Hari demi hari aku berusaha dan berusaha untuk melupakan dia. “ini rumit!!” ketusku. Bagaimana aku bisa melupakannya kalau tiap pagi aku selalu bertemu dengannya. Dia adalah seorang polisi yang aku kenal lewat temanku. Namanya Dhika, dia bertugas di polres dekat rumahku. Aku dengannya pernah dekat, bahkan setiap dia lepas dinas atau cadangan (dinas setengah hari) dia selalu mengajakku pergi jalan entah itu makan atau nonton film.
Kita berdua selalu bertukar pikir masalah kerjaan, dan kebetulan aku kerja di sebuah cv. dealer motor sebagai admin. Dia selalu menanyakan “gimana kerjaan di kantor?” katanya. “seperti biasa mas, alhamdulillah lancar” jawabku, “kamu gimana?” tanyaku balik ke dia. Dia menceritakan rutinitasnya. Entah mengapa setiap aku di sampingnya aku nyaman dengannya, tatapan matanya membuat aku terpana dengannya. Ya perasaan nyaman itu datang seketika.
Pada suatu hari dia sedang lepas dinas, sorenya sebelum aku pulang kantor tiba-tiba ada whatshaap masuk dari Dhika. “sore udah pulang belum” katanya dalam pesan itu, “ini bentar lagi mau pulang mas” balasku. Dia membalas “nanti malam bisa keluar ga? kita nonton yuk”, dan aku membalas “ok”.
Sekitar jam 19.30 WIB kita pergi ke bioskop, disitu aku milih mau nonton apa dan kita beda pendapat, dia pilih liat film action dan aku pilih film komedi. Dia pun mengalah akhirnya dia mau liat film komedi, setelah lama menunggu pemutaran film komedi tiba-tiba pegawai bioskop datang menghampiri kita “maaf mba mas pemutaran film komedi tersebu tidak dapat diputar karena kapasitas minimal 6 orang, kurang dari 6 orang tidak bisa. Silahkan datang ke kasir untuk tukar tiket atau ganti film”. Spontan aku clingak-clinguk yang nonton komedi ternyata hanya aku dan Dhika, hahaha ini konyol. Dan akhirnya kita ganti film yang Dhika ingin, yaaa film action.
Film selesai, pas keluar pintu keluar tiba-tiba dia merangkul aku. “DEG!!” spontan aku deg-deg’an. Aku lihat ke arah tangan dia yang rangkul aku, dia langsung lepas dan berkata “maaf”. Aku Cuma diam. Selama perjalanan pulang entah kenapa kita semakin lengket, bahkan klimaks aku ngrangkul dia pas dipinggang dan diapun memgang tanganku.
Sampai di rumah ada pesan masuk darinya “makasih buat malam ini yaa” dan aku membalasnya “iya sama-sama mas aku juga makasih yaa” kita chat’an sampai larut malam hingga aku ketiduran.
Sabtu pagi tiba-tiba ada pesan masuk nomernya asing bagiku “selamat pagi sayang, gimana kabar kamu? hari ini aku pesiar maaf baru kabarin. Ini nomer aku yang baru di save yaa” Ya Allah mimpi apa aku semalam, Rizqi menghubungiku kembali. Rizqi adalah pacarku, dia sedang menempuh pendidikan AL di Surabaya, lama aku tak contact’an dengannya. Karena selama dia pendidikan tidak boleh memakai gadget dan jauh dari kata komunikasi. Senang bukan main, sekian beberapa bulan dia baru ada kabar. Dan selama dia pesiar dari chat’an, video call dan teleponan hampir sehari full.
Aku dengan Rizqi sudah lama berpacaran, kita LDR dan jarang komunikasi. Sekali komunikasi ya begitulah tiap jam tidak pernah lepas dari gadget. Kaya orang lagi kasmaran ibaratnya. Sampai-sampai aku gak balas chat dari Dhika, aku menghargai Rizqi saat itu.
Sampai saat itu aku pasang foto Rizqi di profilku. Karena aku ingin sekali nyenengin hati Rizqi, jujur aku bukan cewek romantis dan aku bukan cewek yang kebanyakan cewek yang suka publikasi pasangannya ke sosmed. Dan aku gak suka.
Keesokan harinya Rizqi berpamitan untuk masuk ke asrama lagi untuk melanjutkan rutinitasnya. “sayang, aku berangkat ke asrama dulu ya .. kamu jaga kesehatan jangan lupa sholat dan ngajinya. Ingat aku selalu” pesan dia. Akupun membalas pesannya “iya sayang kamu juga yaa, jaga kesehatan inget sholat sama ngajinya. Dan inget di kampung ada yang nunggu kamu”.
Kuarahkan mataku ke langit-langit, kubuka gadget kucari kontak atas nama Dhika, kucari bolak balik kok gak ada? Dengan muka bingung, kok dia blok nomor aku? ada apa dengan aku? aku salah apa?
Kucoba kirim chat ke temenku yang pacarnya juga temennya Dhika “Put .. ada nomor atau contactnya Dhika yang bisa dihubungi? aku diblok kayanya, soalnya aku chat gak ada”. “Sebentar aku tanya Arif dulu”
30 menit kemudian ada suara motor di depan rumah. Aku intip dari jendela kamar siapa ya yang datang. “Ya Allah Dhika, ke rumah” Langsung bergegas membukakan pintu dan Dhika pun menyapa, “Assalamualaikum .. maaf malem-malem ke rumah. Keluar yuk cari makan”. Aku pun mengiyakan dan aku segera ganti pakaian, dan kita pergi cari makan.
Sesampai di rumah makan deket rumah, aku bertanya “kamu ngeblok whatshaap aku? kok bisa?” langsung to the point aku bilang ke Dhika. “aku gak ngeblok, hp aku lagi aku instal ulang semua aplikasi ke log out semua” katanya. “terus kenapa tiba-tiba kamu ke rumah?” tanyaku lagi. “tadi aku di telepon bang Arif, terus aku disuruh langsung ke rumah kamu. Yaudah aku langsung ke rumah kamu. Itupun perintah dari bang Arif” jawabnya “oh” jawabku sambil tertunduk malu “kamu nyangkanya aku ngeblok kamu ya? gak mungkin lah aku blok kamu” kataya dia sambil usap-usap kepalaku.
Sebulan kemudian, aku pun semakin dekat dengan Dhika dan tak memikirkan Rizqi sedikitpun. Pada suatu hari, pas hari itu Rizqi pesiar dan cuti beberapa hari. Seperti biasa Rizqi menanyakan kabar kepadaku. Entah mengapa aku sama Rizqi semakin lama semakin bosan, hubunganku dengannya yang monoton membuatku jenuh dengan keadaan.
“sayang, kenapa kamu akhir-akhir ini berubah? biasanya kamu selalu girang selalu menyapaku dengan hangat ketika aku pesiar? ini aku pesiar loh, sama cuti” katanya dalam telfon. “aku gak kenapa-kenapa yang, mungkin lagi jenuh dengan kerjaan. Maafin aku ya sayang. Kalo aku bukan yang terbaik buat kamu” jawabku “kamu ngomong apa sih, ngaco. Gak usah ngomong yang aneh-aneh” katanya nada tinggi “kok kamu ngebentak aku sih? gak usah pake ngentak bisa kan yaa” jawabku nada tinggi juga. Dan disitulah pertengkaran mulai. Aku dan Rizqi wataknya sama-sama keras gak ada yang mau ngalah. Dan suatu ketika hubungan kamipun renggang. Rizqi pun jarang ngehubungi aku dan begitu pula sebaliknya.
Aku semakin bingung dengan semua “aku gak bisa kaya gini terus, udah 2 minggu aku bertengkar dengan Rizqi dan komunikasi pun jarang aku balas begitu pula dia. Aku gengsi kalau aku minta maaf duluan” Akhirnya dengan tekad, kuambil hp kubuka whatshaap kucari contact atas nama Rizqi kuketik kata maaf dan ingin memperbaiki hubungan ini. Setelah kuklik send, tinggal tunggu dia baca pesanku dan pas itu hari Minggu siang. Sambil nunggu balasan dia, aku iseng buka facebook. Kubuka profil Rizqi di situ dan tiba-tiba ada salah satu postingan yang ditag ke Rizqi dan yang nge-tag adalah seorang wanita.
Postingan yang begitu romantis, dan seolah-olah mengharapkan hubungan yang pasti. Perasaanku semakin campur aduk tak karuan. Dan segera kuhubungi Rizqi, berulangkali kuhubungi tak ada jawaban sama sekali. Setelah kucoba lagi barulah diangkat dengannya.
“haloo yang, kamu sibuk apa sih? daritadi aku telpon gak diangkat-angkat. Aku mau tanya sama kamu. Tolong jujur yang” kataku sambil nahan amarah “iya maaf aku habis bersih-bersih ini baru kelar. Tanya apa sih” jawabnya “itu cewek yang di fb siapa? yang ngetag kata-kata romantis seolah-olah ngarepin kamu gitu. Kamu selingkuh iya? kamu udah bosen sama aku? kaya gini caranya kamu? kok tega sih kamu?” amarahku gak bisa terkontrol lagi. “kamu ngomong apa sih, terus kalo aku selingkuh kenapa kalo gak kenapa? apa urusan kamu? apa kamu mikirin aku sekarang? tiap aku pesiar apa kamu selalu ada buat aku? udahlah aku cape, mau siap-siap ke asrama” jawab dia Diapun matiin teleponnya, dan akupun mulai menangis tak bisa berkata apa-apa. Diam menyesali perbuatanku sikapku selama ini ke Rizqi. Dia selingkuh .. apa salahku? aku pun benar benar bingung apa yang harus aku lakukan.
Minggu demi minggu aku pun coba memperhatikan Rizqi, apakah dia benar-benar selingkuh atau tidak. Aku cek semua sosmed dia. Yaaa .. aku mengetahui semuanya. Dia bermain di belakangmu dengan wanita itu, sebut saja Rika. Aku cari tahu siapa itu Rika, setelah aku cari tahu yaa benar dia selingkuhannya Rizqi. Tanpa ada kesabaran aku pun lakbrak Rika melalui inbox fb’nya dan aku kirim pesan ke Rizqi, meminta penjelasan. Kesabaran dan amrahku sudah tidak terkontrol lagi. Dan aku memutuskan hubungan dengan Rizqi, karena aku sudah muak dengan semuanya.
Hari demi hari kujalani semuanya, tak ada Rizqi lagi. Dan Dhika sudah mulai aku abaikan semenjak aku berantem dengan Rizqi. Rasanya malas, jenuh, bosan jika ada masalah berkomunikasi dengan yang lain.
Senin sore, sepulang dari kantor ketika berada di jalan dimana Dhika dinas. Dari kejauhan aku lihat benar, itu Dhika. Dijemputnya Dhika dengan seorang wanita di pinggir jalan. Kuperhatikan sejenak, aku pastikan lagi. Oke itu benar-benar Dhika dan aku gak salah lihat lagi.
Sampainya di rumah, kuambil hp di tas ku cari nama Dhika kucoba chat Dhika. “tadi kayanya aku liat kamu dijemput sama cewe depan kantormu. Pacarmu ya? hihi” pesanku. Tak lama kemuadian dia pun membalas pesanku “hehe .. bukan kok bukan pacar baru calon” Perasaanku pun semakin hancur, entah mengapa ketika aku berusaha untuk bangkit pasti ada cobaannya.
Ketika aku ingin balik lagi ke Dhika memulai semuanya dari nol, Dhika sedang dekat dengan wanita lain. Mana mungkin aku merebutnya lagi. Aku wanita bodoh, aku wanita egois tak tak mengerti perasaan sama sekali. Dan aku mencoba menajalani hari demi hari tanpa adanya meraka berdua di kehidupanku. Dan aku berusaha ikhlas serta sabar menghadapi semuanya. Mungkin mereka bukan yang terbaik untukku.
Seperti hadist: Allah Swt berfirman: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26). Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. ” (HR. Muslim, Hadits no. 2564 dari Abu Hurairah).
Cerpen Karangan: Maudy Putri Lestari Blog / Facebook: maudy putri lestari