Pagi itu sangat hangat. Aku yang sudah siap untuk berangkat sekolah. Semua terasa sama, rutinitas yang sama pula. Belajar, istirahat, lalu pulang. Hanya satu yang jadi pembeda, itu adalah perasaanku yang selalu masih mengingat peristiwa minggu lalu.
Namaku Yesma seminggu yang lalu aku berpacaran dengan seseorang yang bernama Deni. Hari itu adalah hari jadi kami yang ke 4 tahun. Sebuah perjalanan yang lama bukan?. Tanpa kuduga dia datang ke rumahku pagi pagi sekali. Untuk mengajakku sarapan di luar itung itung merayakan hari ini katanya.
Aku bahagia saat itu, kami makan di sebuah cafe sederhana dengan makanan yang sedernaha pula tapi terasa spesial. Namun itu hanya sesaat setelah viana datang. Viana adalah temanku. Aku belum terlalu lama mengenalnya.
Terasa canggung, menurutku ini kebetulan yang aneh. Entahlah mungkin hanya perasaanku saja. Dia meminta bergabung di meja kami ya tentu aku izinkan. Sekali lagi keanehan itu muncul lagi. Kenapa cuma Deni yang dia ajak bicara? Apa maksudnya? Yah bisa dibayangkan bukan bagaimana suasana saat itu.
Menyebalkan sangat menyebalkan. Harusnya aku sedang terlawa lepas saat ini bukan tersenyum kecut melihat mereka berdua. Dan kulihat mereka sangat menikmati ah entahlah aku jadi tidak karuan.
Hari itupun berlalu. Sejak saat itu semua terasa hambar. Ya apa lagi kalau bukan hubunganku dengan Deni. Tak pernah kurasakan ini sebelumnya. Kami menjadi sering saling menyalahkan sejak itu. Seolah semua topik pembicaraan memancing amarahku, seolah semua yang dia bicarakan menjadi identik dengan Viana.
Puncaknya adalah dua hari yang lalu. Saat kulihat ada Deni di depan rumah viana. Manusiawi bukan bila kuhampiri mereka berdua. Menanyakan apa yang mereka lakukan. “Tidak, ini tak seperti bayanganmu yes, Deni hanya kebetulan lewat” viana menjelaskan. Tentu aku tidak menerimanya. Emosiku pecah malam itu dan ya aku dan Deni PUTUS.
Ada penyesalan di hati setelah aku katakan. Tetapi semua sudah terjadi. Yang kusesali adalah waktu 4 tahun itu bukan sebentar. Seakan semuanya sia sia, selama ini orang yang kuajak menjalin komitmen adalah jodoh orang lain.
Yang paling sakit adalah keesokan harinya dimana kudapati kabar bahwa mereka perpacaran. Astaga secepat itukah? Rasa hancur ini seakan tanpa jeda semua terjadi bertubi tubi.
Tidak ada perumpamaan yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu. Mereka menang sekarang, mereka bahagia sekarang. Dan aku, aku memulai semuanya dari awal sendiri. Mencoba berdiri lagi setelah dijatuhkan berkali kali oleh mereka.
Ya hari ini aku ingin menjadi aku yang baru. Meski tak mudah ku melupakan kejadian kemarin. Tapi hidup terus berjalan. Dan ya aku harus menjalaninya.
Selesai
Cerpen Karangan: Yesi Mayasari Blog / Facebook: YesiMayasari