Namaku Toni, saat ini aku baru saja selesai menjalani sidang kuliah tingkat akhir di suatu perguruan swasta. Tidak terasa sebentar lagi aku akan meninggalkan kehidupan kampus. Selama 4 tahun ini banyak sekali yang kulalui berbagai kenangan baik yang manis atau pahit. Dari pengalaman awal masuk lalu putus dengan pacar, menjomblo, senang-senang dengan teman yang jomblo sampai akhirnya jadian lagi. Kini aku hanya tinggal menunggu waktu untuk wisuda saja. Sayangnya pacarku, Fania tidak akan ikut wisuda denganku karena dia masih harus menyelesaikan kuliah dan skripsi tahap akhirnya.
Siang itu di kampus aku sudah janji dengan temanku Thomas, Lana dan Adi. Mereka adalah sahabatku sejak awal kuliah dan sampai saat ini kami masih berteman dan hangout bersama walau kadang tidak satu kelas mata kuliah. Kami pun seperti biasa duduk-duduk di kantin kampus sambil berbincang-bincang.
“Ton.. Loe sudah fitting baju untuk wisuda belum?” tanya Thomas. “Belum Thom.. Nanti ajalah, masih rame tadi yang antri fittingnya.” jawabku. “Nanti barengan aja ya kita biar sekalian.” kata Adi. “Yoi beres…” jawabku.
Tiba-tiba Lana berkata sesuatu. “Guys.. Gak kerasa yah kita udah mau lulus wisuda… Padahal rasanya baru kemarin waktu loe habis putus awal-awal kuliah Ton…” “Hahahaha.. Masih inget aja sih loe Lan… Itu kan udah lama banget.. Sekarang udah beda dong kan udah ada Fania.. Hehehe..” Jawabku sambil tersenyum. “Ngomong-ngomong si Aliyah kok sudah ga pernah bareng sama loe lagi sih Ton?” Tanya Adi. “Yah gue juga ga tau sih.. Dia juga sibuk sama gengnya dia kali” “Tapi kan bukannya dulu loe pernah deket sama dia?” ujar Lana. “Ah kata siapa?? Yang deketin dia tuh si Ruli bukan gue…” jawabku.
Tak lama kemudian Fania menelepon ke handphoneku, kami lalu memutuskan pulang dan akupun menjemput Fania. Hubunganku dengan Fania dapat dikatakan cukup serius, kami telah menjalani hubungan ini selama 2 tahun. Hampir setiap hari di kampus kami selalu bertemu dan bahkan kadang kami sering nonton di bioskop mall dekat kampus. Namun kadang kamipun beberapa kali tidak akur dikarenakan sifat egois masing-masing. Terkadang Fania sering cemburu karena kedekatanku dengan teman wanita di kampus, salah satunya dengan Aliyah.
Sebenarnya hubunganku dengan Aliyah mulai merenggang dikarenakan Fania cemburu dengannya. Bahkan menurut Fania, Aliyah terlalu bergantung padaku dan hampir setiap saat aku sibuk merayu Fania karena dia sering marah tiap kali jalan denganku, Aliyah selalu mengirimkan sms ke handphoneku. Suatu kali Fania pernah langsung menyatakan ketidaksukaannya bila dia selalu menghubungi tiap kali kami jalan bersama. Sejak itupun Aliyah mulai menjauhiku dan teman-temanku.
Sejak persiapan jelang wisuda, aku jarang pergi ke kampus dan mulai mempersiapkan CV untuk melamar ke perusahaan-perusahaan. Tidak terasa hari wisuda semakin dekat dan aku pun harus menghadiri gladi resik untuk acara wisuda. Saat itu aku sedikit kaget karena menerima sms masuk dari Aliyah, yang sudah tak pernah menghubungiku sejak kejadian terakhir itu.
“Ton.. Besok rencana ke tempat gladi resik barengan sama siapa aja?” akupun membalas “Kayaknya gue sendirian deh.. Kenapa Al?” Akupun sengaja membalas akan pergi sendiri dengan harapan Aliyah akan merasa tidak nyaman untuk jalan berdua saja. Tak lama akupun menerima sms balasan dari Aliyah. “Ya udah, besok gue jemput ya di kosan loe. Kita jalan bareng kesana.” Akupun sedikit kaget karena selain mengajak pergi bersama dia pun akan menjemputku di kostan. Dengan reaksi yang sedikit bingung, akupun hanya menjawab “OK”.
Seketika itupun aku bingung apakah harus memberitahukan ke Fania atau tidak. Bilapun aku putuskan untuk tidak memberitahukannya nanti akan ketahuan dari teman lainnya dan akan menjadi masalah. Andaipun aku putuskan untuk memberitahukan ke Fania, kemungkinan aku tidak diperbolehkan untuk jalan berdua dengannya dan akupun harus mencari alasan ke Aliyah. Akupun memutuskan untuk memberitahu ke Fania dan ternyata dia memperbolehkan untuk jalan ke lokasi gladi resik berdua karena dia tak mau ambil pusing karena acara ini juga dihadiri teman-temannya.
Keesokan harinya, saat Aliyah sampai di depan kostku, aku segera bergegas keluar dan masuk ke mobilnya. “Al, kok tumben banget loe ngajak bareng ke gladi resik?” tanyaku. “Sori yah Ton, sebenernya ini gara-gara Ruli, dia maksa terus ngajak jalan berdua ke gladi resik bareng.. Makanya gue ajak loe aja…” Jawab Al. Dalam hatiku bertanya “kalau memang tidak mau jalan berdua dengan Ruli kenapa malah mengajak jalan berdua dengan gue??”
Sepanjang perjalanan kamipun mulai membicarakan hal-hal terkait kampus. Disitu, Aliyah pun menceritakan ternyata selama ini Ruli terus mengejarnya bahkan dia sangat serius ingin menjalin hubungan dengan Aliyah. Namun dia tak mengatakan alasan kenapa dia menolak Ruli. Akupun berpikir mungkin Ruli bukan tipenya Aliyah atau mungkin karena Ruli terkadang memaksakan sesuatu yang membuat Aliyah tak nyaman di dekatnya.
Sesampainya di lokasi gladi resik, kamipun menjalani acara tersebut sampai akhir acara usai. Dan saat mau pulang, Aliyah menghampiriku dan mengatakan ingin mengantarku pulang ke kostanku. Akupun masih terheran-heran ada apa sampai Aliyah seperti ini, bahkan aku tidak melihat Ruli di acara gladi resik.
Akhirnya akupun pulang dengan Aliyah, namun karena aku tidak ingin terlihat berdua saja akupun memutuskan memanggil teman-temanku untuk ikut sampai di tengah-tengah jalan. Dan sampai pada akhirnya kami pun kembali di mobil Aliyah hanya berdua saja menuju kostanku. Sepanjang jalan pulang, kami hanya berbincang tentang teman-teman saja.
Sesampainya di kostanku, aku menawarkan Aliyah untuk mampir sebentar namun karena hari sudah malam akhirnya dia memutuskan langsung pulang saja. Entah kenapa saat itu aku merasa Aliyah ingin menceritakan sesuatu hal kepadaku dan hal itupun sedikit membuatku penasaran. Hari itupun diakhiri dengan rasa penasaran dalam hatiku.
Setelah itu aku tidak pernah menerima sms dari Aliyah lagi. Bahkan terakhir kudengar, dia telah berpacaran dengan orang lain dan itu bukan Ruli.
Setahun berlalu setelah wisuda, kini aku telah bekerja di suatu perusahaan swasta dan saat itu entah kenapa aku kembali teringat pada Aliyah. Akupun memegang handphoneku dan iseng-iseng membuka isi kontak. Kulihat nama Aliyah dan entah kenapa seperti jari-jariku mengetik sms dengan sendirinya.
“Hai Al… Apa kabar? Mau makan siang bareng gak?” Setelah mengirimkan sms tersebut ke nomor Aliyah entah kenapa tanganku terasa dingin, walau dalam hati belum tentu juga Aliyah masih menggunakan nomor handphone yang sama. Namun ternyata handphoneku bergetar dan terlihat sms masuk dari nomor Aliyah. “Hai juga Ton, baik.. Loe juga gimana kabarnya? Boleh gue posisi di deket kantor mau kesini aja?” isi dari sms Aliyah.
Akupun memutuskan untuk menghampiri Aliyah dan tak lama kulihat dia menunggu di lobi kantor. Disitu sudah lama aku tidak berjumpa dengannya, kulihat sekarang dia makin dewasa dengan baju kantornya. Kamipun melepas rindu dari cerita-cerita lama yang pernah kami lalui bersama.
Sesampainya di restoran, saat kami baru saja duduk memesan makan tak lama handphoneku berbunyi dan ternyata itu panggilan dari Fania. Tiba-tiba saja detak jantungku mulai berdebar-debar sedikit ketakutan karena di depanku saat ini adalah Aliyah. Akupun memutuskan untuk mengangkat telepon Fania.
“Kamu jadi makan siang di resto A?” tanya Fania dengan nada sedikit ketus. “Iyalah jadi, ini baru sampai.. Kenapa?” Jawabku dengan nada santai agar tidak dicurigai dan memberikan sinyal ke Aliyah untuk diam sebentar. “Kok si Aliyah juga checkin di resto A di FB??” balas Fania. “Hah?? Aliyah? kapan? Aku gak lihat Aliyah disini?” jawabku dengan berbohong. “Ya udah awas ya aneh-aneh..” Ancam Fania sambil menutup teleponnya. Aliyah yang sepertinya sudah tahu bila telepon itu dari Fania hanya bertanya “Fania yah?”.
Cerpen Karangan: Tri