Cinta, mencintai seseorang yang layak dicintai adalah hal yang normal bagi setiap orang, tapi ada juga yang mencintai orang yang salah. Ada beberapa orang yang jatuh cinta tanpa alasan dan ditinggal tanpa alasan pula. Bagi kalian yang punya cinta pertama menyenangkan bersyukurlah, karena walaupun kalian tak bisa memilikinya ataupun bisa memilikinya sebentar saja, paling tidak kalian tidak merasa menyesal dengan perasaan itu. Kalian punya kenangan indah tersendiri pada cinta pertama kalian itu.
Ya, jangan seperti gadis itu. Gadis yang mungkin merasakan penyesalan mendalam seumur hidupnya. Gadis yang bekerja di sebuah toko, yang kini sedang melamun setelah mendengar orang yang belum terhapus di hatinya, sang mantan kekasih akan menikah bulan ini. Hubungan mereka memang sudah lama usai, hampir genap tujuh tahun lalu tepatnya. Tapi, Gadis itu dengan bodohnya masih saja merasa sakit. Jangankan melihat sang mantan, mendengar namanya saja sudah mengiris hati. Benar kata orang cinta pertama memang sulit sekali dilupakan. Ya, untuk pertama kalinya gadis itu merasakan cinta dua arah, dulu. Entah laki-laki itu benar mencintainya atau sekedar main-main tetapi gadis itu tulus.
Saat itu dia masih berusia 15 tahun. Saat itu dia sangat ingin merasakan yang namanya pacaran seperti teman-teman sebayanya. Pertama menjalin hubungan yang bernama pacaran, karena terlalu dipaksakan dia akhirnya putus sebab merasa risih dengan mantan pertamanya. Dan kali kedua, laki-laki itu datang membawa dia ke drama percintaan romantis yang diimpikannya. Dia tak perduli kata orang lelaki itu playboy, Ya karena di cerpen, novel dan film-film yang ia tonton lelaki playboy juga bisa insyaf. Dia ingin laki-laki itu berubah untuknya. Dia juga berfikir ini takdir, karena awal pertemuan dengan lelaki itu sebenarnya adalah saat gadis itu berumur 12 tahun.
Saat itu laki-laki itu menyukai kakak temannya dan selalu mendesak temannya untuk menjodohkan dengan kakaknya dan anehnya gadis kecil itu yang berdebar sampai menabrak motor yang terparkir di hadapannya karena memandang lelaki itu terus. Dan mereka bertemu lagi tiga tahun kemudian. Dan Saat itu laki-laki itu mengejar-ngejarnya, dia. Iya dia, bukan kakak temannya.
Rasanya seperti menjadi tokoh utama di sebuah kisah percintaan tapi gadis itu berpura-pura jual mahal, berusaha tak terlihat dia memang sudah menyukai lelaki itu sejak awal. Ada yang namanya masa pendekatan dan mereka hanya menjalani selama seminggu lalu berpacaran. Dan malangnya gadis itu ditinggal begitu saja setelah tiga hari berpacaran. Sungguh cinta pertama yang singkat, menyakitkan dan memalukan. Laki-laki itu berpacaran dengan wanita lain tanpa memutuskan hubungan dengan gadis itu terlebih dulu. Dan beberapa bulan kemudian dia memacari sahabat gadis itu, membuat hubungan persahabatan mereka yang sejak kecil terjalin menjadi merenggang dan perlahan putus.
Tak sampai di situ, laki-laki itu dengan percaya dirinya kembali setelah setahun berlalu. Gadis itu masih ingat saat bertemu laki-laki itu di tempat sepi, kenapa dia mau datang? karena dia sangat ingin melihat langsung laki-laki itu memohon-mohon kembali padanya seperti yang ditulisnya dalam pesan singkat (SMS). Tapi yang terjadi ternyata lelaki itu hanya melampiaskan nafsunya pada gadis tersebut. Lelaki itu menciumnya tiba-tiba, lagi dan lagi sambil mencoba memasukan tanganya ke dalam baju gadis kecil itu. Untungnya gadis itu berhasil menghentikan lelaki itu sebelum melecehkannya. Tuhan masih sayang padanya, dia sadar betul perbuatan itu dosa dan keesokan harinya lelaki itu memposting pernyataan cintanya pada gadis lain yang lebih cantik darinya. Dia menulis sangat mencintai gadis cantik itu dan akan melakukan apapun untuk gadis cantik itu.
Teganya, setelah semalam dia melakukan perbuatan tersebut pada gadis kecil itu, bagaimana bisa dengan tak tahu malunya memposting hal itu di media sosial kepada gadis lain. Sejak saat itu gadis itu tak tertarik dengan hubungan percintaan. Kebenciannya amat mendalam pada laki-laki itu, tapi semakin rasa bencinya bertambah semakin bertambah pula rasa cintanya. Dan setiap dia sadar akan rasa cintanya yang bertambah, Setiap itu pula gadis itu selalu berharap agar lelaki itu menderita. Semoga lelaki itu disakiti seseorang sama seperti lelaki itu menyakitinya sehingga dia sadar betapa dalam luka yang ia perbuat pada gadis itu dan meminta maaf kemudian.
Ya maaf, kata maaf yang mungkin sebenarnya dibutuhkan untuk mengobati gadis itu. Tapi setelah tujuh tahun berlalu, laki-laki itu malah mau menikah? Gadis itu benar-benar merasa tak adil pada kenyataan ini. Kenapa Tuhan mempertemukan lelaki jahat itu dengan jodohnya terlebih dahulu padahal gadis itu pacar saja tak punya bahkan memulai sebuah hubungan saja tal berani. Kini gadis yang sedari tadi melamun di tengah jam istirahatnya itu menurunkan air mata.
“Hana kamu nangis?” Suara lelaki membangunkan gadis itu dari lamunannya sedari tadi. Gadis yang bernama Hana mengusap pipinya cepat lalu tersenyum paksa. “Enggak kok Nung, dari tadi mainan Hp terus jadi mataku perih,” kata Hana berbohong. “Kamu dapat undangan?” tanya Hanung yang kini duduk di sebelah Hana. “Undangan apa?” tanya Hana pura-pura bodoh. “Nikahannya … Rian.” Hanung memandang Hana khawatir. “Enggak tuh … dia mau nikah? Hahaha gak mungkin lah aku diundang.” Tawa Hana terdengar dipaksakan.
Hanung tentu tahu perasaan Hana, dia teman curhat Hana selama ini dan selain itu dia juga teman dekat lelaki jahat itu, Rian. Hanung selalu memberi pendapat membangun kepada Hana bukan malah mengejek dia, itulah yang membuat Hana nyaman dengan Hanung. Dan Hanung tak lain adalah Pemilik toko tempat Hana bekerja, yang membuat Hana bagai anak emas diantara pegawai lainnya.
“Hanung aku mesti gimana?” tanya Hana tiba-tiba dengan nada serius. Hanung memandang wajah cemberut Hana. “Lupakan dia, ikhlaskan yang sudah terjadi di antara kalian,” jawab Hanung bijak. “Tapi … sulit. Aku benci dia, kalo dia manusia seharusnya paling enggak dia minta maaf dong sama aku. Aku merasa gak adil banget Nung. Kenapa Tuhan memepertemukan lelaki yang jahat itu dengan jodohnya terlebih dahulu dibanding aku.” Hana tengggelam dalam perasaaannya. “Mungkin tanpa kamu ketahui dia juga pengen minta maaf sama kamu tapi belum dapat waktu yang pas. Mungkin dia juga pernah disakitin lebih dari dia nyakitin kamu yang membuatnya sadar dan serius menjalani hubungan dan akhirnya akan menikah sekarang ini. Ataupun kalo memang semua yang aku katakan itu tidak terjadi. Dia akan dapet balasannya sendiri kok, kamu gak usah repot-repot membenci dia itu hanya akan membuat kamu malah semakin mencintai dia. Karena itu berhenti, maafkan dia, berhenti menghiraukan dia. Umur kamu sudah dua puluh-an sekarang Han … mau sampai kapan kamu larut dalam bayang-bayang masa lalumu,” kata Hanung bernada tinggi. “Aku tahu, aku juga pengen berhenti tapi gak semudah seperti omongan kamu tadi Nung. Gak semudah itu melupakan, apalagi sesuatu yang pertama,” tegas Hana. “Mulailah buka hati untuk yang lain. Selama ini kamu terlalu cuek sama cowok lain. Mungkin cinta yang baru bisa membuatmu melupakannya perlahan, yang pertama gak harus jadi yang terakhir,” kata Hanung yang kini dengan nada normal lagi.
“Aku males disakitin lagi.” Hana memasang wajah lelah. “Gak semua cowok jahat dan gak semua cewek dijahatin Rian juga, mungkin kamu hanya salah satu dari cewek yang dijahatin dia. Jangan mengaggap semuanya sama Han,” kata Hanung dengan fikiran dewasanya. “Memang menurutmu bakal ada yang suka sama cewek kayak aku?” tanya Hana memandang Hanung. “Ada lah …,” jawab Hanung dengan wajah ragu tak serius. “Siapa? Jangan bilang semua orang diciptakan berpasang-pasangan ya,” kata Hana sinis diiringi tawa Hanung yang tak tertahankan. Hana pun ikut tertawa melihat Hanung tertawa. “Nah gitu dong ketawa jangan nangis kaya tadi,” kata Hanung dengan nada mengejek. “Aku udah bilang aku gak nangis Nung,” jawab Hana dengan kesal. “Kamu gak bisa bohong sama aku.” “Kamu sok tahu Nung, tapi aku pengen deh. Paling enggak dia minta maaf sebelum akhirnya nikah. Aku rasa ganjalan di hati aku bakal terangkat denger dia minta maaf,” kata Hana setengah melamun. “Aku udah bilang udah … lupakan, ikhlaskan, maafkan!” tegas Hanung. “Ya iya pak ustad,” kata Hana meledek Hanung kemudian berlari pergi.
Malamnya hujan deras menerjang. Angin kencang tak henti-hentinya bertiup. Hana menutup toko sendiri malam ini. Hanung siang tadi pergi katanya ada urusan di rumah. Hanung memang sudah mempercayakan sepenuhnya pada Hana kalau dia ada urusan. Hana mendapat pesan dari Hanung untuk menunggu sebentar di depan toko karena dia akan menyusul membawakan payung. Kadang Hana suka merasa aneh. Bagaimana Hanung bisa ingat payung di toko lupa dikembalikan Hana saat dibawa pulang kemarin. Jadi di toko otomatis tak ada payung dan hujan belum reda. Terpaksa Hana menunggu Hanung didepan toko yang sudah ia tutup.
“Hana.” Suara berat lelaki mengalihkan perhatiannya. Lelaki yang tak asing di hati Hana, Rian. Hana hanya diam menatap kaget tanpa menjawab. Rian mengulurkan sebuah payung dengan canggung. “Aku disuruh Hanung nganterin ini,” kata Rian kemudian. Hana menerimanya dengan mulut terkunci. “Sebenarnya aku juga mau ngomong sesuatu sama kamu,” lanjut Rian. “Apa?” Hana menghindari kontak mata. “Maaf kalau aku dulu keterlaluan sama kamu.” Hana menatap Rian terkejut. “Waktu itu usia kita masih muda, aku masih labil dan sering khilaf. Yah … aku memang terlalu jahat pada banyak wanita dulu, bukan ke kamu aja Han,” jelas Rian hati-hati.
“Sebenarnya aku kesini karena disuruh Hanung. Dia bilang bakal jadi musuh aku kalo gak minta maaf sama kamu sekarang, tapi aku memang pengen minta maaf sama kamu dari dulu cuma gak ada waktu yang pas dan aku terlalu gengsi. Aku pikir aku minta maaf atau enggak, gak akan ada bedanya juga, tapi aku kira aku salah setelah mendengar semuanya dari Hanung tadi,” lanjut Rian. Hana terkejut tak habis pikir Hanung membocorkan semuanya kepada Rian. “Kamu wanita yang baik Han.” Air mata Hana menetes begitu saja setelah mendengar kalimat itu. “Makasih sudah menjadikan orang sepertiku cinta pertama kamu … maaf kamu menyia-nyiakan tujuh tahun untuk menyukai orang sepertiku … maaf sudah membuatmu trauma akan kisah masa lalu kita yang seharusnya aku gak boleh melakukan hal seperti itu.” Mata Rian mulai merah menahan bendungan di matanya. Terukir jelas penyesalan di wajahnya. Hana terduduk merasakan kakinya gemetar tak sanggup menopang tubuhnya. Dia merasakan ganjalan yang selama ini terasa menyesakkan di dadanya tiba-tiba terangkat begitu saja. Rian pun berjongkok menatap Hana.
“Kamu gak kenapa-napa kan Han?” tanya Rian khawatir. Hana hanya mengelengkan kepala. “Makasih …” Hana menangis sebelum menyelesaikan kalimatnya. Tangan Rian menggenggam tangan Hana, mencoba menenangkannya. Hana menggembalikan tangan Rian keposisi semula lalu menghirup nafas dalam-dalam dan tersenyum kemudian. “Maaf aku Alay banget ya.” Hana mengusap pipinya yang basah. “Makasih udah mau minta maaf sama aku. Rasanya beban di hatiku terangkat gitu aja. Aku juga minta maaf kalo aku ada salah sama kamu selama ini,” lanjut Hana menatap Rian dengan senyum bersahabat.
“Aku harap kamu bisa sadar ada laki-laki yang selama ini suka sama kamu,” kata Rian dengan senyum menggoda. Hana mengangkat alis bertanya-tanya. “Hanung,” lanjut Rian setengah berbisik. “Apaan sih aku sama Hanung cuman temen, gak mungkin lah Hanung suka sama aku,” kata Hana mengelak. “Hanung bukan tipikal orang yang perhatian sama orang lain apalagi wanita dan dia bukan tipikal orang yang mau mendengarkan curhatan orang lain walaupun sahabatnya,” kata Rian meyakinkan Hana. Hana kemudian diam, merenungkan ucapan Rian tersebut hingga sunyi sekejap. “Bagaimana bisa wanita di usia 22 tahun sangat polos seperti ini?” batin Rian.
Rian yang menatap tingkah Hana yang lucu itu kemudian mengacak-ngacak poni Hana karena gemas. “Semoga kamu bahagia sama Hanung, kalian cocok banget.” Senyum Rian kepada Hana tulus. “Kamu udah aku anggap kayak adik aku sendiri mulai sekarang, jadi jangan lupa datang ke pernikahanku bareng Hanung ya,” lanjut Rian bersahabat sambil mengacak-acak poni Hana kembali, Hana mencoba menghentikannya karena tangan Rian terlalu lama mengacak-acak poninya. Dan di situlah mereka saling tertawa lepas di kelilingi guyuran hujan yang tak ada hentinya.
Cerpen Karangan: Desy Puspitasari Blog / Facebook: DesyPuspitasari