Kisah cinta ini dimulai saat aku beranjak remaja. Saat rasa malu sering muncul ketika berpapasan dengannya. Saat tidurku tak lagi selelap sebelumnya, karena selalu terbayang wajahnya. Rutinitas sekolah pun menjadi saat yang sangat aku tunggu-tunggu, karena dengan berjalan ke sekolah aku mempunyai kesempatan untuk melihatnya lagi, walau hanya sebentar.
Pria ini tak begitu menarik. tapi entah mengapa aku sangat tertarik dengannya. Sampai saat ini pun, aku masih sering mencari-cari apa yang membuatku sangat ingin bersamanya. Aneh.
Awal pertemuan kami tidak seperti cerita cinta di sinetron atau film-film romantis. Kami dipertemukan secara kebetulan di sebuah kegiatan tahunan, ‘acara 17’an’ yang diadakan remaja-remaja di lingkungan rumahku. Secara kebetulan, mata kami berdua bertatapan.. mungkin di sinilah dewa cinta beraksi melepaskan panah cinta ‘monyet’ kepada kami berdua. Setelah adegan tatap-tatapan inilah awal mula kisah panjang yang kujalani bersamanya.
01 September 2001, statusku tak lagi lajang.. aku tlah memulai kisah cintaku, cinta pertamaku yang sampai saat ini masih kujalani. Seperti halnya cinta monyet lainnya, hubungan kami pun seperti pertemanan yang lebih sedikit akrab tapi lebih malu-malu.. saat bertemu, wajahku memerah dan panas.. rasa malu, senang, deg-degan bercampur menjadi satu sehingga membuat aku terbata-bata menjawab pertanyaan-pertanyaan ringan darinya.
Berjalannya waktu tak begitu terasa, tak ada pertengkaran seperti cerita-cerita pengalaman kakakku saat berpacaran. Satu tahun, dua tahun berhubungan dengannya. Semakin berubah perasaanku dengannya, rasa yang dulu hanya sekedar kini tlah tumbuh menjadi rasa ‘cinta’ yang lama kelamaan semakin dalam hingga tidak dapat terpisahkan.
Hubungan kami berdua ditentang keras oleh orangtuaku, terutama mama. Aku tahu, orangtua tidak ingin melihat anaknya kelak hidupnya menjadi susah karena salah melangkah. Tapi di sisi lain, aku akan sangat tersiksa jika harus jauh darinya.. memang dramatis, tapi ini benar-benar yang aku rasa. Di sinilah mulai banyak pertengkaran di antara kami, dilema mulai menghampiriku. Aku bingung, mana yang harus aku pilih.. apakah aku harus menuruti kemauan orangtuaku untuk tidak berhubungan lagi dengannya, atau aku menentang orangtuaku untuk terus bersama dia..?
Backstreet atau pacaran sembunyi-sembunyi akhirnya kami jalani, hanya untuk menutupi hubungan kami dari orangtuaku. Awalnya baik-baik saja, tapi lama kelamaan hubungan kami mulai tercium oleh orangtuaku. Pertengkaran antara aku dan orangtuaku, pertengkaran antara aku dan dia semakin lama semakin sering terjadi.
Putus-nyambung seperti lagu BBB, mungkin karena perasaan kami yang tidak dapat dihilangkan begitu saja, itu yang menjadi alasan kami untuk selalu berhubungan walaupun banyak pertengkaran. 2 tahun, 3 tahun berjalan.. bertengkar, baikan.. bertengkar lagi, baikan lagi.. itulah rutinitas selama 3 tahun berpacaran. Membosankan, tapi entah mengapa kami Nyaman menjalaninya.
Tenyata setelah lulus SMA dia akan mencoba peruntungan mendaftar polisi di Jambi.. sedih begitu mendengar dia akan pergi, tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya untuk tidak pergi. Al hasil, kami PJJ (pacaran jarak jauh). 2 tahun dia mencoba mendaftar menjadi polisi, tapi selalu gagal. Selama itu pun, aku menunggunya.
Akhirnya dia pulang.. senaaaaaang sekali!!! Setelah dia disini, kami menjadi semakin akrab. Mulai tumbuh rasa sayang dan cinta layaknya orang dewasa. Mulai ada rasa takut kehilangan, mulai ada tangis saat pertengkaran terjadi. Hal ini yang membuat kami, terutama aku menjadi semakin merasa tak bisa jauh darinya. Akhirnya kami memutuskan untuk mulai serius menjalani hubungan ini.
Cerpen Karangan: Dian Mustika Sari Blog / Facebook: dian_enani Dian Mustika Sari