Malam itu, kutekan tuts piano dengan anggun mengikuti alunan piano karya sang Maestro kebanggaanku, Erik Satie dengan lagu yang sedang kumainkan adalah Lagu Kehormatanku, Je Te Veux yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berartikan “Saya Mau Kamu”, tak lupa kulebarkan senyumanku tanpa paksaan, “tak seperti dulu ya” batinku.
Selama 13 tahun aku menekan tuts piano berbagai lagu, hanya inilah yang paling sering kumainkan dan hanya lagu inilah yang mengingatkanku tentang pria tampan itu. Darah keturunan Korea-Bandung itu membuatku lupa akan apa itu tekanan, apa itu menangis dan arti kata “sampai jumpa”.
Song Kang Jun, atau in Indonesia, Gabriel Jun. Hanya aku yang boleh memanggilnya dengan nama belakangnya “Jun”. Ia adalah orang pertama yang melihatku tersenyum, hahaha pasti lucu kan tapi kenyataannya memang begitu. Aku Masyiella Ananchita atau biasa dipanggil Ella ini dahulunya tak kenal dengan hal-hal yang berlabelkan tersenyum. Oh ya umurku 20 tahun berarti aku bermain piano sejak umurku 5 tahun, dan selama 5 tahun pula aku tidak pernah tersenyum, berbicara seperlunya, dan lupa cara berteman, eits bukan lupa tapi memang tak diajarkan.
15 Tahun yang Lalu “ayo cantik masuk kelas ya” kata wanita itu Ya hari ini hari pertamaku masuk les piano, padahal menurutku bisa memainkan lagu Ibu kita Kartini saja sudah cukup bagus, tinggal tekan Do Re Mi Fa Sol Mi Do aku merasa sudah hebat kok, ini malah suruh les piano yang menurutku itu membosankan.
“hai Ella” sapa mereka serentak yang seolah menyambutku “hai” ucapku langsung duduk
Tanpa ba bi bu guru les piano itu memperkenalkan dirinya, Bu Sirin namanya, ia adalah tipe guru yang menyenangkan dan ia tak suka pilih pilih untuk baik kepada seseorang, dan hal itulah yang membuatku nyaman bermain piano sampai sekarang ini.
“hai namaku Iel” sapanya dengan sangaaat lembut “Ella” jawabku singkat “Ella cantik” katanya “-” aku diam setelah mendengar kata itu “ya sudah semangat ya Ella” katanya lalu beranjak pergi sambil menahan malu.
Suatu hari, sopirku tak kunjung menjemputku, padahal sekarang hujan, dan aku ingin segera pulang karena kedinginan. Tiba tiba jaket hangat menyelimutiku, Iel rupanya “tidak usah” kataku dingin “hey kau ingin mati karena kedinginan?, kalau kamu mati lalu menghantuiku gimana?, ya udah kita di dalem dulu aja” katanya dengan logat ke-Koreaan “ya, terimakasih”
Di dalam ruang les sudah sepi, Bu Sirin pergi karena anaknya jatuh dari sepeda karena terpeleset dan lupa mengunci pintu, ah sudahlah itu bukan urusanku.
Denting tuts piano menghiasi ruangan itu, aku duduk disampingnya, hangat. “lagu apa ini? aku belum pernah dengar” “Je Te Veux, Erik Satie” katamu sampil tersenyum “indah” kataku singkat
Tak terasa sudut bibirku naik menandakan aku tersenyum, “hahaha kamu tersenyum” katamu sambil tertawa “apa?” rona merah terpancar di pipiku “kamu tersenyum, cantik” “hahahaha aku memang cantik Iel”
Aneh bukan? Aku tersenyum!!! Lega rasanya untuk jujur pada diri sendiri bahwa aku bahagia, bukan karena mainan ataupun harta tapi karena rasa nyaman untuk berbincang ataupun berinteraksi dengan orang lain
“apa makna lagu ini?” Tanyaku mengalihkan perhatian “lagu ini digunakan untuk menyambut seseorang seolah berbisik ‘hei kamu datang’ seperti itu” “kenapa kamu memainkan lagu ini padahal tidak ada yang datang?” “untuk menyambutmu sebagai temanku” katanya manis “apa kau suka lagu ini Iel?” “sudah jangan panggil aku Iel lagi, panggil saja Jun” tegasnya “okee Jun” kataku tersenyum lagi
“kuulangi apa kau suka lagu ini?” tanyaku lembut “sangat suka, ibuku meninggal setelah memainkan lagu ini” “maaf Jun” “sudahlah tak apa, ngomong ngomong apakah aku lebih tua 2 tahun darimu?” “iya, apakah aku memanggilmu Kak Jun saja” “tak usah, aku terlihat sangat tua nanti” “Kak Jun, hai Kak Jun” kataku iseng
Sopirku tak kunjung datang, aku sudah lelah menunggu. Dan “Ella ayo pulang” “naik?” “AYOOOOO”
Kau menyeretku ke tengah-tengah guyuran hujan “seru kannn” katamu “iyaaa” kataku sembari membuka tangan seolah meminta air hujan “makasih Junn!!!” “SAMA SAMA ELLAAA”
Kau pergi ketika umurku 7 Tahun “Jun ngga bakal ngomong selamat tinggal karena suatu saat nanti Jun bakal balik lagi dan ada di samping Ella, Jun ngga mau ngomong selamat tinggal karena Jun sayang sama Ella” “jangan nangis lama lama, Jun sayang sama Ella, Jun mau Ella main piano yang bagus, biar bisa terkenal kayak Erik Satie ya Ella!!” Aku diam tak menggubris, seolah ragaku mati mendengarmu pergi “Jun sayang Ella, semangat ya cantik”
Hari itu hari yang takkan kulupakan Kata-katamu kujadikan motivasi untuk terkenal seperti Erik Satie membuatku berada di posisi sekarang ini, menjuarai berbagai macam Piano Concerto di berbagai macam Negara, dan trip terakhirku adalah Puerto Riko, ingin rasanya aku mencarimu, tapi aku tak menemukan setitik pun jejak perginya kamu, hingga suatu hari sebuah email masuk.
Yang berisi “From : JunSoong hai Ella Udah jadi Pianis terkenal nih ini Jun, Jun pulang besok lusa Udah jangan nangis, jemput Jun ya di Bandara SoeTa. Sayang Ella*
Singkat padat namun bisa membuatku ingin terbang saking senangnya Aku tak sabar!!!
Dan hari ini adalah hari yang kunantikan Setelah 10 Tahun aku berpisah denganmu Hari ini, hari ini hari kita kembali bertemu
Kumainkan tuts piano yang sama ketika kau mainkan di hari hujan itu, dengan raut muka yang sama dan dengan niat yang sama “Menyapamu sebagai bagian dari hidupku”
Di Bandara SoeTa aku menunggumu sembari memainkan lagu kesukaanmu Piano yang menyatukan kita dan Lagu itu yang membuatku selalu ingat akan senyummu dan kata “selamat tinggal” yang masih jelas berputar di kepalaku.
Happy Birthday Jun!! cukkae!!
Cerpen Karangan: Guardian Dokkaebi