Di ruangan kantornya, Irfan memandang beberapa lembar kertas yang berada di tangannya. Kertas yang cantik, bersampul pita dan terlihat sangat mewah. Dia bukan tertarik pada benda itu, melainkan kekhawatiran dalam pikirannya.
“gue bahkalan nikah sama Maya” gumamnya. Irfan menghela nafas tampak berat. Dia bukan tidak mencintai Maya, tapi… dia lebih mencintai Maya hanya sebatas sahabat. Hanya itu. Irfan berjalan menuju sudut ruangannya, menatap jendela untuk melihat aktivitas luar dari dalam kantornya. Dia larut dalam lamunannya, mencoba mengingat sosok orang yang dia cintai selain Maya.
7 tahun yang lalu… Irfan baru saja pindah sekolah di SMA Merah Putih. Dia duduk di bangku kelas 3. Kepindahannya bukan karena kemauan Irfan sendiri, melainkan keadaan orangtuanya yang terus dituntut untuk berpindah-pindah tugas. Jika begini, Irfan hanya bisa mengikuti kemauan orangtuanya. Dia pernah menolak dan memutuskan untuk tinggal sendirian, tapi orangtua Irfan mengancam padanya akan putuskan sekolahnya jika tidak tinggal bersama-sama.
2 hari setelah kepindahannya di SMA merah putih, Irfan terlambat masuk ke sekolah. Dia berlari sekencang-kencangnya. Tiba-tiba… Brakk!! Irfan bertabrakan dengan siswi berambut panjang. gadis itu terjatuh sedangkan Irfan tetap berdiri dengan tegap. “lo nggak papa?” ucap Irfan. Gadis itu mendangakkan wajahnya untuk melihat irfan. Mereka sama-sama saling menatap. Jantung irfan seakan mati setelah menatap gadis itu. Gadis itu memiliki wajah yang imut dan memiliki mata yang bulat. Dia berusaha tetap tenang dan stabil dalam keadaan ini. Irfan tersenyum. Yah.. dia tahu senyumannya kali ini pasti terlihat kaku. Gadis itu masih diam seribu bahasa membuat Irfan menjadi semakin kaku dan serba salah. “gue bantu ya..” kata Irfan mencoba menghilangkan kegugupannya. Dia langsung membopong gadis itu naik ke atas. “maaf ya..” lanjut Irfan sembari melangkah meninggalkan gadis itu. Dia bisa mati kutu lama-lama jika terus manatap gadis itu.
Lambat laun, Irfan mencoba mendekati gadis itu. Dan ternyata dia bernama Calissa. Irfan berterimakasih pada Calissa dan satu sahabatnya karena sudah menyemangati Irfan saat latihan basket seminggu yang lalu. Yah dari awal yang sangat sederhana mampu membentuk sebuah hubungan. Mungkin sebatas teman. Tapi.. dengan sahabatnya Calissa, Irfan terpaksa menjalin hubungan sebagai kekasih padanya. Dia bernama Maya. Gadis yang sama-sama dekat dengan Irfan. Dia melakukan itu karena…
“om minta tolong sama kamu, fan. Kamu mau berjanji sama om?” kata Om Jay. Sahabat papanya. Irfan tertegun. Dia menatap kedua orangtuanya. Terutama papanya. Papanya membalas tatapannya dengan penuh rasa harap. Irfan tersenyum, “janji apa om?” sahutnya. “cintai Maya, anak Om” Irfan sejenak terdiam cukup lama. Dia ingin sekali berontak mengatakan ‘aku mencintai sahabat anaknya’ tapi dia harus menghapus keinginan itu. Papa sudah menceritakan semuanya. Tentang Maya. Dia diagnosa menderita kanker otak stadium 3. Irfan tahu perasaan Om jay. Dia pasti menginginkan anaknya bahagia bersama anak sahabatnya. Irfan mengangguk pasrah. Dia tersenyum ikhlas walau dia tahu hatinya berontak setengah mati.
Irfan tersadar dalam lamunannya saat mendengar suara alarm di jam tangannya. Dia segera pergi menemui calon istrinya, Maya. Di tempat, Irfan menatap sosok perempuan yang dia cintai selain Maya. Dia sedang berpelukkan dengan Maya. Dia lah Calissa. Irfan menatap Calissa serba salah. 3 minggu lagi dia akan menikah dan Irfan belum melupakan gadis itu. Maya berbalik melihat Irfan sembari tersenyum hangat. Irfan membalas senyuman itu.
“kak.. Irfan..” sapa Calissa “jangan panggil kakak dong, Sa…” kata Irfan sambil melonggarkan ikatan dasinya “baiklah pak Irfan..” ucap Calissa sedikit tertawa. Irfan hanya tersenyum seperti biasa. Senyuman sandiwara untuk menutupi perasaannya selama ini. “bentar ya, kak. Aku ke toilet dulu” kata Maya pada Irfan. Irfan hanya mengangguk dan tersenyum. Maya langsung meninggalkan Irfan dan Calissa.
Mereka sama-sama terdiam. Diam yang cukup lama, namun setelah itu mereka serentak ingin menghancurkan suasana kaku. “kak..” ucap Calissa bersamaan dengan panggilan irfan “saa” ucap irfan. Mereka sama-sama tertawa. Irfan tersenyum. “lo duluan, sa” kata Irfan mengalah “lo ajalah kak” ujar Calissa. Irfan menghela nafas dan tersenyum sampai lesung pipinya terlihat sangat manis. “lo apa kabar?” ucap Irfan. Calissa terlihat jadi salah tingkah. dia ingin sekali menangis saat itu juga dan mengatakan ‘gue bisa mati kalau lo akhirnya jadi nikah sama Maya!!’ tapi itu cukup terucap di batin Calissa. Dia tidak ingin merusak hubungaan Maya dengan irfan. “gue?.. gue.. baik kok” ucap Calissa terbatah-batah. Dia tak kuasa menahan air mata yang sudah mengumpul dan akan meledak sebentar lagi. “yakin??” ucap irfan membuat Calissa semakin ingin menangis dan menjerit. “apaan sih lo, kak….” calissa berusaha mati-matian untuk tidak menangis di hadapan Irfan. “sa…” ujar Irfan sambil menatap Calissa lekat-lekat. calissa membalas tatapan Irfan. Tapi tak setajam tatapan Irfan padanya. “lo sebenarnya…” kata Irfan terpaksa putus saat Maya tiba-tiba muncul diahadapan mereka. “uda mau hujan ni. Yuk kita cabut” kata Maya. Irfan dan Calissa saling menatap kemudian mengangguk. Saat Maya mulai melangkah meninggalkan tempat, tiba-tiba… “may? Hidung lo bedarah” ucap Calissa panik. Irfan langsung menoleh ke Maya. “iya bener, hidung kamu bedarah, May” sambung Irfan. Maya hanya tersenyum kaku. “oh ini.. ahh uda biasa.. paling panas dalam doang” dusta Maya. Dia sengaja menutupi hal ini dari Calissa dan Irfan. Irfan manatap Maya curiga. Dia sudah mengetahui keadaan Maya yang sebenarnya. “nggak! Kamu harus ke rumah sakit!” kata Irfan dengan nada yang sedikit menekan. Maya sontak terkejut mendengar ucapan Irfan. “kak.. aku itu…” Maya memutuskan perkataannya setelah dia merasakan pusing yang sangat hebat dan.. Brakk!! Maya tak sadarkan diri saat itu. Irfan dan Calissa langsung membawa Maya ke rumah sakit.
“kak.. kok jadi gini?” tanya Calissa panik. “lo jangan panik ya, ssa.. tenang.. “ ucap Irfan “gila lo, kak. Gimana gue bisa tenang kalau lihat sahabat gue pingsan kayak gini. Malah dokter kasih alat oksigen lagi ke Maya. Memangnya Maya sakit parah apa!!” bentak Calissa. Tiba-tiba dokter keluar setelah memeriksa keadaan Maya. “dok.. kita bicara di sana aja..” kata Irfan mencegah Dokter untuk berkata yang sebenarnya di hadapan Calissa. Calissa tertegun melihat reaksi Irfan. dia tidak begitu memperdulikannya dan segera melihat keadaan Maya. “may.. kok lo pingsannya lama sih may?” gumam Calissa.
Tak berapa lama, Maya membuka matanya. Calissa menghela nafas lega. Seiring akan hal itu, Irfan juga tiba di ruangan Maya. Dia menatap Maya dengan rasa khawatir. Yah.. dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan sekarang. “saa…” ucap Maya pada Calissa. Calissa memandang Maya menunggu perkataan selanjutnya. “bisa lo keluar bentar?” lanjut Maya. Calissa memandang Irfan sebentar lalu menganguk menuruti pinta Maya. Dia langsung meninggalkan Irfan dan Maya. Irfan dan Maya saling menatap. “apa kamu uda tahu?” kata Maya. Irfan terus menatap Maya. Kalaupun Irfan sudah tahu, pernikahan ini tetap berjalan kan? Irfan menangguk. Maya seketika itu menangis dengan derasnya. Irfan jadi serba salah dengan keadaan ini. “kamu boleh putuskan hubungan ini, kak” kata Maya akhirnya membuat Irfan terkejut. “May…” ucap Irfan tak percaya. Tiba-tiba Om jay masuk menemui Maya dan Irfan. raut wajahnya panik saat itu juga. Irfan membiarkan Om jay bersama Maya. Dia pergi meninggalkan mereka untuk membebaskan mereka berbicara.
Irfan melihat Calissa berada di lantai atas sambil memandang pemandangan yang terlihat dari atas. Begitu indah.. angin menghembus pelan membuat rambut calissa melayang-layang. Irfan mendekati Calissa. Mereka terdiam cukup lama menikmati keheningan sampai akhirnya Irfan menghancurkan keheningan itu.
“lo bahagia kalau gue nikah sama Maya?” Ucap Irfan membuat hati calissa semakin terguncang. Dia mencoba menahan airmatanya, tapi tidak bisa. Calissa menangis saat itu juga. “gue harus!!.. gue.. gue harus bahagia, kak!” “harus?” ujar Irfan sembari mengeryitkan dahinya. Calissa menganguk. Percakapan mereka terputus karena om jay memanggil mereka untuk menemui Maya. Irfan dan Calissa saling memandang kemudian mereka menemui maya.
“maafin aku, kak. Kita sebaiknya batalkan pernikahan ini” kata Maya memulai percakapan. “kok batal, May?” sahut Irfan “aku tahu, kak. Calissa cinta sama kakak. Dan…” Maya berhenti sejenak, “kakak juga merasakan yang sama kan?” lanjutnya. Calissa dan Irfan saling memandang. Calissa menangis seketika. Dia tidak percaya selama ini Maya mengetahui perasaannya. Begitupun dengan Irfan. dia menjadi sanagt merasa bersalah karena sudah menjalin hubungan dengan Maya tanpa perasaan sebagai kekasih. “please…” lanjut Maya Irfan memandang om jay. Om jay menngangguk ikhlas. “kalian menikah untukku.. permintaan terakhirku..” kata Maya “may..” serentak Irfan dan Calissa.
Akhirnya Irfan dan Calissa menuruti pinta Maya. Mereka berjanji akan menikah karena dari ketulusan mereka. Calissa memeluk erat tubuh Maya. Dia sungguh bahagia!
Beberapa bulan kemudian, Irfan dan Calissa menikah. Sedangkan Maya… kankernya sudah mulai berkurang dan akan dipastikan dia bisa sembuh dari penyakitnya.
selesai
Cerpen Karangan: Sanniucha Putri Facebook: Sanniucha Putri