Tok tok tok tok Suara ketukan pintu berhasil mengacaukan keheningan di ruangan. Aku mematikan kompor, kemudian berjalan ke ruang tamu untuk membukakan pintu. “Ceklek” aku putar gagang pintu 45 derajat, nampaklah sesosok perempuan cantik tinggi rambut bewarna kecoklatan.
Sesosok perempuan yang kembali memunculkan luka lama. Tidak peduli seberusaha keras aku membunuh kenangan pahit itu, tetap saja jadi teringat. Kenangan yang hampir membunuhku dengan ribuan jarum pengkhianatan.
Sosok perempuan itu menatapku datar, begitupun sebaliknya. Tubuhku tiba-tiba lemas, seperti langit jatuh menindih sekujur tubuhku.
7 tahun yang lalu Namaku Dinda, aku merupakan siswi SMA 08 Bandung. Aku mempunyai sahabat bernama Nayna, dia sangat baik juga cantik. Persahabatan kita tercipta pada semester ke dua kelas 10. Dimulai dari situ hubungan kita sebagai sahabat sangat erat.
Kita lengket bagaikan lem, sepertinya persahabatan kita tidak akan ada yang memisahkan. Saking deketnya kita, orang-orang menyebut aku dan dinda “Kepongpong dan Kupu-kupu”. Kita selalu membantu satu sama lain, dan kalau ada masalah pasti diselesaikan hari itu juga.
Nayna yang mempunyai paras cantik seperti dewi, sangat populer di kalangan pria-pria di sekolah ini. Barisan panjang mengantri untuk menyatakan cinta kepada Nayna. Meja Nayna setiap harinya banyak dipenuhi surat-surat cinta dari pria yang menggilainya. Nayna juga sangat disukai oleh para guru karena kepintarannya
Tidak ada sedikit celah untuk mencari kelemahan dari seorang Nayna. Ia adalah definisi wanita sempurna, sudah cantik, baik, ramah, pintar pula. Saking sempurnanya Nayna, Adrian cowok di sekolah kita yang terkenal dingin dan anti pacaranpun jatuh hati kepada Nayna. Hanya Nayna yang mampu menaklukkan hati Adrian si cowok tampan yang dingin dan pintar.
Aku cantik tapi tidak secantik Nayna, Aku pintar tapi tidak jadi juara satu seperti Nayna dan Aku menyukai Adrian tapi tidak jadi pacarnya. Nayna yang lebih unggul dariku perlahan membuat orang-orang sering membandingkan kita berdua. Aku kesal dengan itu.
Pada awalnya aku baik-baik saja dengan itu semua, aku ikut bahagia kalau Nayna bahagia. Namun seiring berjalannya waktu, perasaan benci mulai muncul. Sedikit demi sedikit, kemudian kebencianku terhadap Nayna semakin membesar. “Eh Din, selendang yang kemarin aku pesan dibawa hari ini?” tanyanya dengan wajah yang berseri. “Bawa Nay.” Jawabku singkat dengan wajah datar.
Ujian praktek seni budaya dilaksanakan hari ini, semua murid menunjukkan bakat mereka masing-masing, ada yang melukis, menari, menyanyi dan lain-lain. Nayna memilih menari untuk ujian praktek, bahkan dia memesan selendang dariku.
Semua murid bersorak-sorai ketika Nayna mulai menari. Para pria berbaris rapi untuk melihat penampilan Nayna si Artis SMA 08. Aku semakin membenci Nayna, saat ia begitu banyak disanjung banyak orang.
Di saat semua orang berada di luar kelas, aku kembali ke kelas yang kosong. Perlahan aku berjalan ke arah bangku Rio, ia adalah Admin Group Chat WA kelas kita sekaligus ketua kelas. Aku mengedarkan pandanganku ke semua arah, memastikan benar-benar tidak ada orang yang mengintaiku.
Aku langsung membuka tas Rio, mencari keberadaan ponsel miliknya. Aku acak-acak barang yang ada di dalamnya sehingga menemukan ponselnya. Aku buka polanya, dan langsung membuka aplikasi Whatsapp. Aku tambahkan nomorku yang lain ke dalam Group Chat kelas.
Keesokan Harinya. Aku berjalan setengah berlari menyusuri barisan kelas. Tidak sengaja aku melihat Nayna sedang diinterogasi di ruangan BK. Senyuman sinis terukir di wajahku, senang karena Nayna terkena masalah juga.
Suasana di kelas begitu riuh sesampainya di kelas. Setiap orang mengeluarkan kalimatnya menyikapi kasus yang sedang ramai. Sesudah sampai di kelas, semua orang melempari aku dengan ribuan pertanyaan.
“Eh Din! emang bener gosip itu. tenang Nayna? katanya dia udah kehilangan mahkotanya?” tanya Binnie teman sekelasku. “Iya nih Din! Bener gak? kamu kan sahabat dekat si Nayna. Gak nyangka aku, ternyata dibalik kepolosannya, dia tidak punya harga diri.” Lanjut teman lainnya.
Gosip yang beredar di group chat kelas begitu cepat menyebar, bahkan langsung diketahui oleh guru BK. Naynapun langsung dipanggil untuk diinterogasi. Sekarang Nayna jadi bahan pembicaraan karena skandalnya. Mereka tidak nyangka Nayna ternyata sekotor itu.
“Brukh” Nayna membanting pintu dengan keras, suaranya mampu membungkam semua mulut yang sedang membicarakannya. Wajahnya merah padam, bersiap-siap mengeluarkan emosi yang sudah tidak tertahan lagi.
“Plak.” tamparan dari Nayna mendarat mulus di pipi kananku, warna merah meninggalkan jejak. Ini adalah pertama kali Nayna bersikap brutal, biasanya ia tidak akan berani melakukan itu.
“Kamu kan Din yang nyebar gosip itu di group chat WA? tega Din kamu ke sahabat sendiri,” ucapnya dengan nada tinggi. “Aku sudah percaya kamu untuk jaga rahasia ini, aku gak nyangka Din, diam-diam kamu menusuku dari belakang. Dasar manusia sampah,” “Memang benar aku yang menyebarkan gosip itu? Lalu kenapa? Itu semua adalah fakta. Aku muak Nay, lihat kamu sok suci padahal aslinya kamu kotor,” “Jahat kamu Din! mulai sekarang aku najis berteman denganmu lagi,”
Semua pasang mata menatap kita yang sedang bertengkar. Mereka menatap kita penuh dengan keheranan, karena persahabatan kita bisa rusak secepat itu. Mereka lebih heran lagi karena aku yang menyebarkan gossip itu di group chat WA.
Tidak ada yang menang ataupun yang kalah. Orang-orang membenci Nayna karena citra buruknya di masa lalu, sedangkan aku dibenci karena dianggap teman kotor yang diam-diam menusuk dari belakang. Namun satu hal yang membuatku terasa menang, yaitu Nayna putus dengan Adrian. Aku merasa senang sekali.
Setelah kejadian itu kami tidak pernah berbicara satu sama lain, kalau berpapasan pun pura-pura tidak mengenal. Persahabatan kami berdua langsung hancur karena ulahku. Anehnya aku merasa tidak bersalah sedikitpun.
Setelah kami lulus SMA, aku dengar-dengar Nayna melanjutkan kuliahnya karena mendapatkan beasiswa, sedangkan aku memutuskan untuk kerja. Aku juga mendengar kabar bahwa Nayna sudah putus dengan Adrian, rasanya begitu senang mendengarnya.
Tujuh tahun berlalu, ini pertama kali aku dan Nayna berbicara empat mata. Entah apa yang merasuki Nayna sampai ia menemuiku di rumah. Aku sangat canggung sekali, ini pertemuan kita berdua setelah tujuh tahun yang lalu.
“Bagaimana kabarmu Din? sudah tujuh tahun kita tidak bertemu,” Nayna memotong kecanggungan di antara kita berdua. “Baik,” jawabku dengan singkat. “Selama tujuh tahun ini aku membencimu Dinda karena kamu diam-diam menusuku dari belakang. Namun sebulan belakangan ini aku sadar Din, aku yang salah sebenarnya. Aku membencimu karena satu kesalahan dan lupa akan 100 kebaikan yang kamu berikan kepadaku.”
“Kita yang selalu belajar bersama, aku yang sering menginap di rumahmu. Kamu yang berhasil membujuk Ayahmu memberiku pinjaman uang untuk biaya operasi Ayahku yang sedang sakit, tanpa uang itu Ayahku mungkin sudah tiada sekarang. Aku juga tahu Din, sebenarnya kamu suka sama Adrian, tapi jahatnya aku malah menerima cinta Adrian dan mengabaikan rasa sakit hatimu. Aku tahu saat kamu mengirim surat cinta Ke Adrian, dan Adrian pikir itu surat dariku.”
Satu tetes air mata membasahi pipiku. mendengarkan penuturan dari Nayna membuatku sangat sedih. Nayna kemudian mengambil kertas sebuah undangan pernikahan. Disana jelas tertulis nama Nayna dan Adrian.
“Din kamu datang yah ke pernikahan kami berdua,” Ternyata mereka belum putus, bahkan mereka akan menikah bulan ini. “Maaf Nay, aku tidak bisa. Aku hanya akan kirim doa, supaya hubungan kalian langgeng,”
Kalau takdir sudah berbicara, mau apapun yang aku lakukan, tetap saja Adrian milik Nayna. Namun satu hal yang membuat aku lega ialah Nayna telah memaafkan perbuatan bodohku. Selama tujuh tahun aku diselimuti rasa bersalah dan membuatku terganggu setiap hari.
Namun untuk kembali bersahabat dengan Nayna itu tidak mungkin, karena aku takut melakukan hal yang jahat lagi kepada Nayna. Aku juga tidak bisa menghadiri pernikahan Nayna dengan Adrian, Adrian pria yang sekarang masih aku sukai
Aku hanya bisa berdoa, semoga sahabat dan pria yang aku sukai bahagia selamanya.
Cerpen Karangan: Jueun Blog / Facebook: Eunjoo
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 April 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com