Nama saya ika, saya mempunyai sahabat bernama tiwi. Setiap hari, setiap saat kami selalu bersama. Tiwi mempunyai sahabat bernama aldi, mereka dekat jauh lebih lama dari kedekatan saya dan tiwi.
Seiring waktu kami bersama, saya mulai jatuh hati kepada aldi. Sebenarnya saya ingin cerita kepada tiwi, tetapi tiwi cerita kepada saya lebih dulu bahwa dia menyukai aldi sejak pertama mereka bertemu. Hatiku hancur, bingung harus melakukan apa. Dengan bijak saya melapangkan dada dengan menghapus semua perasaan saya ke aldi.
Setiap ketemu aldi, saya selalu memojokkan dia dan tiwi agar mereka jadian. Waktu pun berlalu, aldi selalu menghubungi saya. Saya awalnya cuek, tetapi wanita mana sih yang gak suka sama rayuan dan kata romantis. Lama kelamaan aldi bilang kalau dia suka dengan saya. Saya bingung, karena sebenarnya tiwi suka aldi jauh lebih lama. Saya mencoba menjelaskan kepada adi bahwa yang suka dia adalah tiwi dan saya menyukai teman aldi bernama ali dengan harapan agar aldi tidak berharap kepada saya. Tetapi aldi sukanya sama saya bukan tiwi dan aldi akan menunggu saya sampai bisa menerima dia. Belum cerita ke tiwi, ternyata tiwi mengetahui itu semua dari aldi. Dengan besar hati tiwi rela kalau aldi menjadi milik saya.
Setelah kami jadian, saya dan aldi selalu menghabiskan waktu bersama. Bercerita mengenai masa lalu masing masing, keluarga, cerita lucu dan sebagainya. Sementara tiwi dekat dengan ali. Yah, namanya juga hubungan pasti tidak mulus…!. Tapi kami selalu dapat melalui masalah dengan baik.
Suatu hari dimana saya pergi dengan berita duka bahwa ibu saya meninggal, saya tidak masuk sekolah selama seminggu. Setelah balik ke sekolah, teman saya bertanya “kamu sudah putus sama aldi?” “Emang kenapa?” “kemarin aku lia, dia jalan sama tiwi!”. Saya sih berfikir wajar ajalah, namanya juga sahabat.
Sebulan kemudian, hubungan kami banyak masalah. Dengan tanpa pikir panjang kami memutuskan untuk mengurusi hidup masing masing. Tak lama dari perpisahan kami, saya sering melihat tiwi dan aldi bersama tanpa melibatkan saya sebagai sahabat. Tiwi mulai menjauhi saya, begitupun sebaliknya karena rasa kecewa yang saya dapat. Setelah itu, saya dengar bahwa mereka jadian. Betapa hancur perasaan saya.
Sejak itu, saya memutuskan untuk pindah sekolah. Setelah lulus sekolah, saya dengar bahwa mereka akan menikah. Entah tau dari mana alamat tinggal saya, mereka mengundang saya ke acara pernikahan mereka. Sebagai sahabat yang berjiwa besar, saya memutuskan untuk bisa hadir ke acara tersebut. Selama di perjalanan, hati saya hancur sambil berbicara pada diri sendiri “kenapa dulu tidak langsung bersama?”.
Acaranya berlangsung dengan meriah dan di tempat itu pula saya bertemu dengan teman aldi yang memang pernah menaruh hati pada saya. Aldi dan tiwi mencoba menyatukan kami, tapi saya masih belum bisa membuka pintu hati. Saya berniat tidak ingin pacaran, karena trauma yang amat dalam. Saya selalu berdoa agar kebahagiaan memang akan datang. Amin.
Cerpen Karangan: Siti Rizka Noviyanti Blog / Facebook: Siti Rizka Novianti