Sudah 1 tahun lamanya seorang perempuan kelahiran Jawa memfokuskan dirinya untuk menulis. Akhir akhir ini ia berfikir untuk menjadi penulis dimasa depan.
Sudah banyak karya karyanya yang dibukukan dan dinikmati oleh para penggemar cerita. Sudah banyak pula cerita yang ia tulis mulai dari kisah hidupnya dan khayalannya yang tidak bisa terpenuhi.
“Makan dulu, Shel” suruh seorang wanita paruh baya yang berstatus menjadi Ibu dari perempuan yang bernama Shella. “Iya ma!” ia meninggalkan karangannya dimeja tulis yang baru saja selesai.
Shella keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan untuk makan bersama dengan orangtuanya. Shella makan begitu lahap karena otaknya sudah digunakan untuk berfikir keras membuat sebuah karangan yang akan dinikmati oleh banyak orang.
“Sampai kapan kamu akan selalu berada di kamar, Shel?” tanya seorang lelaki paruh baya yang berstatus menjadi Ayah Shella. “Aku tidak tahu, Yah” Shella menaruh sendoknya kembali dipiring. “Aku sudah nyaman dengan hobi baruku ini” Sebenarnya orangtua Shella tidak setuju jika anak perempuannya selalu mengurung diri di kamar tanpa mau bersosialisasi seperti dulu.
Dulu Shella adalah anak yang aktif dan ceria, selalu ingin tahu tentang sesuatu dan sering keluar rumah untuk bermain dengan temannya atau mencari teman baru namun karena suatu kejadian ia menjadi ansos dan pemurung.
Orangtua Shella setuju saja jika anaknya menjadi penulis tetapi tidak sampai ansos seperti ini. Mereka tidak suka jika Shella terus menerus mengurung diri dengan beralasan menulis sebuah karangan.
Jika diceritakan kembali mungkin Shella akan teringat masalalunya dan membuatnya menjadi semakin ansos.
“Ayah setuju jika kamu menjadi seorang penulis tetapi jangan terus menerus mengurung diri, kau ini masih muda masih banyak hal yang harus kau ketahui untuk bekal masa dewasamu nanti” ucap sang Ayah.
Shella hanya mendengarkan dengan cemberut, sudah bosan sekali ia mendengarkan celotehan orangtuanya.
“Aku akan berusaha untuk kembali bersosialisasi, tapi tidak untuk sekarang, Yah” Shella mempercepat acara makannya.
“Aku sudah selesai makan, besok aku ada kelas pagi dan harus tidur sekarang” setelah mengatakan itu, Shella pergi meninggalkan meja makan dan masuk kedalam kamarnya.
Orangtua Shella hanya menghela nafas melihat kelakuan anaknya.
Setiap ia dinasehati, ia akan mengingat apa penyebab ia menjadi seseorang yang anti sosial. Haruskah Shella menceritakannya kembali?.
Pada waktu ia masih menginjak bangku SMA dikelas 12, ia mempunyai seorang kekasih. Masa SMA Shella begitu indah, ia dan kekasihnya termasuk jajaran anak famous di sekolahnya sehingga selalu menjadi bahan sorotan dan perbincangan para murid di sekolah.
Setiap hari ia dan kekasihnya selalu pergi bersama, entah ke kantin, taman, perpustakaan dan lapangan. Entah kemana saja mereka pasti berdua.
Para murid di sekolah menganggap mereka adalah couple goals.
Sampai pada suatu hari setelah mereka berdua dinyatakan lulus dari masa SMA itu, mereka memasuki kampus yanh berbeda. Disitulah awalnya, yang mengubah hidup Shella menjadi berubah 180°.
Ia mendapati kekasih bergandengan tangan dengan salah satu perempuan yang berada di kampus kekasihnya.
Tentu saja Shella merasa marah, ia melabrak dua sejoli yang bergandengan tangan itu.
“Calvin!” teriak Shella. Teriakkan Shella membuat seluruh mahasiswa maupun siswi menoleh kearah Shella.
“Dia siapa?” tanya perempuan yang digandeng oleh kekasih Shella. “Aku tidak tahu, aku tidak mengenalnya” Calvin menjawab secara acuh.
“Kamu selingkuh?!” bentak Shella. “Siapa kau? aku tidak mengenalmu” acuh Calvin. Shella menutup mulutnya tidak percaya. “Tidak mengenalku?” matanya mulai berkaca kaca.
“Maaf, kamu siapa ya? dia ini pacar saya” perempuan yang digandeng Calvin menatap Shella dengan pandangan tidak suka. “Aku pacarnya!” Shella membentak. “Jangan membentak kekasihku, pergilah kau” Calvin membentak Shella. “Aku yang kekasihmu, Calvin!” air mata Shella mulai keluar setelah mendengar bentakan Calvin. “Pergilah, atau aku panggilkan satpam” usir Calvin.
“Kamu pasti bercanda ya?” Shella meyakinkan dirinya sendiri. “Sekarang bukan hari ulang tahunku janganlah bercanda seperti ini” Shella menyangkal. “Aku tidak bercanda, pergilah” usir Calvin. “Tidak!” Shella kembali membentak.
“Pak! tolong bawa keluar perempuan ini, ia bukan mahasiswi sini Pak” Calvin memanggil satpam yang berjaga didepan gerbang. Satpam itu menghampiri Shella dan menyeretnya keluar.
“Calvin!, ada apa denganmu?!” Shella berteriak seperti orang gila. “Calvin!” Shella memanggil Calvin berkali kali.
“Pak, dia pacar saya tolong bawa saya kembali kedalam” ucap Shella memohon. “Maaf tidak bisa, anda sudah menganggu kenyamanan mahasiswa” satpam itu berkata dengan tegas tidak ingin dibantah. Shella pun pergi dengan rasa sakit yang ia bawa.
Mengingat masa itu membuatnya kembali merasakan sakit yang begitu hebat, dikhianati oleh orang yang paling ia cintai. Bahkan Shella sudah menata masadepannya untuk hidup bersama Calvin.
Shella lebih memilih untuk menyendiri dan menyembuhkan lukanya. Pada awalnya ia terus menerus menangis sepanjang hari mengenang kisah yang pernah mereka lakukan dimasa dulu. Namun tiba tiba sebuah ide muncul di kepalanya, ia membuat kisah tentang hidupnya dan ternyata banyak yang berminat tentang cerita yang ia tulis.
Shella melampiaskan segala emosi didalam karyanya, semua rasa sakit yang ia rasakan ia tulis juga dalam karyanya, ia mengabadikan semua rasa yang ia simpan, entah marah, kecewa, sakit begitupun dengan rasa rindu.
Hingga sampai saat ini Shella masih menulis apa yang ia bayangkan. Khayalannya yang tidak terpenuhi ataupun permasalahan hidupnya.
Lelah mengingat masalalu, Shella memutuskan untuk tidur dan mempersiapkan hari esok untuk memulai kelas pagi.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa ig; janheavens