Rak buku minimalis di kamarku terlihat rapi meskipun ukurannya cukup mini. Hampir semua buku yang ada di dalamnya merupakan hasil karya dari para sastrawan ternama, kecuali secuil kertas yang sempat kuisi dengan rentetan diksi-diksi untuk dirimu.
Selembar kertas itu tak pernah lusuh, karena terhimpit ribuan buku-buku di raknya. Mungkin engkau akan bertanya-tanya, apa isi secuil kertas yang kusimpan itu? Namun, sebelum hendak kuberikan padamu. Engkau memilih berlalu lebih awal di November lalu yang kelabu, sehingga kertas itu mungkin akan kusampaikan nanti di penghujung tahun 2022 ini.
November; Akhir dari kenangan terindah bersamamu Di pertengahan tahun 2022 aku menempuh perjalanan panjang, tanpa tujuan tanpa harapan. Berbagai rintangan telah kulewati, berbagai sayatan telah kurasakan. Hingga pada akhirnya aku bertemu denganmu di bulan Oktober kelabu.
Sepertinya seenyumanmu waktu itu yang pertama kali membuatku terpesona. Bibir mungil yang merona seolah-olah memberikan cahaya yang memikat jiwa. Lalu, kita saling menyapa dan mengucapkan kata “Salam kenal ya.” Sesingkat itu saja, dan selanjutnya semua perlahan dibentuk dan dirangkai di alam semesta.
Seiring berjalannya waktu, engkau seperti sudah memberikan hal baru yang seolah-olah menjadi warna terindah di dalam kehidupanku di kala itu. Dari situlah muncul tiba-tiba rasa yang berbeda. Rasa yang seutuhnya tidak pernah ada.
Waktu terus menuntuku untuk memilih dirimu dan dunia seakan-akan terus menerus mendorong hasrat yang ada di dalam jiwa dan berkata; “Selagi masih ada waktu milikilah dia dan genggam dengan rasa yang kau punya.”
Tanpa pikir panjang, setelah sebagian kisah telah terjadi maka di Oktober lalu aku mengungkapkan segala sesuatunya. Engkau pun tak segan menerima segala rasa yang ada di dada yang terucap dari mulutku ini. Semenjak itulah kita diguyur asmara.
Waktu terus berlalu. Kebahagian kian terasa di beberapa bulannya. Namun, tanpa kusadari semuanya akan berakhir sirna. Di akhir November menuju Desember, ternyata engkau diam-diam merangkai kembali cerita masa lalumu. Aku yang tak tahu hanya terlelap dalam cerita yang seharusnya tidak perlu kujalani.
Semakin jauh berlabuh, perlahan-lahan aku mengetahui tentang dirimu yang ingin kembali ke masa lalumu. Terasa begitu mencekam, luka-luka secepatnya menikam sukmaku yang mendengar kabar itu.
Aku berpikir panjang, semakin kukejar semakin berkembang pula luka yang kurasakan. Hingga pada akhirnya aku memilih mengakhiri semuanya itu di akhir bulan November sebelum hendak Desember menyapa. Semuanya terasa lebih baik, dan tidak lupa pula aku tetap menyapa dirimu yang bukan milikku lagi.
Sederet catatan akhir setelah perpisahan itu terjadi; Ini sudah akhir Desember dan sebentar lagi tahun berganti, sudah saatnya aku menyampaikan apa isi secuil kertas yang sempat kuisi dengan rentetan diksi-diksi di Oktober lalu; “Jika nanti tak seutuhnya bersamku, maka carilah yang lebih baik dari diriku ini. Karena aku tak dapat memaksa dirimu untuk menerima kekurangan yang menempel di tubuku yang lusuh ini”
Tak terasa ya kenangan terindah kita telah tercipta di beberapa bulan lalu. Begitu singkat dan semuanya terpaksa melekat. Waktu itu, engkau memilih pergi dan kembali ke masa lalumu. Sedangkan aku harus berusaha sendiri mengobati luka-luka yang kau berikan hingga saat ini. Namun, tak mengapa karena semua itu adalah pelajaran terbaik untukku pelajari ke depannya.
Jujur saja, aku masih rindu padamu yang dulu. Tapi waktu telah menuntuku untuk mengakhiri semuanya. Sebentar lagi tahun berganti, semoga engkau menemukan yang terbaik dan lebih baik dari sebelumnya.
Selesai..!!
Cerpen Karangan: Ronaldus Heldaganas Blog / Facebook: Ronaldus