Kami adalah teman mengaji. Saat itu sedang ada pengajian 1.000 hari setelah meninggalnya nenek guru ngaji kami. Kami semua yang mengaji disana disuruh untuk membantu mengaji termasuk aku, Vita, Fani, Dio, Justin, dan yang lain. Setelah selesai mengaji tiba-tiba hujan datang dengan sangat deras, kami semuapun disuruh menunggu hingga hujan agakk reda. Disitu kami bermain bersama.
“Aduhh…” teriak Vita. “Kenapa” sautku. “Ada yang melempar duku ini” jawab Vita sambil menunjukkan duku tersebut. “Pasti ini perbuatan anak laki-laki itu” sautku sambil melihat ke arah anak laki-laki. “Aduhh…!” teriakku. “Hahahahaha…” ledek anak laki-laki itu. Setelah beberapa menit aku dan Vita pun membalas dengan melempar duku kembali. Kami akhirnya bermain lempar-lemparan duku. Sampai hujan reda akhirnya kami pulang. Dan setiap harinya saat mengaji aku selalu bercanda dengan Putra hingga aku pun sepertinya mulai ada rasa kepadanya.
Setelah beberapa hari dia akhirnya menyimpan dan mengirim pesan padaku. “Pp” “Save” ucapnya di pesan itu. “Siapa?” jawabku. “Save Putra” jawabnya. “Ok” jawabku dengan singkat, padahal sebenarnya ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu agar dia menyimpan nomorku. Setiap harinya pun dia selalu mengirim pesan padaku, entah itu menanyakan kabar atau bahkan terkadang tanpa ada tujuan, dan kamipun akhirnya menjadi lebih dekat.
Hingga pada suatu hari, pada saat aku pulang mengaji aku dan Vita membeli es krim di rumah Irham, ternyata di sana ada Putra sedang bermain bersama teman-temannya. Dan saat aku dan Vita akan pulang dia menghentikan kami. Akupun bingung ada apa. “heee… sebentar berhenti dulu” teriak Putra dari kejauhan. “Ada apa?” saut vita dari kejauhan. “Sebentar aku mau ngomong sesuatu” jawabnya sambil berlari. “Ada apa?” tanya Vita “sebenarnya aku itu eee.” “Sebenarnya aku itu suka..” jawab Putra dengan gugup “Kamu suka Anita?” tanya Vita padanya, sementara aku hanya terdiam tanpa mengeluarkan kata apa pun. “hha iyaa” jawab dia dengan sedikit malu. Vita pun langsung tertawa seolah meledek kami berdua, sedangkan aku hanya bisa terdiam untuk menutupi kesaltinganku dan betapa bahagianya aku saat dia mengungkapkan perasaannya di depanku secara langsung.
Sesampainya aku di rumah aku langsung membuka hp dan saat aku membuka WhatsApp ternyata ada notif dari dia. “Bagaimana?” tanyanya di pesan itu. “Apanya?” jawabku berlagak tidak mengerti apa yang dia maksud. “Yang tadi” jawabnya. “Kamu pasti bohong kan?” “Itu pasti prank kan” ujarku di chat itu sambil menahan salting. “Enggak ini beneran bukan prank” jawabnya untuk meyakinkan aku. “O iya” jawabku seolah mematikan topik.
Waktu terus berjalan aku dan putra pun menjadi semakin dekat setiap harinya, tetapi aku masih terlalu gengsi untuk mengakui bahwa aku pun menyukainya kembali bahkan sebenarnya akulah yang lebih dulu memyukainya. Waktu terus berjalan hingga kenaikan kelas. Aku memutuskan untuk melanjutkan ke SMP sedangkan dia memtuskan untuk pergi mondok, kamipun perlahan mulai menjadi asing. Tetapi ternyata dia mondok di pesantren yang sama dengan teman SD ku. Akupun bisa menanyakan keadaan dan hari-harinya. Bahkan terkadang saat orangtua temanku menjenguk temanku aku pun ikut, tetapi sekalipun aku tidak pernah bertemu dengannya.
Hingga pada akhirnya teman Putra (Rendy) mulai mendekati aku dan setiap harinya kami selalu bertukar cerita tentang bagaimana hari-hari kami masing-masing. Hari terus berjalan dan akupun mulai sadar bahwa sepertinya Rendy mempunyai perasaan lebih kepadaku. Tetapi bukannya aku kembali suka, justru aku malah ilfil padanya. Tetapi pada akhirnya saat pertengahan kelas 8 Putra memutuskan untuk kembali ke rumahnya karena disana dia ada masalah dengan temannya.
“Assalamu’alaikum” ucap Putra di chat itu. “Wa’alaiumsalam” jawabku dengan heran. “Siapa ini” tanyaku di chat itu. “Aku Putra” “Ini nomorku yang baru” jawabnya. “O iya, ada apa?” tanyaku padanya. “Tidak, aku hanya ingin menghubungimu saja” ucapnya. “O iya” jawabnya. Kami pun melanjutkan chat seperti biasa.
Tetapi setelah beberapa bulan ayah Putra meninggal dunia. Putra pun mulai menjadi sedikit nakal, karena dia hanya tinggal bersama ibu dan kakeknya sedangkan dari keduanya tidak ada yang ditakuti. Pada suatu malam saat aku sedang mengerjakan tugas tiba-tiba dia mengechat aku.
“Nitaa” ucapnya di chat itu. “iya apa?” jawabku. “kamu sedang apa?” tanyanya. “Aku sedang mengerjakan tugas sekolah” jawabku. “O iya segera tidur ingat kesehatanmu” ucapnya seolah perhatian padaku. “Tumben ngomong kayak gitu” “Kesambet apa kamu” ucapku terheran dengan perkatannya. “Ya gapapa” “Kenapa ngga boleh” tanya nya padaku. “Ya gapapa se” jawabku. “Yasudah segera tidur ini sudah malam” ucapnya. “Ya” jawabku dengan singkat.
“O iya aku mau tanya” ucapnya. “Apa” jawabku. “Latian volly e iku hari apa ae?” “Aku gapapa ikut ta?” tanyanya. “Latiane hari senin, rabu, jum’at” “Gapapa kayak e tanya o langsung ae nde mas Zidan” ucapku. “Kamu mau ikut ta?” tanyaku. “Iya aku pengen ikut” jawabnya.
Besoknya saat latihan volly ternyata dia datang bersama Rendy dan Farhan. Saat itu aku lupa tidak membawa air minum, akhirnya aku meminta tolong Rendy untuk membelikan aku air minum. Tetapi saat aku akan mengganti uangnya dia tidak mau menerima, tetapi aku tetap memaksa sampai Putra pun melihat ke arah kami dengan tatapan yang berbeda. Setelah selesai latihan kami tetap bermain di lapangan sedangkan coach(mas Zidan) sudah pulang duluan. Aku dan yang lainnya bermain pasing-pasingan, secara tidak sengaja aku berhadapan dengan Putra dan itu membuat Rendy cemburu padanya.
Hari sudah malam kami semua pun pulang. Sesampainya di rumah setelah mandi dan sholat aku membuka hp. Saat aku membuka WhatsApp mereka berdua mengirim pesan padaku.. Pertama aku membuka chat Rendy terlebih dahulu. “Nita aku habis ini blokiren” ucap Rendy di chat itu. “Kenapa” tanyaku “Gapapa kamu blokir ae” ucap Rendy. “Oke” jawabku aku pun langsung memblokirnya.
Kemudian aku membuka chat Putra. “Nita” “Nitt” ucap Putra. “Iya apa?” jawabku “Aku mau ngomong sesuatu” “Sebenarnya aku masih suka padamu” ucap Putra. “Oh ya?” jawabku dengan singkat. “Bagaimana apakah kamu mau memiliki hubungan lebih dari teman denganku?” tanyanya “Aku tidak tahu, aku akan berpikir dulu” jawabku. “Baiklah aku akan menunggu jawabanmu besok” ucap Putra.
Setelah beberapa menit temanku Caca pun mengirim pesan padaku. “Nit buka blokiran Rendy” “Kualat nanti kamu” “Kenapa kamu blokir dia?” Ucap Caca di pesan itu. “Dia yang menyuruh aku untuk memblokirnya” jawabku. “Emang kenapa?” tanyaku. “Kamu buka blokirannya sekarang penting!” jawab Caca. “Oke”jawabku.
Dan ya ternyata Rendy mengirim pesan padaku “Nita sebenarnya aku punya rasa lebih padamu, aku juga berharap kita mempunyai hubungan lebih dari teman” ucap Rendy mengungkapkan perasaannya. “Lah terus kenapa kamu tadi menyuruhku memblokir nomormu” tanyaku dengan heran. “Ya karna sebenarnya Putra juga menyukaimu, dan dia menyuruhku untuk menjauhimu” “Sekarang terserah kamu mau memilih siapa” ucap Rendy. Akupun akhirnya tidak membalas pesannya karna bingung mengatakan apa.
Semalaman itu aku terus berpikir apa yang aku harus aku katakan pada mereka berdua besok. karena disatu sisi mereka berdua adalah teman dekat, sedangkan di sisi lain aku juga tidak ingin membohongi perasaanku sendiri.
Pagi pun datang dengan cepat waktunya berangkat sekolah. Sesampainya aku di sekolah aku langsung bertanya pada Caca apayang harus aku lakukan. “Bagaimana ini Ca apa yang harus aku lakukan” tanyaku. “Lebih baik kamu mendengar isi hati kamu” jawab Caca.
Jam sekolah berakhir semua siswa dipersilahkan untuk pulang. Sesampainya aku di rumah aku memberanikan diri untuk membuka WhatssApp. Dan aku mendapat notif dari Putra dan Rendy. “Bagaimana?” tanya Putra. “Apakah kamu serius dengan yang kamu katakan kemarin?” tanyaku balik. “Iya aku serius, bagaimana apakah kamu mau?” jawabnya. “Iya aku mau” ucapku padanya. Setelah itu aku membuka chat Rendy. “Selamat yaa” ucap Rendy. “Iya, maaf ya karena aku tidak bisa membalas perasaanmu” jawabku dengan tidak enak hati “Iya gapa kan perasaan tidak bisa dipaksa” ucapnya.
2 bulan telah berlalu aku dan putra pun menjalankan hubunganku sewajarnya seperti remaja-remaja biasanya. Tetapi beberapa hari terakhir aku selalu membuat masalah dengan dia. Hingga pada suatu hari dia tidak menghubungiku sama sekali. Firasatku sudah tidak enak, pikiranku juga sudah negatif. Aku berpikir bahwa dia sudah menaruh perasaan pada wanita lain, ya benar saja saat dia mengirim pesan padaku dia memimta untuk menyudahi hubungan kami.
“Anita” “Maaf ya, hubungan kita sampai sini saja” “Maaf jika selama ini aku punya salah padamu” ucapnya. “Iya” jawabku singkat dengan menahan tangis. Dan ya karena aku pun wanita dan aku memiliki hati akupun menangisinya.
Hari terus berlalu tetapi perasaanku padanya tidak pernah berubah. Ternyata dia pun belum bisa melupakan aku, akhirnya kami memutuskan untuk balikan. Dan ya seperti sebelumnya setelah 2 bulan berlalu hubungan kami berakhir. Tetapi setelah itu dia langsung menemukan penggantiku, dan itu lah yang membuatku sangat sakit hati.
Tetapi pada suatu hari dia mengatakan padaku bahwa tidak ada yang bisa seperti aku. Akhirnya dia mengajak aku balikan, dan dengan bodohnya aku mau. Karena aku bepikir dia akan berubah, tetapi ternyata pikiranku itu salah. Dan ya sama seperti sebelumnya setelah dua bulan hubungan kami selesai. Tetapi saat inilah yang paling menyakitkan karena dia menyudahi hubungan ini tanpa ada kata selesai, melainkan dia langsung memposting pasangannya yang baru.
Waktu terus berjalan tetapi entah mengapa perasaanku padanya tidak pernah berubah sedikitpun, bahkan terkadang saat aku merindukannya air mataku selalu menetes. Dari sini aku sadar bahwa sebanyak apapun kita mengulang membaca buku yang sama kita tidak akan pernah bisa mengubah endingnya dan setulus apapun perasaan kita pada seseorang belum tentu orang itu bisa punya perasaan tulus juga ke kita atau bahkan sekedar menerima dan menghargai.
Cerpen Karangan: Dwi Blog / Facebook: Bolobolo Hai aku siswa SMPN 1 PURI