*teettt… teettt… teettt… teeettt* Bising suara yang setiap pagi aku dengar. Alarm dari Gawai kecil yang memiliki suara besar hingga membuat keluargaku terbangun kecuali aku. Kata keluargaku, aku memang anak yang ketika sudah tidur sulit untuk dibangunkan. Sekeras apapun alarm tidak mampu membangunkan aku hingga dipercikkan air pun aku hanya membuka mata sebentar lalu tidur kembali.
“KAILAAAAAA CEPATTT BANGUNNN, SEKOLAAAHHHH TIDAKKK KAMUUUU?” Hanya teriakan itulah yang membuatku terbangun dari tidur. Teriakan yang berasal dari dapur itu sangat terdengar jelas hingga ke kamarku. Kamar yang minimalis tanpa pengedap suara membuat suara kebisingan dari luar terdengar jelas hingga ke kamarku. Yang membuat aku terpaksa harus terbangun karena tidak nyaman dengan kebisingan itu.
“Kaila ayo sayang siap-siap berangkat sekolah” Ucap ayahku dari luar kamar “Iya, Yah. Aku siap-siap dulu”
Perkenalkan namaku Kaila Nur Azzahra biasa dipanggil dengan Kaila. Aku memiliki 1 orang abang yang sangat perhatian kepadaku yaitu Zian Ferdian biasanya dipanggil Bang Ian. Sekolahku dengan Bang Ian tidak terlalu jauh hanya berjarak 500 meter sekolah Bang Ian dari sekolahku. Aku masih menduduki bangku SMP sedangkan Bang Ian menduduki bangku SMA. Setiap sekolah aku diantar-jemput olehnya hingga temanku menganggap bahwa Bang Ian adalah pacarku. Padahal aku tak pernah pacaran, merasa suka saja tidak pernah. Aku heran mengapa orang bisa merasakan suka dengan orang lain bahkan hingga merasakan cinta padahal mereka tidak ada ikatan keluarga sama sekali dan pasti suatu saat akan berpisah.
Ketika aku sedang di depan kaca sambil menyisir rambutku yang ikal terdengar suara dari luar kamarku, suara berat dari seorang lelaki yang tidak lain ialah Bang Ian Tok… tok… tok, ketukan pintu dari kamarku “De Kail, kamu sudah siap belum?” Ucapnya memecah keheningan “Belum bang. Kail, pake kerudung dulu, bentar” “Oke, Abang tunggu di depan ya, de.” “Ok, Bang Ian”
Setelah aku sudah siap, aku berlari kecil ke dapur untuk pamit ke Mamaku. Mamaku yang senang sekali memasak membuat keluargaku nyaman di rumah untuk makan masakannya. Mungkin benar ucapan orang lain bahwa masakan paling nikmat yaitu masakan mama sendiri.
Sesampainya di dapur, mamaku sedang memasak makanan favoritku yaitu ayam balado. Aku menghampirinya dan pamit kepadanya. “Ma, aku sekolah dulu ya.” Pamitku “Iya sayang, jangan lupa berdoa ya” jawabnya “Iya, ma. Jangan lupa buat yang banyak ya, ma. Hehe” Candaku sambil menciumnya “Dah, mama. Assalamualaikum” “Wa’alaikumussalam”
Di depan rumah Bang Ian sudah menunggu aku. Ia berdiri tepat di dekat motor besarnya. Dengan menggunakan jaket kulit yang berpadu dengan warna kulitnya serta tinggi dan postur tubuh yang berisi membuatnya terlihat keren. Setelah aku memakai sepatu hitam dan kaus kaki putih aku langsung menghampirinya.
“Lama banget sih kamu tuh” ledeknya sambil mencubit pipi tembamku “Hehe, iya maaf Abang. Kan Kaila pake kerudung dulu. Biar nanti jadi bidadari Abang, mama dan Ayah” Jawabku “Haha iya deh. Bidadariku. Yuk langsung berangkat aja ya?” “Iya bang. Ayo”
Lalu kami segera berangkat dan semakin jauh kami meninggalkan rumah. Di jalan kami tetap canda tawa. Terkadang Bang Ian meledekku dan terkadang aku yang meledeknya. Kami sama sekali tidak memperhatikan jam di tangan karena kami tau sampai di sekolah pasti saat bel berbunyi.
Sesampainya di depan sekolah SMPN 1 Permata kami bertemu dengan teman Bang Ian yang bernama Raihan Lukman yang biasa dipanggil Bang Ian dengan sebutan Raihan.
“Eh, Raihan. Masih sendiri aja lu” ledek Bang Ian “Lu juga, heh” balasnya “Gua mah sama adik gua jadi ga sendirian lah”
“Hy, Kak Raihan. Apa kabar?” Sapaku “Iya, Kaila. Alhamdulilah baik. Kaila apa kabar? Si Ian masih kamu anggap Abang?” Ledeknya “Alhamdulillah baik kak. Iya kadang-kadang kak. Haha” ledekku “Heh, songong ya kamu de. Yaudah sana gih masuk sekolah nanti di tutup mang Ujang tahu rasa kamu” jawab Bang Ian “Haha iya Bang. Kaila duluan ya Bang, kak Raihan. Dah. Assalamualaikum”
Lalu aku masuk ke sekolah dan meninggalkan mereka. Selang 5 menit bel masuk kelas pun berbunyi. Aku bergegas lari ke kelasku yang berada di lantai 2.
*Ding… Dong… Ding…Dong* Bel waktu pulang berbunyi “Tugas Rumah jangan lupa dikerjakan ya, dikumpulkan Minggu depan” ucap guru kami “Siap Bu” jawab kami dengan kompak Lalu guru kami mengucapkan salam dan meninggalkan kelas.
Aku mengambil gawaiku dari tas untuk menghubungi Bang Ian memintanya untuk jemput. Beberapa kali aku coba hubungi tapi tidak ada jawaban, hingga akhirnya Bang Ian menghubungiku.
“Assalamualaikum, De Kaila” “Wa’alaikumussalam, Bang Ian. Tolong jemput ya. Aku sudah pulang, Bang. Aku tunggu di Halte sekolah ya” “Maaf de, Abang ga bisa jemput kamu. Nanti kamu dijemput Kak Raihan ya.” “Kenapa emang, Bang?” “Abang lagi rapat de, udah dulu ya de” *Tutt… Tutt.. Tutt*
Tanpa basa basi telepon kami diputus olehnya dan aku bergegas ke halte untuk menemui kak Raihan. Sesampainya di halte ternyata kak Raihan sudah menunggu aku. Terdapat 2 helm yang digantung di motornya. Aku berpikir bahwa salah satu helm itu untuk aku pakai. Dan benar saja kak Raihan memberikan salah satu helmnya kepadaku. Helm berwarna hijau dengan motif daun yang diberikannya kepadaku.
“Untuk apa kak? Kan dekat rumah aku mah. Cuma 1 Kilometer doang kak. Tidak usah lah kak” ujarku “Sudah pakai aja, Kaila. Demi keselamatan kita walaupun dekat tapi kecelakaan dapat terjadi dimana-mana” Jawabnya dengan lembut “Hmmmmm, baiklah kak” sambil kuambil helm dan ku pakai
Lalu kak Raihan menyalakan motor matiknya dan mengantarku pulang. Di sepanjang jalan aku hanya terdiam dan kak Raihan pun terdiam. Aku bingung dan canggung kepadanya, sedangkan ia sedang konsentrasi mengendarai motornya. Aku hanya asik mendengarkan lagu yang berada di gawaiku sambil mengisi kesunyian. Tiba-tiba kak Raihan memberhentikan motornya di tepi jalan.
“Ada apa kak? Kok berhenti?” Tanyaku “Sebentar, ya. Ga sibuk kan kamu?” Jawabnya dan menghiraukan pertanyaanku “Hmm, ga kok kak” “Aku haus nih, duduk bentar yuk?” ajaknya “Oke kak” “Kamu tunggu sini dulu ya, Aku mau kesana sebentar.” Sambil menunjuk ke arah toko yang berjajar “Ok, Kak.”
Aku duduk di bawah pohon rindang, sedangkan kak Raihan meninggalkan aku entah kemana. Aku hanya duduk sambil menunggu motornya yang ditinggal. Kala itu panasnya terik sekali dan sangat sedikit kendaraan yang berlalu lalang.
“Kayanya sore bakal hujan kalo siangnya panas begini mah. kak Raihan mana ya? Kok lama banget sih? Kalo dia pulang juga ga mungkin, masa dia ninggalin motornya…” Ucapku dalam hati
Sedang bergumam dalam hati tidak lama kemudian kak Raihan datang membawa kantong plastik hitam yang aku tidak tau apa isinya. Kemudian aku berdiri dan mengajaknya untuk jalan kembali. Tapi belum sempat aku mengucap satu kata pun kak Raihan sudah memberikan kantong plastik itu kepadaku.
“Apa ini kak?” Tanyaku “Itu es kelapa. Di minum dulu ya. Panas banget ya siang ini?” “Iya kak panas banget hari ini. Oh iya, ini benar buat aku kak?” Aku mencoba memastikannya “Iya buat kamu, masa aku minum 2. Nanti bukannya menghilangkan dehidrasi malah bikin kembung dong” jawabnya sedikit bergurau “Hehe iya juga sih. Makasih ya kak”
Di bawah pohon rindang kami berteduh dan menghabiskan es kelapa. Aku dan kak Raihan saling berbagi cerita. Kak Raihan banyak bercerita mengenai pengalaman disekolahnya dan aku pun menceritakan keluh kesah selama menduduki bangku SMP. Kak Raihan mendengarkan tanpa merasa risih dengan ceritaku dan terkadang ia memberikan saran maupun semangat kepadaku. Aku merasa kak Raihan jauh berbeda dengan Bang Ian. Bang Ian sangat perhatian denganku tetapi dia selalu menolak jika aku ingin bercerita.
Tanpa terasa 1 jam telah berlalu, panas pun kini mulai mereda. Aku dan kak Raihan bergegas untuk kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan kami melihat seorang kakek tua yang ingin menyeberang tetapi kebingungan karena cukup ramainya pengendara di jalanan. Kak Raihan berhenti sejenak dan menghampiri seorang kakek tersebut dan membantu mengantarkannya ke seberang jalan. Kemudian Kak Raihan menghampiriku kembali dan melanjutkan perjalanan.
“Kak, kenapa tadi kakak bantuin kakek itu kak?” Pertanyaanku memecah keheningan “Oh yang tadi ya? Gakpapa, Kaila. Kakak hanya membantu kakek itu menyeberang karena terlihat kebingungan dan yang kamu liat banyak juga kan tadi orang yang lewat tapi engga ada yang mau membantunya” dijawabnya dengan tegas “Hmmmmm, iya sih kak. Tapi kakak ga takut orang itu bakal jahat ke kakak? Misalnya hanya berpura-pura lemah lalu setelah dibantu ternyata ia mencuri barang” Kembali ku bertanya “Kalo kakak ga pernah ada pikiran seperti itu sih, Kai. Membantu orang lain yang sedang kesulitan merupakan hal positif. Dan kita tidak perlu ada pikiran negatif jika ingin membantu orang lain”
Selama di perjalanan akhirnya kami pun mengobrol dan terkadang diselingi candaan kecil. Tanpa terasa kami telah sampai di depan rumahku. Aku mengajaknya untuk berkunjung terlebih dahulu tetapi Kak Raihan tidak mau karena dia telah memiliki agenda lain. Sebelum dia pergi aku mengucapkan terima kasih kepadanya lalu ia melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumahnya
Ketika malam tiba, aku merebahkan badanku di atas kasur yang sangat empuk dan disisi kasur telah dinyalakan kipas yang membuat kamar tidurku sejuk. Tidak lupa aku menyalakan musik di gawai untuk mengiringi tidurku dikala malam. Tanpa terasa bibirku tersenyum dan hatiku berdebar karena teringat kejadian tadi siang bersama kak Raihan. Aku teringat ucapan yang disampaikan kak Raihan kepadaku saat minum es kelapa tadi siang.
“Kamu jangan sampai terbawa teman-temanmu untuk pacaran. Jaga dirimu, jaga hatimu hingga suatu saat ada lelaki yang beruntung mendapatkanmu. Jadilah seperti mutiara dilaut yang terdalam yang sulit untuk didapatkan, dan ketika didapat engkau sangat berharga”
Ketika sedang melamun tiba-tiba gawaiku berbunyi untuk mengingatkan aku mengisi daya yang tersisa 15%. Sebelum aku bangkit untuk mengisi daya gawaiku, aku melihat jam ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Lalu aku bangkit dari tidurku untuk mengisi daya gawaiku. Saat aku pasang kabel ke gawaiku, tiba-tiba gawaiku berdering terdapat notifikasi pesan masuk tetapi anonim. Lalu kubuka pesannya dan berisi
Selamat Tidur De Kaila 🙂 PS: Kak Raihan Lukman
Tanpa berpikir panjang aku langsung mematikan gawaiku dan beranjak kembali ke tempat tidur. Lalu aku membaca doa tidur dan aku berdoa,
Ya Allah, apakah yang kurasakan adalah Cinta? Jika iya, bantulah hamba untuk mengontrolnya. Aamiin.
Cerpen Karangan: Ayra Rahayu Facebook: facebook.com/ayu.srirahayu.581 Nama Pena: Ayra Akun Instagram: @mutiaramoeslimah.id Email: ayra.asrahayu598[-at-]gmail.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 6 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com