Sesuatu yang dimulai dengan niat baik, maka akan baik pula hasilnya. Sebaliknya juga demikian. Namun jika sesuatu dimulai tanpa disengaja mungkin itu hanya kebetulan yang akan diteruskan jika itu bisa membuat kita nyaman, dan akan dihentikan jika itu merugikan. Dan tentang kita, hanya kita berdua tanpa ada orang ketiga, ini adalah sesuatu yang aku mulai dengan niat baik, dan aku merasa kau pun pasti memulai dengan niat yang sama denganku. Namun, akhir dari kisah ini tidak seperti yang diharapkan.
Mungkin sudah lama sejak kami bersama, dimana kami saling menyayangi dan percaya satu sama lain, saling menceritakan hal yang dialami sehari-harinya, saling menjaga hati satu sama lain, tidak jarang juga kami mengupayakan sebuah pertemuan.. Saling bertatap muka, pegangan tangan dan menceritakan hal-hal yang romantis. Namun akhir-akhir ini seuatu terjadi padanya, sudah jarang kami saling beri kabar melalui sms atau telepon. Rencana pertemuan kami pun sering dibatalkan karena alasan yang kurang aku mengerti. Dia sudah mulai tertutup, enggan menceritakan apa yang biasa dia ceritakan setiap hari padaku. Dan kisah ini dimulai sejak saat itu, saat dia mengikuti acara reuni teman SMAnya.
“Nuga….” Nuga, begitulah teman-teman memanggilku, nama panjangku Nuga Wandhananta yang lahir di Pontianak, 03 Oktober 1995 dan sekarang aku kuliah di salah satu Universitas swasta Pontianak. “kenapa bengong??” Tanya Rama dari belakang dan menepuk pundakku. Rama adalah teman terbaikku bahkan bisa dikatakan sebagai sahabatku saat ini, karena kami selalu bersama dan pertemanan kami dimulai saat kami masuk kuliah. “Ngagetin aja lu.. ga kenapa napa ma”
Saat di kantin, kami hanya mengobrol kosong dan disengaja atau tidak rama mulai menanyakan hubungankan dengan Merta. Marta adalah kekasihku saat ini yang sudah mulai berubah semenjak dia pergi ke acara reuni teman-teman SMAnya. Aku mulai menceritakan masalahku kepada rama. Dan seperti biasanya, Rama selalu menenangkanku dan berkata “Mungkin dia lagi banyak masalah, positif thinking aja ga”. aku selalu mendengarkan nasehatnya.
Dan tiba-tiba Hp Rama berbunyi “Kriing.. Kriing”. Rama menjauh dariku dan mulai mengangkat telepon itu. Nampak muka rama mulai datar tanpa senyum sedikipun. “kenapa ma?” aku coba menghampiri dan bertanya. “Ga.. kenapa kenapa ga” sambil senyum yang agak dipaksakan. Dan tak lama kemudian rama langsung pulang “Ga, gua duluan ya, udah ditunggu mama gua di tempat keluarga”. Rama berlari keparkiran dan menghidupan motor dan langsung pergi.
Dan tak lama kemudian ada telepon dari Marta “yang.. aku mau ke Rumah sakit dulu ya nemenin teman aku lagi sakit”. aku mengizinkan, dan tanpa basa basi dia menutup teleponnya. Tidak sempat aku bertanya siapa yang sakit dan di rumah sakit mana, karena aku percaya pada Marta.
Keesokan harinya aku duduk di kelas, dan Rama belum muncul. “mungkin dia telat” pikirku. Lalu setelah jam kuliah selesai, Marta meneleponku dan mengajak ketemuan di tempat biasa kami bertemu. Tidak ada yang aku curigakan dari marta, walaupun dia sering mengecek HP nya, entah apa yang ditunggu Marta di HP nya. Tiba-tiba dia ingin ke kamar kecil “yang, titip tas dan Hp aku ya, aku mau ke toilet dulu”. saat Marta pergi ke kamar kecil Hp nya tiba-tiba mendapatkan pesan masuk, kulihat dan agak penasaran, aku terdiam sejenak melihat nama kontak yang mengirimkan pesan masuk kepada Marta. Saat aku membuka pesan itu, aku mulai berfikir aku tau apa yang membuat Marta berubah padaku.
Marta keluar dari kamar mandi dan aku cepat-cepat menutup kembali Hpnya dan pura-pura tidak tau. Saat Marta membuka Hp nya dia langsung membuka pesan masuk dan tersentak dan terdiam sejenak. “kenapa yang?” aku bertanya seakan aku tidak tau apa-apa. “Ga knapa-knapa yang… yang aku pergi dulu ya, mama udah sms aku pulang”. Marta langsung bergegas meninggalkanku dan langsung pergi ke Rumah sakit tempat Rama di rawat. Orang yang mengirimkan Marta pesan itu adalah Rama teman, sahabatku sendiri. Isi pesan itu adalah tempat dan penyakit apa yang dia derita selama ini, dan disembunyikan dariku.
Rama dirawat di RS swasta di Pontianak, ia mengalami gangguan di jantungnya, dan menunggu apa ada orang yang ingin mendonorkan jantungnya kepada Rama. Aku bergegas dan ingin menemui Rama sahabatku, namun hal tak disangka menimpaku, aku mengalami kecelakaan dan membuat kakiku lumpuh permanen dan banyak organ tubuhku yang tidak bisa difungsikan lagi. Beruntungnya aku dirawat ke Rumah sakit yang sama dengan Rama, dan mereka tidak mengetahui bahwa aku mengalami kecelakaan. Aku teringat bahwa Rama menunggu pendonor yang mau mendonorkan jantungnya kepada Rama. Lalu aku membuat keputusan sendiri yang mungkin aku pun tidak ingin ini terjadi semata-mata karena Rama sahabatku dan sangat menyayangi pacarku si Marta. Mereka rupanya adalah mantan pacar sejak saat SMA dan rasa itu tumbuh lagi saat mereka mengikuti acara reuni SMA. Rama tidak tau bahwa Marta mantannya adalah pacarku sekarang ini, dan Maerta pun tidak tau bahwa Rama adalah sahabat dekatku. Mereka sudah menjalin hubungan sejak saat itu, dua hari setelah acara reuni SMA dan itu sudah enam bulan yang lalu.
Aku sangat sedih melihat mereka berdua pacaran di belakangku, benci, emosi sedih, marah, aku pendam sendiri dan itu membuatku ingin memberikan kado spesial untuk mereka berdua kerena sudah bertemu kembali dan menjalin hubungan lagi. Satu tahun ini Marta telah menjadi pacarku dan enam bulan yang lalu mereka berdua berhasil membuatku menderita di atas semuanya.
Aku ingin mendonorkan jantungku kepada Rama agar mereka bisa menjalani hubungan seperti yang orang-orang lakukan. “Dok, apa ada pasien yang membutuhkan jantung saat ini?” aku pura-pura tidak tau. “ada, di kamar sebelah, seumuran denganmu, dan setiap hari dia cek-up selalu ditemani pacarnya hingga saat ini dia dirawat dan menunggu pendonor”. Aku pun langsung meminta dokter untuk melakukan operasi padaku dan mendonorkan jantungku pada Rama. “Dok, saya mau mendonorkan jantung saya kepada pasien itu, tapi saya membutuhkan rekaman video sebelum saya dioperasi dok”. Dokter setuju dan segera mengambil perekam video.
“Bapak rama.. hari ini sudah bisa operasi karena sudah ada pendonornya” Rama dan Marta senang dan bahagia, Marta memeluk rama dan sempat meneteskan air mata.
Tiga hari sesudah menjali operasi, Rama sudah agak membaik dan Marta selalu ada untuknya. “Dok, siapa orang baik yang telah mendonorkan jantungnya kepada saya? Saya ingin mengucapkan terimakasih” Tanya rama penasaran. “Dia adalah pasien kamar sebelah, yang tiga hari lalu mengalami kecelakaan dan lumpuh total, dan berniat mendonorkan jantunya kepadamu”. Rama dan Marta penasaran siapa orang itu dan tibaa-tiba suster membawakan sebuah rekaman video dari Nuga. “ini rekaman dari pasien yang sudah mendonorkan jantungya kepada bapak Rama”. Suster mulai menghidupakan videonya. Dan betapa terkejutnya mereka berdua bahwa di video itu adalah Nuga.
“Hai kawan, apa kabar? Udah baikan sekarang? Marta juga gimana? Sehat?.. Maaf aku ga ada bilang sebelumnya bahwa aku mengalami kecelakaan saat ingin menjengukmu Di hari saat trakhir kali aku bertemu Marta, pacarku” Rama kaget dan menatap Marta yang sudah bercucuran air mata. “aku sudah tau hubungan kalian selama enam bulan ini, terima kasih untuk semuanya.. Rama, kau sudah kuanggap saudaraku sendiri dan aku sangat benci padamu saat kau tidak memberi tahuku bahwa kamu sedang dirawat.. sebagai sahabat aku sangat khawatir dengan kondisimu saat ini.. semoga cepat sembuh kawanku.. Marta, aku tau kamu berubah gara-gara kamu balikan sama Rama, aku ga marah, aku ga benci, hanya saja aku kecewa, tapi sudahlah” sambil tertawa pelan “semoga kalian hidup senang dan bahagia ya, jangan saling suka bertengkar, dan selalu kasi kabar agar tidak timbul rasa curiga.. jaga Marta untukku teman, aku percayakan dia padamu, karena hanya kamu yang bisa bikin dia nyaman… udah dulu ya, aku akan pulang dan aku akan menjaga kalian dari alamku”
Rama dan Marta tidak mampu menahan kesedihan mereka, pengorbanan dari seorang sahabat dan seorang pacar yang sangat menyayangi mereka.
Maka dari itu, hargai, sayangi sahabat kalian, sesering apapun merekan menjaili kalian itu karena dia peduli, karena dia sadar, sahabat bukan sekedar cerminan diri sendiri namun juga sebagai cambuk untuk melangkah kedepan walau sedang tersakiti. Jaga dan sayangi juga pacar kalian, karena kalian berani menyatakan cinta, berani menerimanya itu adalah sebuah pilihan dari niat yang baik dan jangan sampai mengkhianatinya.
Cerpen Karangan: Awang Reza Winata