Pada waktu aku duduk di bangku SMA aku mempunyai seorang pacar yang sepantaran denganku. Hubungan kami berjalan 3 bulan. Pada awalnya kami sangat romantis seperti orang pacaran pada umumnya, namun perlahan lahan hubungan kami memudar. Pada saat itu juga aku mulai menyukai orang lain sehingga aku mulai lupa kalau aku memiliki seorang kekasih. Perasaanku padanya sama seperti saat aku menyukai pacarku. Kami di sekolah selalu bertemu dan bertukar pandang, hatiku selalu berdebar saat bertatapan dengannya. Aku dan dia hanya bertukar pandang saja, tidak pernah dia maupun aku memulai topik pembicaraan.
Secara kebetulan aku dan pacarku berbeda sekolah. Jadi memudahkanku untuk dekat crushku. Hari hariku selalu tentang crushku sampai tak terasa sudah 1 minggu lebih aku tak berkomukasi dengan pacarku, aku maupun pacarku juga tidak ada niat untuk berkomikasi lagi.
Tetapi pada minggu kedua dibulan Desember, secara tiba tiba dia menghubungiku lagi di whatsapp, kupikir dia sudah melupakanku.
“Sudah lama kita tidak berkomukasi ya, Ra” ucapnya padaku. “Masih ingat padaku ya ternyata” ucapku sarkas. “Maaf aku sedang sibuk sampai tidak sempat mengabarimu” ucapnya padaku. “Apakah mengabariku menggunakan waktu selama 2 minggu?” ucapku padanya. “Maafkan aku” dia meminta maaf padaku.
Dia meminta maaf padaku berkali kali dan akupun memaafkannya, walau di hatiku terisi dua hati tetapi perasaanku padanya lebih besar daripada crushku. Hubunganku dengannya mulai membaik. Sekarang aku pada fase dilema, haruskah aku memilih pacarku atau crushku.
Namun besoknya crushku menghubungiku lewat whatsapp, tentu saja aku terkejut, tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghubungiku. Apakah artinya perasaanku mulai terbalas, jika iya bagaimana dengan perasaan pacarku.
“Hai save nomorku ya” pesan pertamanya padaku. “Eh? baiklah save kembali nomorku” ucapku padanya. “Ya terima kasih” ucapnya.
Hanya itu saja pesan terakhirnya, setelah itu tidak ada lagi topik diantara kami. Aku masih berfikir mengapa dia memintaku menyimpan nomornya, sampai malam hari tiba aku masih memikirnya.
Besoknya waktu sekolah masih saja kita tidak berbicara padahal aku sudah berharap dia akan berbicara padaku. Mungkinkah ia penasaran padaku karena aku sering menatapnya di sekolah?.
Tiba tiba saja pacarku menelfon. “Nanti kamu sibuk nggak pulang sekolah?” tanyanya padaku “Enggak, aku lagi free” jawabku. “Nanti keluar yuk” tumben sekali pacarku mengajakku jalan, ataukah ini sebagai perminta maafannya padaku?. “Boleh” aku mengiyakan saja karena kebetulan kita memang jarang bertemu.
Setelah pulang sekolah ternyata pacarku sudah menungguku disekitaran sekolah, sikapnya hari ini membuatku heran, aku benar benar kesal dengan sikapnya. Sikapnya yang membuatku berpindah hati, setelah aku menemukan hati yang baru ia kembali lagi padaku.
“Kau menjemputku?” tanyaku padanya. “Ya, aku sudah izin pada ayahmu” hubungan kami memang sudah diketahui oleh orangtuaku karena aku pernah memperkenalkannya pada keluargaku. “Pakai ini” dia menyerahkan sebuah sweater coklat miliknya padaku, otomatis aku mencium bau tubuhnya yang tertinggal di sweaternya. Akupun memakai sweaternya untuk menutupi seragam sekolahku dan langsung pergi kearah yang tidak aku tahu, aku hanya menurut padanya.
Di jalan aku menyenderkan kepalaku di bahunya dan memeluk pinggangnya. Kami menikmati angin di jalan yang terasa sejuk, membuatku semakin erat memeluknya. Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya kita pun sampai di tujuan. Ternyata dia mengajakku ke sebuah taman mini, banyak sekali pedagang disana dan juga terdapat beberapa anak muda yang menghabiskan waktu dengan pacarnya sama seperti kami.
Kami mengunjungi sebuah pedagang ice cream dan memesan ice cream rasa coklat dan vanilla. Setelah itu kami duduk di salah satu bangku yang ada disana. Kami memakan ice cream sambil membicarakan hal random ataupun kesibukan masing masing.
“Aku ingin meminta maaf atas kesibukanku akhir akhir ini” ucapnya padaku. “Memang sesibuk apa dirimu” tanyaku padanya. “Akhir akhir ini program di sekolahku semakin banyak dan aku sedikit kewalahan dengan itu, ditambah tugas sekolahku yang selalu berkelompok” jelasnya padaku. “Aku menjadi tidak ada waktu dan masih ada ekskul yang harus aku ikuti” aku hanya mendengar penjelasannya, setelah aku mengetahui alasannya aku sedikit memakluminya. “Baik alasanmu bisa aku terima, aku memaafkanmu, sempat aku berfikir bahwa kau sudah bosan denganku dan ingin memutuskan hubungan tanpa kata” ucapku padanya. “Aku harap kau selalu memberiku kabar walau sesibuk apapun dirimu”. Dia mengangguk setelah mendengarkan permintaanku. Kami lanjut berjalan jalan mengelilingi taman mini itu.
“Ayo pulang?” tanyanya padaku. “Boleh, hari sudah mulai malam”.
Kamipun menuju parkiran sepeda untuk pulang karena hari sudah mulai malam. Sembari menunggunya mengambil sepeda aku membuka handphoneku dan aku membuka story crushku, aku sedikit terkejut ketika melihat foto perempuan distorynya, ternyata dia mempunyai pacar. Aku sedikit sedih akan hal itu. Mungkin aku hanya ditakdirkan untuk menyukainya saja, tidak untuk memilikinya. Lagian aku sudah memiliki pacar.
“Ayo pulang” aku terkejut saat dia memanggilku karena aku sedang melamun saat itu. “Iya, ayo” dia mengantarku pulang.
Di perjalanan aku memasukkan tanganku kedalam saku hodienya karena dingin terkena angin malam. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya dan menikmati saat saat terakhir kami sebelum sampai ke rumah.
Beberapa menit di perjalanan akhirnya kitapun sampai di rumahku dan aku menyuruhnya untuk masuk kedalam. “Masuklah dulu” ucapku padanya. “Boleh” dia memarkirkan sepedanya didepan rumahku dan mengikutiku untuk masuk ke dalam rumah. Ayahku ternyata berada di ruang tamu, aku dan dia bersalaman dengan ayahku. Aku masuk ke dalam untuk membuatkannya teh sedangkan dia mengobrol dengan ayahku, sesekali aku mendengar dari dapur bahwa mereka sedang tertawa.
Aku mengantarkan teh yang sudah aku buat untuk ayah dan pacarku dan aku lanjut pergi ke kamar membiarkan mereka berbicara secara laki laki.
Sejenak aku merenung tentang hatiku yang terisi dua hati, aku mulai membandingkan lelaki manakah yang harus aku pertahankan?. Jika aku memutuskan untuk tetap menyukai crushku, maka aku akan patah hati karena dia sudah mempunyai pacar. Jika bertahan dengan pacarku aku takut dia kembali sibuk sampai lupa mengabariku dan membiarkan aku bertahan dengan harapan kosong. Namun sekali lagi aku berfikir, hubungan pasti terdapat sebuah masalah dan karena masalah itulah kita akan diuji, sanggupkah kita bertahan atau tidak.
Setelah kejadian hari itu aku memutuskan untuk kembali pada pacarku dan melupakan crushku. Tetapi aku sangat bahagia karena bisa merasakan jatuh hati di sekolah namun aku tidak menyarankan harus melupakan orang lama demi orang baru.
Besoknya saat disekolah aku bertemu lagi dengan crushku tetapi aku mencoba untuk tidak menatapnya lagi karena aku sudah memutuskan untuk berhenti menyukainya dan sepertinya dia juga bersikap biasa saja.
“Hei, kamu suka dia ya” tiba tiba temanku berbicara. “Tidak!” aku menyangkal. “Dia menyukaimu loh” ucap temanku. Aku terkejut, bagaimana bisa?. Bukankah kemarin dia memposting foto pacarnya?. Aku mencoba tidak peduli dengan itu dan aku tetap bertahan dengan pacarku.
erpen Karangan: Khoirunnisa ig; @janheavens