Senja telah datang menghampiriku, pikiranku terbang bersama burung-burung di langit biru yang sendu. Kini aku terdiam dalam lamunan yang panjang, akankah ini adalah cobaan yang harus aku lalui?, dalam hati aku pun bertanya. Tirai jendela seakan membelai wajahku dengan lembut, selembut angin yang datang kepadaku. Menambah kegundahan hati yang penuh luka dalam.
“Dian, Dian”, suara Ibuku memanggil cukup keras. “Iya Bu, Sebentar”, seketika aku loncat dari kasur (istana lamunanku). “Bantu Ibu menyiapkan Takjil untuk acara Buka Bersama ya Nak”, ajak Ibuku dengan lembut. Aku diam, tak menjawab, aku masih dalam lamunan panjangku, meski pikiranku sudah terbagi karena ajakan ibuku. “Dian, siapin kolaknya dalam wadah palstik ini ya”, Ibuku lagi-lagi menyuruhku dengan sikap lembutnya. Aku tak menjawabnya kembali. Tapi tanganku seakan-akan ketarik magnet dengan kuat untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Ibuku.
“Kamu, masih mikirin si siapa itu? Mantan kamu itu?”, pertanyaan Ibuku, sontak membangunkan lamunanku. “Mmmm, Ngga lah Bu, udah lupa malah. Aku juga uda baikan sama Shasa, udah selesai Bu masalahnya”, jawabku. “Baguslah kalau gitu, ngga perlu dendam kan sama Shasa, mungkin kamu ngga jodoh sama Irwan, lagian Ibu kurang begitu sreg, orangnya kurang sopan. Mendingan sama Oki, uda cakep, mapan, sopan dan yang pasti agamanya, ngga perlu lagi diragukan, menantu idaman Ibu Nak”, tutur Ibuku panjang lebar. “Dian kan ngga kenal Oki itu seperti apa Bu, keluarganya seperti apa, kalau Irwan kan udah sangat kenal, keluarganya baik banget sama Dian, khususnya Ibunya Irwan Bu, seenggaknya bayangan dongeng Ibu Mertuaku Segalak Anjing Menggonggong itu ngga ada”, jawabku juga penuh panjang lebar. “Iya Nak, tapi Oki lebih baik daripada Irwan, kalau Ibu sudah merestui, biasanya Allah akan mencarikan jalan termudahnya untuk kamu sama Oki. Kalau Irwan laki-laki yang baik, ngga seharusnya dia memacari sahabatnya sendiri kan Nak?”, tanya Ibuku yang seakan-akan menampar wajahku dengan keras.
Aku memikirkan kata-kata Ibu, dan ada benarnya juga apa yang ditanyakan Ibu, kalau Irwan adalah laki-laki yang baik, selepas putus denganku, tidak mungkin langsung dengan gampangnya jadian dengan sahabatku Shasa. Tak sepatah kata pun aku mencoba menjawab pertanyaan Ibu, dan aku berusaha dengan cepat membantunya, dan segera kembali ke kamar. Semakin lama aku didekat Ibu, maka semakin bertubi-tubi ungkapan-ungkapan yang tidak enak untuk didengar.
Setelah selesai membantunya, aku bergegas ke kamar, dan kulemparkan tubuh mungilku ke kasur, sambil memejamkan mata. Pikiran tetap pada pertanyaan Ibu, jika Irwan laki-laki yang baik, seharusnya dia bisa memilih wanita lain sebagai penggantiku.
Getar berulang terdengar, ternyata HP ku bergetar kecil tanda ada pesan masuk melalui whatsApp yang berulang-ulang. Seketika mata terbelalak sambil meraba mencari HP di atas kasur. Tak menyangka, ternyata pesan beruntun itu dari Irwan. Dalam pesan tersebut, Irwan mencoba menjelaskan hubungannya dengan Shasa dan berusaha meminta maaf padaku. Dalam penjelasannya, selama ini hubungan dengan Shasa hanya sebatas sahabat dekat, sebagai pengganti tempat bercerita setelah putus denganku. Kenapa harus Shasa?, dia juga menjelaskan bahwa tidak ada tempat curhat yang lebih baik, kecuali kepada sahabatku, Shasa pasti lebih tahu mengenai diriku. Aku memang menganggap Shasa seperti adikku sendiri, tapi tidak semua permasalahan hidupku aku ceritakan padanya. Kami hanya bertukar informasi mengenai organisasi, ilmu dan juga hobby.
Aku dan Shasa bertemu saat masih di bangku SMA, kami sama-sama mengisi di bidang kewarganegaraan dalam suatu organisasi OSIS. Karena kami sering bertemu dalam meeting, dan juga koordinasi maka kami menjadi semakin lebih dekat. Kedekatan kami juga berlanjut sampai bangku kuliah. Meskipun kuliah di tempat yang berbeda, tapi jalinan persahabatan kami cukup baik. Aku kuliah di Solo, sedangkan Shasa kuliah di Jogja, kota yang sama dengan tempat Irwan menimba Ilmu. Aku dan Irwan menjalin hubungan sejak di bangku SMA sampai pada akhirnya harus putus di bangku kuliah semester lima.
Suatu saat, aku main ke Jogja, dan aku berniat untuk menjenguk Shasa di kontrakannya. Saat itu aku mengajak Irwan untuk bertemu dengan Shasa, tapi karna aku sibuk bercerita panjang lebar, aku lupa mengenalkan Irwan pada Shasa. Bukan bermaksud tidak mengenalkan Irwan adalah ketakutan buat aku, tapi faktor lupa yang membuat aku tidak berpikir mengenalkan Irwan pada Shasa. Aku kira Shasa sudah kenal Irwan, karena Irwan pun pernah sekolah dari SMA yang sama dengan aku dan Shasa.
Tiga tahun berlalu, hubungan aku dan Irwan semakin dekat dan mengenal satu sama lain, begitu juga mengenal keluarga Irwan. Pada saatnya, kecemburuanku yang membabi buta terulang kembali. Irwan diminta tolong Bramas (teman sebangku Irwan) untuk menjemput adiknya yang akan kuliah di Jogja, namanya Farah. Aku tahu kalau Farah itu satu SMA juga dengan kami, tapi bagiku Farah adalah gadis cantik yang bisa menggoda Irwan. Pada saat aku dan Irwan hangout, ada pesan masuk di HP Irwan, ternyata Farah minta ketemuan di Malioboro. Disitu aku merasa kaget, apakah ada hubungan gelap antara Irwan dan Farah?
Setelah kejadian itu, aku males banget balas pesan dari Irwan, apalagi harus ketemuan. Dalam hati sudah terpatri bahwa dia sudah selingkuh, dan aku tidak suka dengan hubungan yang dinodai dengan perselingkuhan. Rasanya kesedihan menyelimuti hatiku setiap hari. Irwan masih dengan usahanya ingin menjelaskan apa tujuan pesan dari Farah tersebut. Tapi kupingku sudah tuli kalau harus mendengar kata Farah. Aku hanya bisa menuangkan kesedihanku kedalam kegiatan positif, dan curhat ke beberapa sahabat, termasuk Shasa.
Entah seakan-akan Allah akan menunjukkan siapa Irwan, hal yang tidak pernah terpikir sekalipun, terjadi dalam hidupku. Bagaikan siang bolong disambar petir. Saat aku lagi bersantai dalam kamar kostku sambil membaca buku, bunyi dering WA dari HP ku. Segera aku ambil dan aku baca, ternyata pesan itu dari Shasa, kami biasanya bertukar informasi selayaknya Adik dan Kakak, tapi ada yang berbeda dalam pesan tersebut. Dimana Shasa tiba-tiba mengungkapkan rasa sayang yang dalam kepada Irwan, dan mengaku bahwa dia dan Irwan saat ini sedang dekat. Aku pun tercengang dan ngga habis pikir, apa sih yang ada di benak Shasa, baru juga sebulan putus dari Irwan, tapi kenapa harus ada cerita lain yang tidak bisa aku toleransi lagi. Maksud mereka itu apa? Kenapa tega? Aku kan sudah menganggap Shasa sebagai adikku sendiri, bahkan aku sangat menyayanginya layaknya adik. Begitu pula Irwan, kenapa setega itu dengan aku. Apa salah aku padanya?
Mulai saat itu, aku berpikir bahwa musuh itu ada di dekat kita, sekalipun dia adalah sahabat kita. Dan aku tak pernah mau lagi kembali kepada Irwan, meskipun seribu kebaikan dia padaku, tidak bisa menutup luka yang paling dalam di hatiku. Dan aku juga tidak bisa sedekat dulu dengan Shasa, karena bagiku sahabat yang baik akan ikut sedih saat sahabatnya sedih, dan akan ikut bahagia saat sahabatnya bahagia.
THE END Ivara
Cerpen Karangan: Iva Nuviasari Blog / Facebook: Ivanuviasari
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com