Direct Message, September 25, 2022 8:03 pm me “hi what’s up??” “can i ask something? can u give me reason for what happen now? why u don’t clarify something?” “if u mind it’s okay, i understand, i just want to say thanks and congratulations for ur relationship”! Him “Maafin aku ya mungkin bukan jodoh Maaf juga buat keluarga” Me “i just need ur reason now. No matter, no once wrong, i just need clarification, just it!. Him “Alasannya aku hanya ingin kasih sayang dan perhatin lebih, kalo ada yang lebih sayang dan perhatian lebih kenapa enggak, dan ku minta maaf sebesar besarnya sama kamu. Kita gak ada masalah kok baik baik aja. Me “okay, good luck”.
Kira kira seperti itu lah percakapan kami, lebih tepatnya aku yang kirim dm dia duluan, karena semenjak tiga minggu belakangan ini aku merasakan perbedaan dalam sikapnya, dan sejujurnya aku udah minta penjelasan pada saat minggu ke dua aku di Indonesia, tapi dia sama sekali gak pernah memberikan jawaban apapun atau penjelasan apapun kepadaku, bahkan cenderung lari di setiap aku tanya.
Flashback on Sekitar bulan mei 2020 aku mengunggah sebuah poto di halaman facebook aku, dan kebetulan juga itu awal awal aku berada di Jerman setelah 5 bulan lamanya.
Waktu aku buka kembali halaman facebook aku, tiba tiba ada pesan yang menyapa, nama akunnya adalah Ryan Wijaya, karena aku kepo setelah aku balas pesannya, lalu aku buka akunnya itu dan aku kaget pas lihat asal kotanya sama dengan aku, yaitu kota Bandung.
Pesan itu pun terus berlanjut sampai akhirnya kita tahu satu sama lain dari mulai sekarang lagi dimana dan ngapain dan tentu saja dia juga tahu bahwa kita satu kota, kami pun berlanjut saling tukar nomer whatsapp. Oh iya dia lagi kerja sebagai seorang Barista di kota Odense Denmark yang mana itu berbatasan dengan Jerman.
Satu tahun pun berlalu, kedekatan kamipun berlanjut ke tahap pacaran, meskipun kami belum saling bertemu, tapi kami berkomitmen untuk bertemu entah itu di Indonesia ataupun di luar negeri, dan dalam komitmen itu aku menegaskan kalo dalam satu ataupun dua tahun kedepan kita belum bertemu mungkin aku bakal minta pisah, dan dia pun gak keberatan dengan hal itu.
Hari hari indah pun kami lalui, bahkan kita tahu jam dan kebiasaan masing masing, aku bersyukur juga karena dia selalu menemani hari hariku dan kebetulan saat itu sedang ada pandemi yang membuatku jarang keluar rumah, kita sering video call hanya untuk menonton dia bekerja atau aku yang sedang belajar.
Sampai pada di tahun pertama hubungan kita berdua, dia habis kontrak di perusahaan pertama dan dia pulang ke Indonesia pada bulan April 2021.
Niatnya aku pun akan pulang pada bulan enam, terus kita bisa bertemu. Tapi sayang karena waktu itu masih dalam keadaan pandemic global yang mengharuskan banyak prosedur untuk bisa pergi ke suatu negara, salah satunya adalah kita harus karantina selama 2 minggu di negara tujuan, sedangkan aku cuma punya waktu sebulan karena itu libur kampus atau libur abis semester.
Karena satu dan lain hal pun aku gak bisa pulang, beberapa bulan pun berlalu Ryan masih di Indonesia dan aku dengan keseharianku seperti biasa, pada saat itu juga aku mulai merasakan perubahan sikap dia, entah karena waktu kita yang berbeda, oh iya perbedaan waktu antara Jerman dan Indonesia adalah 5 jam, disini aku mencoba positive thinking karena perbedaan waktu ini.
Di waktu ini, kita pun agak mulai renggang dan jarang berkomunikasi, sampai aku udah pasrah aja, mau gimanapun.
Selang beberapa minggu kita mulai chatingan lagi, dia ngasih tahu kalo dia mau mencoba daftar kerja ke Swiss, aku pun tetap mendukungnya, namun sebulan dua bulan masih belum ada kabar lagi katanya, sehingga dia memutuskan balik lagi ke Denmark yang kebetulan di perusahaan ini dia gak perlu ribet lagi harus nyiapin ini itu, cukup interview sama bikin video skill dia aja.
Diapun berangkat ke ke Denmark tepatnya di kota Kopenhagen, saat itu hubungan kami pun kembali dekat, kami mulai saling menemani satu sama lain di keseharian kita.
Oh iya, disini aku lebih pasif dibanding dia, dia pun mulai mempermasalahkan sikap aku yang cenderung cuek dan enggak perhatian, sejujurnya sikap cuek dan pasifku adalah bentuk komitmen aku sebelum kita bertemu secara langsung dan keseriusan seperti apa yang dia kasih ke aku, karena aku gak bisa dan gak mau ketika aku senyaman itu lalu aku kecewa dengan kenyataan, entah karena kita enggak akan pernah bertemu, atau apapun itu yang membuat kita tidak bersatu pada akhirnya.
Aku tetap megang komitmen ini sampai akhir hubungan kita, pernah suatu hari dia meminta agar aku bisa nunjukin kasih sayang dengan aku lebih perhatian dan lain lainnya, aku pun bertanya, bukti apa yang kamu bisa kasih ke aku sebagai gantinya? Aku juga bertanya dan mengusulkan, bagaimana jika kita nabung bersama, ayok kamu yang kesini atau aku yang kesana? Tapi jawabannya agak menya menye dan gak menunjukan keseriusan dia mau menemui aku.
Disini meskipun aku cuek dan gak seperhatian yang dia idealkan, tapi sebagai gantinya aku seserius itu sama dia, aku dukung dalam karirnya di social media, aku ngajarin di acara ngedit, cara bikin video, aku bikin di akun dll.
Tapi yang dia idealkan saat itu adalah perhatian yang lebih dari komitmen aku, sampai pada akhirnya dia memilih wanita lain.
Dan hal yang paling aku kecewakan dari sikap dia adalah, dia terlalu banyak bicara, omong kosong, sampai pada titik dia mulai terkenal di salah satu media sosial, waktu itu aku mulai merasakan perubahannya yang sangat menyakiti perasaanku, ketika kita video call dia mulai buka sosmednya dan mengabaikanku, bahkan dia lebih memilih vidio siaran langsung bersama orang lain daripada ngobrol dengan aku seperti sebelum sebelumnya.
Aku pun mulai mempermasalhkan hal ini, bukannya aku melarang tapi ini melebihi batas, dan yang dia katakan adalah: “ini kan Cuma hiburan, Cuma konten, Cuma komenan”.
Sampai pada akhirnya dia mulai enjoy dengan fasenya yang ini, dan mulai banyak bertemu perempuan lain lalu membandingkan aku dengan yang lain.
Dan satu hal lagi yang melukai hatiku adalah, dia sama sekali tidak mengakui aku sebagai kekasihnya di depan public, dengan dalih “buat apa diumbar kehidupan pribadi aku”.
Aku cukup mengiyakan aja, karena aku tau jalan pikir manusia semacam ini, dan benar saja setelah beberapa waktu, dia mulai gak ngehubungin aku lagi, dan ketika aku hubungin dia, yang aku aneh adalah dia bilang “aku kerja dulu”, “aku tidur dulu”, yang nyatanya waktu waktu biasa kita komunikasi udah sama yang lain wkwkw.
Aku pun milih pergi aja, karena percuma setiap aku nanya, dia alasan mulu dan ngegantung gak jelas, setelah satu bulan aku hapus kontak dia dan yang lainnya, aku pun kembali check akun dia dan ternyata dia udah sama yang lain, aku tau karena dia mempostingnya, yang katanya gak suka umbar umbar eh nyatanya Cuma waktu itu karena aku aja orangnya, mungkin dia terlalu malu mengakui aku, entah.
Dari situ logikaku pun berjalan, meskipun hati agak kecewa, tapi logikaku mulai menimbang kembali laki laki seperti itu adalah contoh buat referensi masa depan ketika akan memutusan memiliki hubungan.
Cerpen Karangan: Santi Jahidin Blog: santijahidin.my.id