Hari ini adalah hari pertama kali sekolah tatap muka setelah pandemi kemarin, aku akan mendapatkan teman baru, kelas baru, bangku baru. aku harap dengan diadakan sekolah tatap muka ini aku menjadi lebih paham materi yang diajarin, soalnya guru akan ngejelasin secara langsung, kalau biasanya pasti kebanyakan disuruh baca atau lihat video pembelajaran. jujur aja itu membosankan.
Saat aku masuk ke kelas, semua teman kelasku melihatku. mereka semua cuma duduk di bangku masing-masing dan diam tanpa kata. ini yang aku takutkan, aku takut kalau aku sulit bersosialisasi dengan mereka. tapi it’s okay aku akan berusaha bersosialisasi dengan mereka.
“yang namanya delta yang mana ya?” suara anak cewek di bangku depan. “iyaa?” jawabku pelan sambil melihat ke arah suara itu. “Ohh jadi kamu yang namanya delta, selama ini kita cuma interaksi lewat online, akhirnya kita bisa ketemu, oh ya aku vani” ujarnya sambil menoleh ke arahku dan tersenyum.
Aku senang, akhirnya aku mendapatkan teman baru hehe. aku sering bercanda dengan vani tapi cuma lewat online dan sekarang aku tau dia yang mana.
Hari-hari berlalu cepat aku udah berbaur akrab sama teman-teman sekelasku. tapi aku nggak terlalu akrab dengan teman-teman cowok kelasku.
“Yang tidak mengerjakan tugas silahkan dikerjakan diluar!” ucap guru matematika kelasku.
Aku terkejut ketika teman-temanku semua keluar dan cuma menyisakan aku dan dua cowok di kelasku. Suasana di kelas sunyi dan canggung, kita bertiga nggak ada yang berbicara sama sekali. guru matematika sibuk memarahi anak-anak yang ada diluar sana. ketika guru matematika kembali beliau hanya menerangkan beberapa materi lalu kita bertiga disuruh untuk mengerjakan tugas di buku paket. ayolah aku belum terlalu paham dengan materinya. aku ngerjain soal yang aku bisa dulu. buat soal yang aku nggak bisa, akan aku pikirin nanti.
Buat soal nomer 5 kali ini aku benar-benar nggak bisa. aku takut kalau tanya ke gurunya secara langsung, jadi aku coba tanya ke anak cowok yang duduk di depanku.
“stt stt, aku mau nanya soal nomor 5 itu gimana?” bisikku pelan. Dia menoleh kebelakang dan ngejelasin cara untuk ngerjainnya.
“udah jelas kan?” tanyanya sesudah ngejelasin caranya ke aku. “udah, sangat jelas, terimakasih” jawabku. Aku senang akhirnya aku bisa ngerjain soal dengan lengkap. anak cowok itu baik dan dia ngejelasinnya sangat detail jadi aku mudah paham apa yang sedang ia jelaskan.
Tiba jam istirahat aku sama vani asik ngobrol setelah beli makanan dari kantin dan membawanya ke kelas.
“Vani aku ingin tanya sesuatu” kata ku sambil beraut muka serius. “Mau tanya apa?” tanyanya dengan raut muka penasaran. “Anak cowok yang duduk di bangku depanku itu siapa?” tanyaku. “Ohh itu, namanya samu, kenapa kamu tanya soal dia?, jangan-jangan kamu suka sama samu ya?” ujarnya sambil terkekeh. “Nggak, kamu jangan bicara yang nggak-nggak ya!” jawabku kesal.
Saat pulang sekolah tiba, aku sama vani jalan berdua ke gerbang sekolah. kita pisah di gerbang sekolah karena vani yang diantar jemput dan aku yang naik sepeda motor sendiri. setelah vani pergi dan melambaikan tangan ke aku, tiba-tiba disampingku ada anak cowok yang badannya tinggi. iya, itu adalah samu. dia berdiri di sampingku dan berkata “kamu yang tadi tanya tentang soal kan?” tanyanya. “iya, makasih udah bantu tadi” jawabku tersenyum. “santai aja, kamu bisa tanya apapun ke aku” ujarnya sambil tertawa pelan. “Oke deh” jawabku sambil ikut tertawa.
Hari-hari berjalan dengan cepat. aku, vani dan teman-teman lainnya termasuk samu makin akrab. kita bercanda bersama, belajar bersama, bahkan kita mempunyai foto bersama. di foto itu aku dan samu jaraknya sangat dekat, jujur aja selama ini bisa dibilang mungkin aku udah jatuh hati ke samu.
Aku suka karena tutur katanya sangat lembut ketika lagi ngobrol sama anak cewek. matanya yang lucu saat dia senyum, senyumnya yang manis, pipinya yang menggembung saat dia tertawa, dan itu sangat lucu bagiku. aku menyukainya juga karena dia nggak malu minta maaf saat dia nggak sengaja membuat kesalahan, meskipun kadang dia minta maaf dengan bercanda dan tertawa. dia pernah membuat aku terharu saat dia nggak sengaja mengatakan sesuatu yang menyakiti hatiku, dan karena itu aku nggak mau bicara sama samu di sekolah, jadi samu ngirimin untukku sebuah pesan yang panjang, dan di dalam pesan itu dia dengan setulus hati minta maaf ke aku. aku nggak nyangka dan bertanya-tanya di dalam hati “gimana seorang samu bisa membuat serangkaian kata yang membuat aku terharu?”
Aku menjadi sangat semangat sekolah semenjak samu dekat dengan aku. kadang kita memecahkan soal matematika sama-sama. pernah juga waktu itu samu kesusahan ngerjain tugas, dan aku ngebantuin samu sampai larut malam.
Lalu keesokan harinya samu memberi aku minuman, dia tersenyum dan menepuk kepalaku pelan sambil berkata “terimakasih”, sungguh jantungku berdegup kencang dan mungkin pipiku menjadi merah karena samu. meskipun begitu aku nggak mau berharap lebih.
Samu selalu mendo’akan aku supaya jadi juara 1 di kelas, dan aku pun mendo’akan samu supaya jadi juara 1 di kelas. samu emang suka merendah. dan tiba waktunya penerimaan rapot sekolah, aku sangat senang sekalipun sedih karena do’a samu dikabulkan dan aku mendapat juara 1 di kelas, sedangkan disisi lain aku takut kalau kita nggak sekelas lagi, karena saat kenaikan kelas, pembagian kelas pasti diacak lagi dan aku takut jika kita nggak sekelas lagi. dan benar aja kita ditempatin di kelas yang beda.
Aku menyuruh temanku vani yang sekelas sama samu supaya ngajarin samu saat dia nggak bisa ngerjain tugas, aku juga menyuruh vani supaya jadi satu kelompok sama samu supaya bisa ngebantu samu kalau dia kesusahan.
Semenjak kita beda kelas, kita jadi sangat asing, bahkan saat kita berpapasan di jalan, samu cuma melirikku sekilas. tapi aku akan tetap menjaga dan membantu samu secara diam-diam lewat temanku vani.
Samu makin akrab sama teman-teman barunya bahkan dengan teman ceweknya. tapi itu hal yang wajar, aku juga nggak ada hak buat ngelarang samu. aku senang kalau samu bisa akrab dengan teman-teman barunya. nggak lupa aku juga selalu mengajari vani tentang tugas-tugas sekolah supaya vani bisa mengajarkan dan membantu samu juga, vani juga sering menceritakan kelucuan samu di kelas, mendengar itu saja sudah bisa membuatku senang.
Sekitar 6 bulan berlalu, vani sekarang menjadi jarang sekali menceritakan tentang samu, aku berfikir bahwa vani terlalu sibuk karena banyaknya tugas, jadi aku memaklumi itu. tapi ternyata..
“hai vani” sapaku ketika kami bertemu. “maaf, samu udah nyaman sama aku, kamu udah ga perlu jagain dan ngajarin dia lagi” ujarnya. “iya, gapapa, minta tolong jagain samu, makasih ya udah pernah bantuin aku jagain samu dari jauh, em nggak jauh si kita cuma beda kelas, tapi rasanya jauh banget, sekali lagi makasih.” jawabku sambil tersenyum. “sekali lagi maaf…” jawabnya sambil menunduk. “baik-baik ya kalian” ucapku sambil menepuk bahunya pelan, lalu pergi.
Dihari itu semua telah usai, kalau ditanya sakit atau nggak, jelas sakit, sakit banget. aku tau aku bodoh karena membiarkan mereka sedekat itu. sudah terlalu telat untuk menyesali. makasih buat semua, makasih vani yang udah bantu menjaga samu selama 6 bulan ini, makasih juga buat samu atas semua kenangan yang pernah kamu kasih ke aku. aku senang bisa bertemu dan mengenal seorang samuel, tapi lebih baik emang harusnya kita nggak usah pernah ketemu dan kenal walaupun sedetik. ingin rasanya menghapus ingatan tentang kita yang pernah sedekat itu. dan sekarang aku tau bahwa melepaskan itu mudah, tapi buat mengikhlaskan itu susah. kenangan itu sangat indah, tapi juga sangat menyakitkan.
Cerpen Karangan: Dea Lupita