Minggu pagi aku akan menemui Riani di pasar Minggu. Aku hendak menyatakan perasaanku pada Riani. Sebelum berangkat, aku berulang kali berkaca untuk melihat apakah aku sudah tampan? Apakah penampilanku tampak rapi? Sepertinya sudah. Setelah itu aku pun langsung berangkat menuju pasar Minggu.
Kalian pasti ingin tahu siapa Riani dan dimana aku bertemu Riani. Jadi begini ceritanya. Riani adalah anak dari pemilik toko bangunan dekat pasar Minggu. Toko bangunan tersebut sangatlah besar dan cukup terkenal di kalangan masyarakat. Pertemuanku dengan Riani diawali dengan membeli lampu. Oh ya aku hampir lupa. Riani merupakan keturunan china. Bisa dibayangkan matanya yang sipit dan kulitnya yang putih.
Setelah pertemuan yang tidak disengaja itu, aku dan Riani sering bertemu. Sesekali aku mampir sebentar usai dari pasar Minggu. Entah hanya untuk menyapa ataupun mengobrol tentang hal-hal yang tidak penting. Jarak rumah dan pasar Minggu sangat dekat. Hanya butuh waktu lima belas menit. Aku cukup berjalan kaki saja sudah sampai. Beberapa menit kemudian, aku sudah sampai pasar Minggu. Dan aku melihat Riani melambaikan tangan ke arahku. Aku balas tersenyum. Lalu aku segera menghampiri Riani.
“Kau menunggu lama?” tanyaku pada Riani. Riani tersenyum dan menggeleng pelan. “Baiklah apa yang ingin kau katakan padaku sekarang?” giliran Riani menanyaiku. Jika dilihat dari nada bertanya Riani, sepertinya dia penasaran. Aku menatap manik matanya dalam sebelum menyatakannya.
“Aku suka padamu, Riani” ungkapku. Senyum Riani menghilang saat mendengar ungkapanku tadi. Ekspresi wajahnya juga berubah seketika. Awalnya riang lalu berubah menjadi datar. Suasana hening sesaat diantara kita berdua.
“Maaf aku tidak menyukaimu. Aku suka adikmu. Maafkan aku, Ben” ucap Riani tiba-tiba dengan nada menyesal. Ben itu namaku. Sedangkan Geri adalah nama adikku. Tak kusangka bahwa dia akan mengatakan itu di hadapanku. Rupanya tampangku tak membuat seorang Riani tertarik atau bahkan menyukaiku. Kenapa adikku disukai oleh gadis yang kusukai? Aku tak mengerti. Aku tak tahu apa yang membuat adikku menarik di mata mereka. Aku hanya tahu bahwa adikku lebih tampan dariku. Baiklah aku mengalah saja. Aku menunduk, tersenyum simpul dan langsung berbalik badan.
—
Satu tahun kemudian, aku mendapat kabar bahwa Geri dan Riani menjalin hubungan. Aku tak tahu kapan mereka bertemu dan bagaimana mereka saling mengenal. Aku juga tak peduli. Kukira akulah yang paling dekat dengan Riani, ternyata ada yang lebih dekat dariku. Itu Geri. Lalu apa arti sikap istimewa yang dia lakukan padaku.
Terdengar suara pintu diketuk berkali-kali. Siapa yang berkunjung malam-malam begini. Geri tidak pulang hari ini karena sedang berkencan dengan Riani. Jadi itu bukan Geri. Ayah dan ibuku? Mereka sudah tertidur pulas. Lalu siapa? Aku pun beranjak dari kasurku dan segera membuka pintu. Hendak mengetahui siapa yang berkunjung pada larut malam seperti ini. Mataku terbuka lebar saat mengetahui siapa orangnya. Itu Riani. Kulihat wajah Riani tampak berantakan. Matanya juga sembap. Ada apa dengan Riani? Ah iya dia pacar adikku. Untuk apa aku ikut campur dalam hubungan keduanya? Haha aneh sekali.
Tapi dia menangis. Aku tak bisa melihat dia menangis seperti itu. Perlahan aku mengatupkan bibirku. Aku mengijinkan Riani masuk dan duduk di sofa. “Ada perlu apa?” tanyaku pada Riani. Riani menundukkan kepala. Beberapa menit kemudian, dia mengangkat kepala dan menatapku.
“Geri… selingkuh. Aku harus bagaimana? Aku bingung” tuturnya dengan nada gugup. Aku yang mendengar hal tersebut dari bibir Riani langsung tersentak kaget. Bahkan timbul banyak pertanyaan dalam pikiranku. Kedua alisku mengerut dalam. “Kau sudah berapa lama menjalin hubungan dengan Geri?” tanyaku penasaran. “Delapan bulan” jawabnya. “Ba.. bagaimana kau bisa tahu bahwa Geri selingkuh? Kukira menjalin hubungan selama delapan bulan denganmu itu sudah tahap serius. Rupanya dia berselingkuh” kataku. Riani menggeleng pelan serta air matanya mulai menetes lagi. Aku yang duduk di sebelah Riani langsung membawanya ke pelukanku. Kubiarkan dia menangis dalam pelukanku.
—
“Aku tidak merasa cukup dengan satu wanita, kak. Aku menginginkan lebih. Perempuan di dunia ini gampangan sekali bagiku. Aku hanya bermodal tampang dan kata-kata manis saja mereka sudah jatuh cinta padaku” jelas Geri panjang lebar. Semalam setelah Riani menceritakan semua tentang perselingkuhan Geri, hari ini aku langsung menginterogasi Geri. Aku cukup terkejut mendengar penjelasan Geri. Ternyata penilaianku pada Geri selama ini salah. Geri mempermainkan perasaan wanita.
“Meski begitu perempuan-perempuan yang kau anggap gampangan itu pernah aku sukai. Mereka aku perlakukan dengan baik supaya bisa meluluhkan hatinya. Namun kau malah menyakitinya. Kukira aku pantas mengalah, ternyata harusnya kau yang mengalah” balasku.
“Sebelum kau menyukai mereka, aku lebih dulu mengenalnya. Aku yang lebih dulu merayu mereka sebelum kau, kak” sahut Geri dengan nada agak membentak. Aku menelan ludahku. Jadi itu alasannya mengapa mereka menolakku? Haha pantas saja. Disini yang brengsek adalah adikku, Geri. Dia membuang-buang waktunya untuk mempermainkan perasaan wanita.
“Aku tak tahu harus berkata apa. Tapi aku ingin kau untuk minta maaf pada Riani dan pada perempuan yang pernah kau permainkan sebelum karma menantimu” ujarku dengan nada rendah. Aku marah dan kesal pada Geri, namun aku tak bisa mengeluarkan nada tinggiku. Setelah itu aku masuk ke kamarku dan meninggalkan Geri yang masih di ruang tamu.
—
Aku dengar dari Riani bahwa Geri sudah meminta maaf padanya meskipun terlihat agak terpaksa. Hanya pada Riani saja. Sedangkan pada perempuan lain tidak. Alasannya pun aku tak tahu dan tak ingin bertanya apapun padanya. Aku merasa jijik pada adikku sendiri. Serta merasa malu dengan tingkah laku adikku, Geri. Akan tetapi aku masih bisa memaafkannya.
Setelah itu tak ada lagi hubungan diantara Riani dan Geri. Inilah waktu yang kutunggu-tunggu dan kunantikan. Disisi lain aku merasa senang karena aku dan Riani tidak seasing dahulu.
Aku perlahan mendekati Riani lagi, namun tidak seperti dulu lagi caraku mendekati Riani. Langkah pertama, aku mencoba menjadi teman dekatnya. Lalu langkah kedua barulah aku memasuki tahap yang serius. Mungkin saja di langkah kedua ini, aku dan Riani menjadi lebih dari teman. Selain itu kita jadi sering mengunjungi pasar Minggu dekat toko bangunan milik Riani. Intinya kita sering menghabiskan waktu bersama semenjak dia berpisah dengan Geri.
—
Riani menatapku lamat, dan bertanya “apa kau masih memiliki perasaan padaku?”
Mataku melotot mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Riani. Pertanda apakah ini? Apa sudah waktunya? Aku mengangkat sebelah alisku. Seolah bertanya kenapa. Kedekatan kita juga sudah dua tahun lebih. Entah dia menganggapku apa. Mungkin pertanyaan yang dia lontarkan adalah jawaban tentang siapakah aku di hidupnya. Ya. Mungkin begitu.
“Aku menyukaimu. Itu yang ingin kukatakan padamu, Ben” berhenti sejenak, lalu “maafkan aku karena butuh waktu dua tahun untuk menyukaimu. Entah bagian mana yang kusukai darimu” lanjutnya lagi. Tanpa sadar senyumku mengembang. Pipiku terasa panas. Serta jantungku berdebar. Akhirnya kau menyukaiku, batinku.
Cerpen Karangan: Purwati Profil Penulis: dirahasiakan