“Sangkala bagaimana kabarmu sekarang, masihkah kamu mengingatku? Iya ini aku teman SMP mu, kuharap ketika reuni nanti kamu datang dan masih mengingatku.”
Kalimat itu Ghina ucapkan dengan penuh pengharapan. Ia sangat rindu sekali dengan Sangkala, sahabat serta cinta pertamanya dulu ketika SMP. Sengkala bukankah pemuda tampan seperti di novel novel pada umumnya. Bukan pula pemuda dengan prestasi gemilang dan terkenal di SMP mereka. Ia hanya Sengkala, seorang pemuda yang dulu mengenaskan.
Ghina lantas teringat ketika zaman sepuluh tahun lalu. Ketika itu jadwal piket di sekolah yang mengharuskan ada yang membuang sampah dan ada yang menyapu. Ghina kebagian tugas membuang sampah, ketika sampai di pembuangan. Ia melihat Sengkala duduk di atas bebatuan yang ada di tempat sampah dengan badan penuh tonjokan. Ghina bingung melihat keadaan pemuda itu, usut punya usut setelah basa-basi ternyata nama pemuda itu Sengkala.
Semenjak pertemuan tak disengaja di pembuangan sampah. Ghina menjadi akrab dengan Sengkala, awalnya Sengkala orang yang sangat dingin terhadapnya. Tapi lama kelamaan berkat kehangatan Ghina, Sengkala menjadi orang yang sangat terbuka terhadapnya. Suatu ketika Ghina ingin bertanya mengapa di setiap tubuh Sengkala terdapat memar berwarna biru. Menurut Ghina memar itu tak wajar, bayangkan saja di setiap tubuhnya ada memar yang masih baru dan beberapa memar itu ada yang pudar.
“Kala, karena kita adalah teman. Bolehkah aku mengetahui rahasia terbesarmu tentang memar yang selalu ada di tubuhmu?” Ghina bertanya dengan rasa penasaran, dan Sengkala menjawab dengan penuh hati-hati bahwa memar biru yang ada di setiap tubuhnya adalah hasil dari perbuatan ayahnya. Ayahnya betapa begitu membencinya dikarenakan wajah keturunan koreanya sangat persis dengan wajah ibunya.
Ghina juga baru sadar bahwa Sengkala memiliki mata sipit, dan ternyata benar ia keturunan campuran korea-indonesia. “Kata ayahku dulu ibuku adalah pel*cur illegal yang terpaksa dibawa ayah, yah entah bagaimana ceritanya jadilah aku seperti ini Ghin.” Begitulah tutur Sengkala. Menurut pemikiran Ghina Sengkala ini adalah anak yang tidak diharapkan, buktinya ia kerap kali mendapatkan memar biru di bagian tubuhnya.
“Ghin nanti jadi kan kita ke perpustakaan, kayaknya aku mau minjam komik detective conan deh yang versi terbaru”. Ghina dan Sengkala menjadi sangat akrab, disela-sela jam istirahat mereka selalu pergi ke perpustakaan untuk meminjam komik conan. Mereka berdua maniak komik, makanya mereka berdua cepat akrab satu sama lain.
Hari demi hari mereka lalui bersama hingga tanpa sadar mereka sudah di penghujung kelas tiga smp. Tapi sayang sekali ketika di masa kelas tiga SMP, Sengkala tidak pernah masuk sekolah sama sekali. Entah bagaimana ceritanya kabar Sengkala hilang ditelan bumi, Ghina merasa amat kesepian ketika ia tidak ada. Berbekal alamat Sengkala ketika bertanya guru maka Ghina bertekad mendatangi rumahnya untuk mencari informasi mengenai alasan Sengkala tidak masuk sekolah.
Ketika sampai di rumah Sengkala terlihat sepi dan sunyi, tapi tiba-tiba saja terdengar pecahan piring yang terdengar dari luar rumah. Akhirnya Ghina hanya bisa melihat dari jauh bagaimana keadaan Sengkala dan ya setelah puas mengamati keluarlah dari pintu rumah Sengkala yang sepertinya ayahnya dengan tangan berlumuran darah. Dan ya ketika masuk ke rumah Sengkala, ia melihat tubuhnya meringkuk dan beberapa memar biru di tubuhnya mulai muncul.
“Ghin, sepertinya ini akan jadi pertemuan terakhir kita. Ayahku selalu menyiksa aku, dan aku gak sanggup ada di dunia ini.” Ghina berpikir apakah Sengkala ingin bunuh diri? “Kemarin ibu datang ke rumah dan memaksaku ikut dengannya ke korea. Dan hari ini ayah marah dan memukulku karena mau saja dibawa ibuku.” Singkatnya Sengkala lebih memilih ibunya tinggal di korea, karena siapa tau dengan tinggal di korea ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Selain itu ibunya sekarang tidak bekerja sebagai pel*cur, melainkan membuka toko kue topoki di tengah kota seoul. Ghina harap temannya dengan ikut ibunya kek korea mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Setelah Sengkala pergi ke korea, Ghina menyesal bahwa tak mengungkapkan perasaanya pada pria itu. Walau dulu hanyalah sekedar cinta monyet semasa SMP, baginya itu adalah hal penting. Hingga penghujung kelas tiga SMP Ghina tidak tahu kabar Sengkala, apakah ia baik-baik saja atau justru kehidupannya di korea lebih baik? Entahlah Ghina juga tak tahu.
Maka dari itu ketika reuni Ghina datang dan berharap bertemu Sengkala dan ia mengungkapkan perasaanya yang selama ini tak berhasil ia utarakan. Namun sayangnya lelaki itu tak datang di reuni ini, Ghina mendadak kecewa.
“Lo tau cowok korea di SMP kita gak? Katanya dia mati bunuh diri gara-gara ia disuruh dijadikan l*cur sama ibunya.” Jadi selama ini Sengkala sudah meninggal? Belum sempat bertemu dan mengungkapkan segalanya kenapa mendadak Sengkala tiada, apakah kehidupannya setelah bertemu ibunya buruk? Sepertinya begitu.
Cerpen Karangan: Kuni Auliya Rahmah Blog / Facebook: Fitriyah Salsabila Seorang mahasiswa yang gabut dan tengah stress menjalani kuliah online dan tercetus ingin menghasilkan karya. Instagram: @kuniauliyaarr_ Telegram: @dystopianhumanity
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 25 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com