Shabila… Mungkinkah luka yang kamu rasakan bisa sembuh seiring dengan waktu yang berlalu.
Zrash Zrash Musim penghujan telah datang, sore itu seperti biasa hujan kembali mengguyur salah satu sudut kota jakarta. Shabila berjalan di trotoar sambil tangannya memeluk tasnya di dada.
“Bila… bareng kita yuk!” teriak rena dari dalam mobil. “Enggak usah” geleng shabila. “Aishh… ini anak, udah bareng aja, kursi belakang masih kosong bila…!” ujar rena menarik paksa tangan shabila untuk masuk ke dalam mobil.
“Kak danish..” sapa shabila pada cowok di belakang kemudi. “Loe kenapa sih bil.. sepertinya ngehindar dari gue?” tanya rena. “Tidak, aku tidak menghindar kok” sahut shabila. “Tapi sekarang kamu tuh susah banget diajakin pulang bareng” ujar rena. Shbabila hanya terdiam menatap pemandangan luar lewat kaca jendela.
Sebenarnya dia tidak menghindar, hanya saja dia merasa enggan, enggan untuk bertemu dan bertatap mata dengan danish. Lelaki yang diam diam dia kagumi, laki laki yang sebenarnya sudah menghiasi mimpi mimpinya sejak mereka masih berseragam abu abu, hingga saat ini.
Kekaguman yang hanya bisa dia pendam karena nyata nya danish sekarang sedang menjalin hubungan dengan rena anastasya sahabat shabila sendiri.
—
Shabila masih menekuni pekerjaannya ketika suara adzan dzuhur berkumandang. Sejenak shabila menghentikan aktifitasnya untuk menunaikan kewajibannya.
“Shabi… mau sholat?” sebuah suara maskulin menyapa shabila yang baru saja selesai mengambil wudlu.
Deg Deg Deg Shabila berusaha menetralkan detak jantungnya. Meski posisinya dia sekarang membelakangi si pemilik suara tersebut, tapi shabila tau siapa yang menegurnya.
“I…i..ya.. kak ” cicit shabila. “Jamaah yuk!” ajak danish sambil tersenyum. Shabila sedikit terkejut, ada perasaan senang saat mendengar ajakan dari danish. “Ya TUHAN, jahatkah shabila bila mengagumi kekasih seseorang” jerit batin shabila.
“Kamu kenapa, kok melamun?” pertanyaan danish menyadarkan shabila. Gadis itu hanya menunduk. “Rena mana kak?” tanya shabila. Danish hanya terdiam,
“Maaf” lirih shabila. “Untuk?” tanya danish. Shabila hanya menggeleng, karena dia pun juga tidak tau dia minta maaf untuk apa.
—
“Shabila…!” panggil rena dengan suara sedikit tinggi. “Rena… ada apa?”. Plak!!!. Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan shabila. “rena… ada apa?” tanya shabila bingung sambil memegangi pipinya yang kena tampar. “Gue kecewa sama loe bil” ujar rena penuh emosi. “Loe suka kan sama kak danish!”.
Jedherrr Pertanyaan telak dari rena sukses membuat shabila terdiam.
“enggak” ucap shabila sambil menggeleng. “loe enggak usah bohong bil”. “Enggak ren, gue enggak!” ucap shabila. “Mulai sekarang persahabatan kita putus!” ujar rena lalu bergegas meninggalkan shabila seorang diri.
—
“Shabi…” panggil danish. “Maafin gue ya, bikin loe dan rena jadi seperti ini” ucap danish. “Kak.. please, bisakah kakak tidak usah menemui saya lagi” ucap shabila sedikit frustasi. “Kenapa shabi, apa aku salah kalau ingin akrab denganmu?” tanya danish. “Aku hanya tidak ingin melihat ada orang yang semakin tersakiti”. Ujar shabila. “lalu apa kamu pikir, dengan kamu menghindariku seperti ini, apa itu tidak menyakiti hati kamu sendiri dan menyakiti hati saya” ujar danish. Shabila tak lagi melanjutkan kalimatnya.
Cinta tidak pernah salah, mungkin yang salah adalah kita salah menempatkan cinta pada orang yang salah.
Cerpen Karangan: Ririn Listiani Blog / Facebook: Novita Revandraluka Airindra Paulina