Entah aku tak tau mengapa akhirnya bisa serumit ini, begitu sakit dan menyesakkan. Kurang kuat apa aku? diam sudah kulakukan, menjauh pun aku jalani. Merelakan apalagi, sudah kucoba meski luka, meski terasa hampir mati. Yang paling mengecewakan dari cinta yaitu dikhianati, tapi anehnya kau takkan mampu membencinya karna hal itu, semakin kau usaha melupa semakin dalam pula perasaanmu, semakin kau cemburu semakin ingin kau memilikinya, demi apapun logika akan kau abaikan demi cinta.
Dia mengagumkan, fahri namanya. Seseorang yang menyita waktuku hanya untuk memperhatikannya, kakak kelas sok sibuk yang suka mondar mandir depan kelas. Tapi diluar itu, entah apa kadang ketika mencintai kau tak kan menemukan alasan mengapa rasa itu ada, yang kau tau tiba tiba saja rasa itu sudah kau simpan kapan tepatnya pun kau tak kan tau. Sama, akupun begitu, aku menyukainya bahkan saat aku masih punya pacar. Tetapi lama lama akhirnya rasa itu menghilang, aku sadar aku hanya semata kagum. Setelahnya sebuah kenyataan dia hadir dalam hidupku, sumpah aku tak pernah meminta aku juga tak ingin tapi akupun tak bisa menolak. Hari hariku benar benar indah, kau sendiri bisa kan membayangkan bagaimana rasanya disatukan dengan orang yang begitu kau puja. Dan beberapa bulan kemudian, banyak masalah yang terjadi. Semua berawal dari kegiatan pramuka.
Kelas XI Ipa 1, kelas yang buruk bagiku tapi terbaik dari yang lain. Hampir seluruh anggota pramuka juga organisasi lain berasal dari kelasku. Nanti siang sepulang sekolah sekitar jam 3 sore akan diadakan seleksi untuk mewakili lomba bulan depan di salah satu universitas sejumlah 6 orang perempuan dan 6 orang laki laki. Ketiga sahabatku ikut, dan aku sama sekali tidak tertarik. Sekarang mereka sibuk latihan dan aku tidak dipedulikannya.
“Kamu benar tidak ikut rel?” tanya ovi, teman sekelasku juga salah satu anggota pramuka. “Tidak, kamu?” ovi menggeleng pelan “Aku malas dengan mereka” ucapnya kemudian.
Tiba tiba saja bel pulang berbunyi, seharian jamkos sudah biasa bagiku. Aku melangkah keluar kelas dengan ovi, seperti biasa ovi akan menunggu andi yang letak kelasnya diujung sedangkan aku berdiri di balkon menanti sekolah ini sepi. Seseorang tersenyum di ujung tangga kemudian melangkah ke arahku, fahri.
“Kamu tidak ikut?” katanya “Tidak” “Kalian?” tanyanya lagi pada ovi juga andi yang entah sejak kapan sudah ada disini, ovi menjawab pertanyaan fahri dengan gelengan sedangkan andi hanya diam mematung sepertinya mereka tengah bertengkar. “Kenapa ndi?” tanyaku “Ngambek karna kusuruh ikut seleksi itu, padahal kan aku begini karna tak ingin dicurigai” ucap ovi, mereka sepasang kekasih, sudah lama sebenarnya bahkan hampir seluruh seisi sekolah tau. Hanya saja hubungan tidak boleh dicampurkan dengan organisasi, seperti sekarang, ovi tidak ikut andi juga tidak mau ikut. “Kamu ikut ri?” akhirnya andi bicara “Males” “Yasudah tidak ikut semua saja, sekarang kita cepat pergi dari sekolah ini sebelum pembina datang” ucapku “Ke rumahmu?” tanya andi lagi “Ya”
Terlihat daftar nama nama yang terpilih seleksi tadi sore di roomchat group scout sekolahku, diantarnya ketiga sahabatku juga ada nama fahri dan andi, tak heran karna sedikit anak lelaki yang mau ikut pramuka. Sedangkan chat dibawahnya tertulis namaku sebagai sekretaris kegiatan.
Hari hari selanjutnya aku mulai sibuk membuat proposal, dibantu fahri juga fira selaku ketua panitia kadang ketiga sahabatku juga ikut menemani. Hari rabu sepulang sekolah, aku ke rumah fira, ada ketiga sahabatku, fahri juga mas gufron. Biasa rasanya jika kita kumpul begini, sambil nyemil dan cerita hal yang tak penting. Sekitar jam 3 mas ghufron dan deya temanku izin untuk latihan ke sekolah, kemudian beberapa menit setelahnya naey izin pulang, tinggal kami berempat akhirnya.
Sekitar jam setengah 5 aku mengantarkan fahri pulang, karna motornya dibawa mas ghufron tadi. Rumah fahri lumayan jauh jadi fira dan alesa ikut mengantar. Oiya tentang kita, aku dan fahri kurang lebih hubungan ini sudah 7 bulan. Sudah terlalu banyak masalah juga sudah terlalu banyak kenangan. Di persimpangan kami berpapasan dengan karina, adek kelasku ketika smp, lucunya hingga sekarang dia masih suka omong cie jika aku bersama fahri.
“Rel ikut yuk” ajak fira “Kemana?” “Sekolah sebelah” “Ngapain?” “Ngajuin proposal rel ke pak holis (pembina pramukaku)” “Udah ayo ikut aja” suara fahri tiba tiba terdengar olehku. “Iya”
Kami melaju sama sama ke sekolah yang letaknya di utara sekolahku, lumayan jauh mungkin sekitar 15 menit baru sampai jika jalan kaki nah jika naik motor kalian fikir sendiri saja. “Cari siapa mbak?” tanya karina “Pak holis” “Di kantor yayasan mungkin” “Enak ya kemana mana dibarengin” lagi lagi dia menggoda
Setelah proposal itu diterima anggota pramuka mulai latihan termasuk fahri, aku tak masalah jika dia memang suka pramuka. Fikirku semua akan baik baik saja, sepertinya yang begitu santai meski ada masalah. Nyatanya aku yang tak bisa santai, lelah rasanya mendengar ocehan teman temanku bagaimana sikap fahri, begitu malas malasan dan itu menyebalkan. Kalian perlu tau hal ini sudah biasa, bahkan ketika sibuk sibuknya membuat proposal dia meninggalkanku pergi entah kemana dan aku hanya bisa melampiasakannya pada handphone. Jika kalian bertanya rasa sayang aku tentu begitu menyayanginya, bagaimana tidak aku sudah bertahan betapapun sakitnya. Tapi kali ini tak bisa kubiarkan, aku lelah harus menjelaskan panjang lebar kata “putus” mengakhiri perdebatanku sore itu.
“Aku tidak mau, kamu sendiri bilang tidak akan berkata itu” “Kamu yang membuatku begini, aku lelah fahri” “Kamu tidak menyayangiku?” “Tidak” “Tapi aku sayang kamu, yang jelas aku tidak mau putus denganmu” “Terserah”
Sabtu pagi, tepatnya hari pahlawan. Seperti biasa anggota pramuka dari sekolah sebelah bergabung untuk upacara, terlihat lapangan sudah begitu ramai. Aku berlari menaiki tangga menuju kelasku, aku benci pramuka entah sejak kapan, mungkin dalam hidupku pramuka menghancurkan persahabatanku, mengambil fahri, iya sejak pramuka dia begitu dekat dengan ketiga temanku bahkan tak jarang fahri lebih membela mereka lebih memilih menemani mereka juga dari pada aku. Dialog yang kubuat memang seolah semuanya baik baik saja, tapi tidak dengan hati masing masing.
“Mbak, ayo pulang” ucap deya, entah sejak kapan upacara itu selesai. “Boleh emang?” tanyaku “Izin nggak apa apa” aku mengangguk kemudian mengikuti langkahnya ke kelas andi, untuk izin ke kak vilda selaku ketua kegiatan diesnatalis PA nanti malam, aku dan deya sebagai seksi konsumsi yang otomatis harus mempersiapkan ini mulai sekarang. Aku tidak sengaja melihat fahri di lantai bawah, begitu merindukannya tiba tiba saja, sangat takut kehilangannya. Aku hanya ingin dia berubah saja, dia introspeksi kesalahannya, dia harus tau waktu dan keaadaan.
Selesai acara makan makan tadi sore, sekarang entah kenapa mas alan mengumpulkan seluruh anggota PA. “Saya mohon untuk sekarang saja lebih dijaga, untuk yang mer*kok jangan dulu untuk yang punya hubungan jaga jarak lah sedikit, hanya sehari ini saja” ucap kak alan panjang lebar “Baik, aku tak akan mendekatimu sesuai omongan alan” chat fahri beberapa menit setelah bubaran.
Dan entah sejak kapan dia berubah, tak lagi menyapaku, chat pun sudah tak sesering dulu. Ya aku tau kami memang sudah bukan pacar tetapi aku biasa begini, maksudku jika ada masalah aku selalu berkata putus kemudian fahri akan memperbaiki dari dan hubungan kami kembali lagi. Tapi sekarang berbeda, aku rasa aku kehilangan. Dan yang paling menyakitkan fahri berkata pada teman temanku bahwa dia memiliki yang baru. Semakin sakit semakin menyakitkan, aku mengembalikan seluruh barang yang dia beri mulai dari gantungan kunci hingga novel.
“Kenapa kamu mengembalikan pemberianku?” tanyanya “Tak apa” “Alasan!” “Aku tak apa jangan sentuh aku” “Baiklah, terima kasih untuk nasi gorengnya” ucapnya dengan menyodorkan kotak makanku, tadi siang aku memang memberikannya.
Ya entah, kenapa pertengkarannya sejauh ini, serumit ini, sesak dan menyakitkan. Lagi lagi dia ingin bicara denganku tentang kesedihan ini. “Aku ingin bicara” “Bicaralah” “Kenapa kamu begini? hampir setiap hari matamu begitu” “Wajar saja, sudahlah jangan fikirkan aku, sudah ada yang istimewa kan” “Aku hanya berteman dengannya” “Pacaran pun juga terserah” “Kamu yang mengakhiri kenapa aku yang disalahkan, kenapa kamu marah marah” “Baiklah maaf, tapi kamu ingat setiap kali aku ucapkan kata itu kemudian kamu akan memperbaiki diri tapi sekarang tidak kamu malah mencari pengganti, kita tidak menjalani ini sehari dua hari fahrii! lebih dari itu dan untuk melupa mungkin butuh waktu seumur hidup” ucapku dengan berjalan meninggalkannya. Dalam hati aku merutuk bagaimana bisa aku mencintai seseorang begitu kelewatan, hingga mematikanku, hari hariku dan segalanya. Aku benci semua ini.
“Fahri aku membencimu” “Aku minta maaf” “Bagimana bisa mendekati karina ada di fikiranmu, kamu tau aku berteman dengannya” “Justru itu aku tak akan mendekati seseorang yang tak kamu kenal” “Bodoh, ini semakin menyakitkan” “Jauhi aku” ucapku lagi
Lengkap sudah, entah kenapa dia begitu bodoh. Dan karina pun sama kenapa dia setega itu. Dibuang kemana perasaanku dari otak mereka. Iya, mereka bertemu pada upacara hari pahlawan, kemudian fahri chat karina, bebarapa hari fahri diantar ke sekolah oleh karina. Lelaki berotak tidak akan bercerita begitu saja di depan orang yang menyayanginya. Aku ingin keluar dari semua ini, aku sudah tak tahan. Nyatanya aku tetap terkunci, aku tak bisa lari, kemarin aku sudah bicara pada karina dan dia mengaku pacaran dengan fahri dasar bodoh. Apa yang kalian lakukan jika berada pada posisiku? Jangan bodoh aku tak akan bertengkar dengan karina merebutkan fahri, justru aku akan membalas fahri. Menyakitkan saat tiba tiba kamu menjadi orang yang tidak dicintainya, dan dia menjelaskan panjang lebar perasaanya pada perempuan lain dihadapanmu.
“Mbak maafkan aku” ucap karina “Tak apa, kamu menyayanginya?” “Jauh sebelum mbak pacaran dengannya” “Kembalilah, aku akan menjauh” “Tidak mbak, dia lebih baik bersamamu, lihat denganku dia menjadi tak karuan” “Karna dia menyayangimu” “Tidak mbak dia kehilanganmu, dia tak bisa tanpamu hingga hidupnya hancur begini” Sudahlah cukup drama ini, aku sudah kehilangan banyak hal.
Cerpen Karangan: Rizki Dwi Lestari Blog / Facebook: Ki Rizki