-tiba membicarakan Dara seolah tahu apa yang ingin kucari serta kutanyakan pada Niko.
“Nik. Dia bener-bener bahagia, kan?” tanyaku memastikan. Aku tak apa jika Dara bahagia dengan kekasih barunya. Niko berdehem pelan.
“Boleh aku bertemu dengan Dara dan kekasih barunya? Setidaknya untuk yang terakhir kalinya” pintaku. “Terakhir kalinya? Kau mau kemana?” tanya Niko terkejut. Aku tertawa sebentar. Aku tidak kemana-mana. Aku ingin menghilangkan harapanku untuk memulai kembali hubungan kita dari awal. Lalu aku akan pergi dari hidupnya dengan memberikan penjelasan mengapa aku meminta putus. Dia tak pernah tahu bahwa aku menyimpan penyesalan yang sangat besar padanya. Penyesalan karena harus berpisah dengan orang yang tulus mencintaiku.
“Aku hanya ingin menemui Dara untuk yang terakhir kalinya” jawabku pelan. “Bagaimana denganku?” kali ini Niko menanyakan apa aku akan bertemu dengannya setiap hari atau tidak akan menemuinya lagi. Aku pun mengiyakan pertanyaan Niko sambil tertawa kecil.
“Kau bisa menemuiku setiap hari, Nik. Dan aku juga bisa menemuimu setiap hari. Tapi tidak dengan Dara. Bertemu seseorang seperti Dara hanya sekali. Aku sempat ingin mengajak Dara untuk memulai kembali dari awal” berhenti sejenak. Aku mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Aku menghilangkan pemikiran itu, Nik ketika kau mengatakan jika Dara sudah punya kekasih baru” lanjutku.
Terdengar hembusan napas Niko lewat telepon, “baiklah, aku akan mengajakmu bertemu dengan Dara dan kekasih barunya. Berjanjilah padaku untuk tidak menangis… ditempat” balas Niko akhirnya. Kemudian aku mengiyakan.
—
Kini aku berada di kampus Niko. Tiga tahun yang lalu aku menjadi mahasiswa disini dan sekarang aku sudah bekerja di perusahaan besar. Kampus ini masih terlihat sama seperti dulu. Aku tersenyum tipis saat kulihat Niko sedang menuju ke arahku. Lalu Niko memelukku erat. “Rasanya sudah lama aku tidak bertemu denganmu, padahal kita sering nongkrong” ucapnya sambil memelukku. Aku dan Niko tertawa.
Niko melepaskan pelukannya. Aku menatap Niko dan bertanya “bagaimana kabar mahasiswa semester lima?” Niko menggeleng pelan. Pertanda bahwa kabar Niko sedang tidak baik-baik saja.
—
“Rendra” panggil seorang gadis padaku. Suaranya sangat kuingat sejak dulu hingga kini. Aku memutar kepala dan menatap gadis itu. Aku tersenyum, meski dalam hati aku mengumpat karena ketahuan sedang menatapnya dengan lamat.
“Dara.” Gadis itu adalah Dara. Mantan kekasihku. Terlihat mata Dara memandang ke kanan dan kiri. Mungkin dia takut dilihat orang lain. Atau mungkin saja dia takut kekasihnya melihat dia bertemu denganku. Dan kekasihnya pasti tahu jika aku adalah mantan kekasih Dara. Entah dari Dara atau dari orang-orang. Semua orang tahu jika aku dan Dara pernah memiliki kisah. Namun tidak banyak yang tahu bahwa kita sudah putus. Hanya orang-orang tertentu yang tahu.
“Sendirian?” tanya Dara padaku dengan alis mengerut. Dara yang sekarang berbeda. Dari tatapannya padaku saja sudah terlihat. Dia seolah tak mau menemuiku lagi. Aku mengangguk pelan.
“Tadi aku ketemu sama Niko, lalu sekarang aku tidak tahu dia dimana” aku mencoba menjelaskan tujuanku disini supaya dia tidak salah paham. Biar Dara berpikir jika aku sedang menemui Niko. Dara tak perlu tahu bahwa sebenarnya kedatanganku disini ingin bertemu dengannya untuk yang terakhir kali.
“Duduk dulu, Dar” aku menawarkan Dara untuk duduk sambil menepuk pelan kursi kosong di sebelahku. Seolah menyuruh Dara duduk di sebelahku. Dara pun akhirnya mengiyakan tawaranku dengan anggukan.
—
Ada apa dengan Rendra? Kenapa tiba-tiba datang kesini? Mendadak isi kepala Dara penuh dengan pertanyaan. Dan kini Dara masih tidak menyangka jika dirinya sedang berbicara dengan Rendra. Bahkan dia bertemu lagi dengan Rendra.
“Dar, aku boleh ngomong tentang hal serius sebentar sama kamu?” tanya Rendra meminta izin padanya. Sebelah alis Dara terangkat tinggi mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Rendra. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Dara menelan air ludahnya. “Apa?” balas Dara. Rendra menghela napas panjang, lalu “sebenarnya aku kesini untuk menemuimu. Bukan untuk bertemu Niko. Sejujurnya aku… tahu kabar tentangmu dari Niko kemarin malam” berhenti sejenak.
“Kabar apa?” tanya Dara penasaran. Rendra menatapku dalam dan sangat lama. “Tentang kekasih barumu” jawab Rendra dengan suara lirih. Dara terkejut. Kemudian Rendra memandang ke arah lain.
“Kukira aku akan menemukan kelanjutan kisah kita, Dar. Ternyata yang kutemukan malah akhir kisah kita” ucapnya kemudian tertawa sebentar. Tunggu sebentar. Apakah Rendra ingin mengulang kembali hubungan kita seperti dahulu kala? Astaga. Lalu Rendra menatap Dara lagi sambil tersenyum manis. Dara menundukkan kepala.
“Maafkan aku, Rendra. Aku sudah tidak memiliki rasa lagi padamu. Kini perasaanku telah diisi oleh orang lain. Dan aku tidak bisa mengulang kembali kisah kita seperti dulu. Memang pernah aku mengharapkanmu, tapi itu dulu. Sekarang aku sadar bahwa kita tak bisa kembali” jelas Dara. Suasana menjadi hening diantara mereka berdua. “Aku juga minta maaf padamu, Dara” sesal Rendra.
—
Usai berbicara dengan Dara, aku memutuskan untuk pulang. Aku juga sudah berpamitan dengan Niko. Nanti malam Niko mengajakku bertemu di kafe biasanya. Tidak lupa Niko mengajak teman-temannya. Hampir saja aku melanggar janji yang dibuat Niko untukku. Aku hampir menangis di tempat. Tetapi tidak jadi.
Aku melihat senyum Dara yang melebar saat bersama kekasih barunya. Dara benar-benar bahagia. Tinggal aku yang belum bahagia. Aku masih ingat penjelasan Dara tadi. Dahulu Dara sempat menyimpan perasaan padaku. Bahkan sempat mengharapkanku kembali. Setulus itu perasaan Dara padaku.
Sekali lagi maafkan aku, Dara. Aku terpaksa memutuskanmu duluan karena pada waktu itu aku egois. Kau memprioritaskan aku, sementara aku memprioritaskan diriku sendiri daripada dirimu. Dan maaf karena aku tak bisa memperbaiki kesalahanku, ucapku dalam hati.
Cerpen Karangan: Purwati Blog / Facebook: tidak ada dirahasiakan