Aku memijit pangkal hidungku pelan, kepalaku terasa sakit dan juga pening. Tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan mobil angkutan umum membuatku merasakan hal yang demikian, beruntung aku tidak mual. Padahal jarak yang kutempuh tidaklah terlalu jauh hanya sekitar 3 jam perjalanan darat.
Hari ini aku memutuskan untuk berlibur ke Mataraman, tempat keluarga angkatku tinggal. Beberapa bulan lalu aku pernah berjanji untuk berlibur kesana sebelum semester baru perkuliahan dimulai.
“Mba.. Mba Sekar..” Aku mendengar samar suara seseorang memanggilku saat turun dari angkutan. Kepalaku yang pening membuatku sedikit sulit untuk berkonsentrasi. “Assalamuallaikum mba..”. Aku terkejut ketika gadis itu langsung menyalami tanganku. “Wa’alaikumussalam, Yaa Allah Sari. Mba kira siapa. Maaf ya mbah kurang jelas tadi dengarnya, soalnya kepala Mba sedikit pusing” ucapku saat aku mulai mengenali gadis itu. “Hhehe gak papa mba, ayo mba kita ke rumah sudah ditungguin soalnya”
Aku ikut menaiki kendaraan yang dibawa Sari, kuminta ia yang membonceng karena aku lumayan letih. Sesampainya di rumah aku langsung disambut oleh ayah dan ibu angkatku. Sambil beristirahat kami berbincang sebentar, kukatakan bahwa aku akan berlibur disini selama satu pekan. kedua orangtuaku menyambutnya dengan senang hati.
Aku benar-benar menghabiskan waktuku untuk berlibur di Mataraman, tak terasa sudah 4 hari aku berada disini. Berbagai kegiatan yang tidak bisa aku lakukan di kotaku dapat kulakukan disini, seperti bermain ke sawah, ikut membajak sawah maupun memancing. Kegiatan itu biasanya kami lakukan di pagi maupun di siang hari, sorenya kami akan berjalan-jalan ke sebuah puncak bukit kecil yang ada di desa Takuti Dalam. Seperti yang tengah kami lakukan saat ini, sore itu kami mendapat pemandangan yang lebih bagus dari biasanya.
“Mau difotoin mba mumpung pemandangannya lagi bagus-bagusnya”. Tawar Sari, aku mengangguk meng iyakan. Kuambil Hp yang ada di dalam saku jubahku setelahnya langsung saja aku serahkan kepada Sari, bersamaan dengan itu sebuah notif pesan muncul di layar Hp ku tapi kubiarkan saja. Kami mengambil banyak foto dengan berbagai gaya, kadang fotoku sendiri dan ada juga yang berdua bersama Sari. Semuanya terlihat gembira saat itu, karena waktu semakin sore aku dan Sari memutuskan untuk pulang.
Malamnya saat aku ingin beristirahat aku baru menyadari bahwa notifikasi pesan itu adalah dari seorang pemuda bernama Reydan. Reydan adalah kakak tingkat Sari di SMA sekaligus teman sosial media rahasiaku atau bisa disebut juga mantan kekasihku, hubungan kami mungkin sudah terbilang cukup lama, namun hubungan itu aku akhiri beberapa minggu sebelumnya karena suatu alasan.
Kejadian beberapa minggu lalu masih terngiang jelas di ingatanku, bagaimana siang itu dengan riang gembira sari menghubungiku sambil bercerita panjang lebar tentang kejadian menyenangkan yang dialaminya waktu di sekolah tadi, saat seorang laki-laki yang disukainya di sekolahnya terpilih menjadi ketua OSIS dan Sari sebagai wakilnya. Bercerita bagaimana senangnya dia saat kakak tingkat yang terkenal dingin dan acuh itu mulai terlihat banyak bicara dengannya. Aku hanya tersenyum-senyum saja saat Sari menceritakan itu padaku panjang lebar, aku memaklumi keadaan adikku itu yang masih kuanggap remaja labil.
Pembicaraan via telepon itu berujung sangat lama sampai membuatuku penasaran siapa dan bagaimana gerangan sosok lelaki yang dikagumi adikku itu, sebelum mematikan telepon Sari sempat berjanji padaku akan mengirimkan foto sosok lelaki itu nanti. Aku menunggu karena lumayan penasaran, sampai akhirnya aku mengetahui bahwa sosok yang dimaksud adiku itu adalah Reydan. Betapa terkejutnya aku, semuanya menjadi campur aduk di kepalaku. Kenapa harus Reydan?! Bagaimana seandainya nanti Sari mngetahui bahwa, laki-laki yang ia sukai adalah teman rahasia sosial mediaku, lelaki yang mungkin juga kucintai, dan juga mencintaiku. Bagaimana jika nanti adikku mengetahuinya, aku tidak dapat membayangkan bagaimana kecewa dan hancurnya ia nanti saat mengetahui bahawa lelaki yang disukainya itu adalah kekasiku. Dengan berbagai alasan dan pemikiran aku memutuskan hubunganku dengan Reydan secara sepihak, ini demi adikku ya adikku.
Aku kembali menatap ponselku, notifikasi dari Rerydan ada lagi “Ya Allah kenapa laki-laki ini tidak mau menyerah”. Aku sudah sering memperingati laki-laki itu agar jangan pernah menghubungiku lagi. Aku menatap Sari yang tengah asik belajar di kamarnya, aku ragu apakah Sari melihat pesan itu atau tidak.
Akhir-akhir ini Reydan sangat sering menghubungiku, terkadang ia akan mengirimiku pesan singkat seharian, bahkan terkadang juga menelepon tapi tidak pernah kupedulikan. Tapi ini demi Sari, aku tau bahwa adik angkatku itu sangat mencintai kakak tingkatnya itu. Sari bahkan tidak tau bahwa aku pernah memiliki hubungan yang serius dengan Reydan. Apakah aku jahat tidak mempedulikannya, Reydan padahal lelaki yang baik, berapa hal yang dilakukannya padaku akhir-akhir ini aku tau itu bukan kebiasaannya termasuk meneleponku.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar kuputuskan untuk meneleponnya malam itu, aku ingin semuannya selesai. aku tidak ingin seperti ini lagi.
In syaa Allah nanti kita Next part ya hhee..
Cerpen Karangan: Maulida Hariati Blog / Facebook: HariatiMaulida Tinggal di kota Kandangan Kalimantan Selatan seseorang penulis baru yang hobi menulis
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com