Mengenal dua sosok lelaki yang kuimpikan seatap denganku, menjalin cinta yang rumit dari dua sosok lelaki itu. Belum bisa aku bayangkan memori yang ada di kepalaku tanpa memikirkanmu. Mengagumi sosok mereka berdua dari sisi yang berbeda.
Idmi yang mengenalkan aku tentang cinta, aroma tubuhnya yang wangi, tersenyum saat kupejamkan mata dan wajahnya yang diam di kepalaku, merasakan dekapan erat sampai aku sesak. disitulah kebahagian yang tak bisa kulupakan.
Sepenggal kisah Idmi dan aku. Saat itu aku dan Idmi berada dikeramaian, menuju bangunan tinggi, di lantai 7, menggunakan alat naik modern sekarang, jalan, berjalan, sampai di sebuah tempat bernamakan Q,Q duduk manis sambil mencium orama parfumnya, berhadapan segelas air berasa dan makanan berlemak jahat menikmati kebersamaan sesaat dengan hati yang bersembunyi dibalik baju dan dibalut oleh tubuhku yang mungil merasakan kebahagian. Duduk bersebelahan dengannya sudah biasa ya jantung dengan damai berdetak
Akhirnya kami menginggalkan Q,Q cuaca sudah gelap dan kami diguyur hujan, mencari tempat berteduh sambil bertanya ‘kenapa aku tidak bisa melepaskan perasaanku darimu? dan mencintai Ninoj seperti dirimu..’ ucapku dalam hati.
Ninoj sosok yang kuanggap malaikat, malaikat baik tanpa sayap, yang siap menghabiskan apapun untuk kebahagianku, ibarat ibu yang memberikan olahan makanan yang dihaluskan melalui mulutnya tanpa remote control.. Dia tak tahu cara untuk berhenti.
Malaikat dengan wujud Ninoj, yang tak mungkin bisa kujabarkan melalui cerita pendek ini, sosoknya yang pengertian dan rela berkorban untuk kebahagian orang yang dicintainya, hal kecil memang sebagai perempuan kalian akan menggilainya, bayangkan laki-laki yang rela menahan laparnya asal kekasihnya makan, rela mengisi pulsa kita 10 ribu sementara pulsa hpnya diisi 5 ribu, yang rela menemanimu dalam hal apapun. Ibarat Ninoj itu super hero dalam hidupmu yang ok kapan aja tempur. But… ada hal yang sulit untuk bersatu.
Aku menjadi buah simalakama Mengapa cinta ini rumit? Kenapa rumitnya sebuah rasa yang bernama cinta? Ataukah sebenarnya kami saja, sebagai manusia, yang piawai merumitkan segalanya? Mustahil bagiku bisa membahagiakan mereka diwaktu yang sama.
“Aku” sebut saja perempuan berhati batu, yang tak mampu memadamkan syahwat, umpamakan dosa berselimut gunung kah? Ataupun lalat yang dikuis kemudian hilang? “Ingin kupadamkan dan menyelamatkan diri dari dosa ini”
Mengapa hati manusia tak bisa terprogram seperti komputer, yang bisa dengan mudah menghapus semua kenangan dengan satu kali memencet tombol saja? Dan aku kembali menjadi memori baru yang belum terisi virus seperti sekarang.. langkahku beriring dengan kegelapan yang semu, malu menghadap ke pemilik hati sang Ilahi.
Cerpen Karangan: Irma Harahap Blog / Facebook: Irma Harahap Tidak salah untuk memulai menulis.