Rewrite The Stars No one can rewrite the stars How can you say you’ll be mine? Everything keeps us apart And I’m not the one you were meant to find It’s not up to you It’s not up to me When everyone tells us what we can be How can we rewrite the stars? Say that the world can be ours Tonight
-The greatest Showman-
Waktu itu hujan lebat, Nayra dan Agra terjebak macet di jalan. Suasana di dalam mobil sepi, hanya terdengar suara penyanyi favorit Agra, Billie Eilish. Nayra terdiam, menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan, hari ini Agra menyatakan perasaan suka padanya. Ternyata benar kata orang bahwa tidak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita, salah satu atau bahkan keduanya bisa saja saling mencintai, seperti Agra dan Nayra.
Harusnya Nayra senang ketika mengetahui bahwa sahabat sedari oroknya itu juga menyukainya. Namun, logikanya memaksa, mengatakan bahwa diantara mereka ada dinding kokoh yang tak akan roboh hanya karena ungkapan cinta. Nayra paham betul, hubungan mereka ini sudah dipastikan buntu, bahkan sebelum ada permulaan.
“Setidaknya kita bisa nyoba pacaran dulu Nay.” Kata Agra memaksa “Gue gak mau nyia-nyiain hidup cuma buat ngejalanin hubungan yang udah jelas akhirnya bakal gagal.” Jelas Nayra, suaranya terdengar lantang dan menyakitkan diantara suara riak hujan yang membasahi jalanan. “Bisa gak kita kaya dulu lagi? Cuma sahabatan dan gak melibatkan perasaan cinta atau apapun itu?” tanya Nayra, mata hitamnya menatap dalam mata Agra yang terlihat frustasi. “Lo bilang gitu, setelah apa yang gue katakan? Gak Nay, semuanya gak bakal sama lagi.” Jawab Agra, nada kesal terdengar jelas sekali. Nayra tak habis pikir, bagaimana bisa Agra memaksanya melakukan hal yang sia-sia. “Agra lo harus sadar, kalo kita emang benar-benar mustahil. Gue yakin lo juga ngerti kenapa kita bisa semustahil itu. Jika lo terus memaksa, apa lo bisa menjamin kalo kita bisa bahagia dengan menjalani hubungan ini? Cepat atau lambat kita bakal dipaksa buat putus, bahkan sebelum kita mulai, itu udah jelas bakal terjadi. Jadi stop paksa gue buat pacaran sama lo. Lebih baik lo cari seseorang yang lebih baik.” Kata Nayra, sebenarnya hatinya juga merasa tercubit ketka mengatakan hal itu. Tapi itulah kenyataan yang harus mereka hadapi, tak pernah ada Nayra dan Agra dalam takdir, mereka hanya dibolehkan menjadi sahabat saja, bahkan jika Agra memohon-mohon pada Tuhan, Nayra tetaplah mustahil baginya.
Agra benar, setelah malam itu hubungan mereka tak pernah sama lagi. Meskipun masih bertetangga tetap saja mereka tak lagi bertegur sapa. Nayra menyadari jarak diantara dia dan Agra semakin hari semakin besar, sempat terniat dalam hatinya untuk memimta maaf dan berbicara baik-baik dengan Agra. Namun dia sadar, bahwa Agra akan memaksanya lagi menjalani hubungan yang tidak bermasa depan, Nayra tahu, dari dulu Agra memang keras kepala.
Sebenarnya kisah mereka akan menjadi indah jika salah satunya berani melangkahi perbedaan, menyamakan hal penting yang dapat mengubah segalanya. Namun, baik Nayra ataupun Agra sama-sama tak berniat untuk menyeberangi perbedaan itu, keduanya sama-sama berdiam, memilih berdiri berseberangan.
Hari-hari yang dijalani Nayra tanpa Agra, layaknya malam tanpa bintang, kosong dan sepi, tapi dia harus terbiasa. Keduanya tak lagi bicara, bahkan saat Agra pergi keluar negeri untuk melanjutkan S2 nya, dia sama sekali tak berpamitan pada Nayra. Ini memang menyakitkan, terlebih Nayra dan Agra sudah bersahabat dari lama. Nayra bertanya-tanya, mengapa persahabatan mereka putus begitu saja hanya karena ucapan cinta?
Katanya waktu adalah penyembuh paling ampuh untuk patah hati, tapi bagi Nayra, waktu hanyalah hal yang membuatnya terbiasa akan keterasingan antara dia dan Agra. Waktu memang tidak menyembuhkan patah hatinya, namun waktu membantunya menerima kenyataan bahwa Agra sudah hilang dari hidupnya. Saat-saat kebersamaan mereka dulu nyatanya hanya jadi kenangan yang tak bisa diulang, kemudian secara tidak sengaja, kenangan itu menumbuhkan rasa rindu yang membunuh Nayra secara perlahan.
Nayra masih berhubungan baik dengan keluarga Agra, dia selalu membantu keluarga sahabantnya itu ketika menjelang natal, meskipun Nayra tidak merayakannya tapi dia ikut menghias pohon natal dan terkadang ikut bertukar kado dengan saudara Agra yang lain.
Malam itu adalah malam natal kedua tanpa Agra, tahun lalu Agra tidak pulang, katanya dia ingin mencoba menikmati natal di London, dan sepertinya tahun ini pun begitu. Saat itu Nayra sedang menebak-nebak kado apa yang diberikan adik Agra padanya ketika pintu rumah dibuka begitu saja.
“Hello, i’m coming home.” Itu suara Agra, semuanya nampak terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Nayra menatap sahabatnya itu, ah Agra sudah banyak berubah. Dia tampak lebih dewasa meskipun rambutnya terlihat berantakan. Nayra membatu, ketika Agra merangkul seorang gadis blasteran yang terlihat begitu cantik, Agra mengenalkannya sebagai pacar. Semua orang bersorak, mengerubungi gadis itu, mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Agra hanya tertawa, kemudian secara tidak sengaja matanya menemukan Nayra yang tersenyum kikuk padanya.
“Hai, Nay. Apa kabar?” kata Agra, rasanya Nayra benar-benar merindukan Agra, yang berbicara padanya dan menatapnya seperti ini. “Gue baik.” Balas Nayra canggung, sebisa mungkin dia menahan air matanya. Namun, retakan di hatinya semakin membesar. Dia sudah tidak tahan disini. “Gue gak nyangka lo bakal pulang.” “Yah, begitulah, Selena yang merencanakan ini, katanya biar jadi surprise.” Kata Agra, Nayra hanya mengangguk canggung, rasanya dia benar-benar cemburu melihat binar di mata Agra ketika dia menyebutkan Selena. Sepertinya malam ini dia benar-benar patah hati.
Bukankah ini yang Nayra mau? Agra menemukan orang yang lebih baik darinya, dan yang jelas hubungan mereka tidak terhalang perbedaan keyakinan. Harusnya Nayra senang kan? Namun, mengapa rasanya begitu menyakitkan, sampai-sampai Nayra menangis sepanjang malam karena mengingat bagaimana Agra menatap dan memperlakukan Selena. Jauh di lubuk hatinya, Nayra merasa ini berlebihan karena menangisi cinta, tapi siapa yang tak menangis jika mengalami hal ini? Jika ada, Nayra ingin belajar kepadanya.
Beberapa hari kemudian, Nayra mengurung dirinya di kamar, berusaha sebisa mungkin menyembuhkan patah hatinya dengan menonton film, menyanyi tidak jelas atau membaca buku sampai terlelap. Kemudian, saat dia mulai siap menemui Agra dia akan berusaha untuk mengabaikan semua rasa yang pernah ada, toh Agra juga sepertinya sudah tidak peduli dengan masa lalu.
—
Bagi Agra, Nayra adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Awalnya dia apatis dan menyangkal bahwa dia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, namun lama kelamaan perasan itu terasa nyata dan dia benar-benar merasa gila. Agra tahu, bahwa beberapa hal tetap akan mustahi meskipun kata orang tak ada yang mustahil di dunia ini. Agra sadar betul bahwa dia dan Nayra hanya akan menjadi sahabat saja, tak pernah bisa lebih, bukannya tak mau, tapi Tuhanlah yang tidak mengizinkan.
Hari itu dia nekat mengatakan perasaan yang membutanya gila pada Nayra, Agra mengatakan bahwa dia juga ingin Nayra merasakan hal yang sama. Tapi, tentu saja Nayra menolak katanya semua terasa sia-sia jika kita bersama. Jujur saja itu membuat Agra marah dan frustasi, dia juga bingung harus marah pada siapa, karena sejujurnya dia juga mengakui bahwa apa yang dikatakan Nayra itu benar adanya. Sejak itu, dia menjauhi Nayra, Agra tak pernah lagi bicara padanya, bahkan dia tak berpamitan pada Nayra saat pergi ke London. Sebenarnya itu jalan yang cukup berat bagi Agra, tapi dia harus memilih itu, untuk kebaikan hatinya sendiri.
Lebih dari sebagian waktu hidupnya Agra habiskan dengan Nayra, jelas saja ketika dia hidup tanpa sahabatnya itu rasanya seperti ada yang hilang, Agra merasa tidak lengkap. Saat itulah, Selena datang, menemani masa-masa patah hatinya dan menyemangatinya ketika dia berjuang di negeri orang. Awalnya Agra merasa nyaman, dia bisa bercerita banyak pada Selena, Agra menganggap gadis itu adiknya, sampai tiba-tiba Selena mengatakan bahwa dia menyukai Agra.
“Tapi kamu tahu kan, kalo aku masih belum melupakan sahabatku?” kata Agra hati-hati, dia takut menyinggung perasaan Selena. “Iya, aku tahu kok kak, dan aku gak memaksa kak Agra buat suka balik ke aku, Kak Agra tahu kalo aku suka sama Kak Agra aja itu udah cukup buat aku.” Jawab Selena, gadis itu tersenyum manis meskipun Agra mengatakan bahwa dia masih mencintai orang lain.
Saat itu, Agra tak mampu mengatakan apapun lagi, hatinya dipenuhi keterkejutan akan hadirnya seseorang yang menyukainya secara tulus, dan harus Agra akui bahwa dia perlahan-lahan luluh akan ketulusan Selena yang tidak menuntut apapun, gadis itu selalu menemaninya dan selalu ada untuk mendengarkan setiap keluh kesahnya.
Jika Agra ditanya apakah dia menyesal pernah mencintai Nayra? Jawabannya tentu tidak, sepatah apapun hatinya dulu, tetap saja Nayra adalah bagian dari hidupnya. Nayra punya tempat khusus dalam hati dan pikiran Agra, tempatnya tak terganti meskipun sekarang Agra mencintai Selena. Nayra akan tetap menjadi sahabat Agra, sampai kapanpun, dan dia rasa bahwa kali ini dia harus memulai kembali hubungannya dengan Nayra, hanya persahabatan yang murni tanpa melibatkan perasaan.
—
Malam itu tahun baru, semua keluarga Agra berkumpul di atap, membakar jagung dan menyalakan kembang api. Nayra juga datang, dan dia dengan senang hati bernyanyi, memperdengarkan suaranya yang selalu indah. Malam itu, bintang tak terlihat, sepertinya terhalang polusi perkotaan. Namun, hati Agra cukup hangat ketika menyaksikan Nayra dan Selena menari bersama, kemudian mereka mulai heboh, menceritakan ketertarikan yang sama pada EXO, salah satu grup idola Korea Selatan.
Awalnya Nayra berpikir bahwa Selena adalah gadis kaku, namun setelah dia mengobrol banyak hal dengannya, Nayra jadi tahu bahwa Selena dalah perempuan berhati hangat yang ramah pada siapapun. Pantas saja Agra jatuh cinta padanya, Selena benar-benar wanita baik.
Nayra menghampiri Agra, gadis itu memberanikan dirinya dan dia yakin bahwa hatinya sudah baik-baik saja, meskipun terkadang masih terasa menyakitkan ketika melihat Agra dan Selena
“Lo masih mau kan temanan sama gue?” tanya Nayra pada Agra ketika kembang api mulai menghiasi kota, saat ini hati Nayra mulai merasa ringan. “Sampai kapanpun, lo akan tetap jadi sahabat gue Nay. Oke, gue minta maaf karena dulu sempet bersikap egois dan kekanakkan. Lo mau kan maafin gue?” tanya Agra yang dibalas anggukan oleh Nayra. “Gue gak menyesali apapun Nay, hidup terlalu singkat kalo dipake nuntut doang. Gue dulu emang egois, dan bener kata lo kita sia-sia kalo bersama. Lagian rencana Tuhan tuh tetap yang paling indah, gue yakin suatu hari lo juga bakal ketemu sama orang yang lebih baik dari gue.” Kata Agra sambil menatap Nayra, pemuda itu tersenyum tulus.
Nayra mengalihkan tatapannya pada langit malam yang dipenuhi kembang api. Benar kata Agra, hidup terlalu singkat jika dihabiskan hanya untuk menuntut. Dulu, Nayra sering mengadai, jika saja dia bisa mengubah takdir, dia ingin menghilangkan sekat antara dirinya dan Agra, sehingga tidak ada perbedaan yang menghalangi hubungan mereka. Jika pengandainnya itu menjadi kenyataan, mungkinkkah Agra akan sebahagia saat bersama Selena? Nayra tak bisa sepenuhnya menjamin jawabannya iya. Tuhan mungkin tahu jawaban sebenarnya, dan Tuhan selalu menjadi sutradara kehidupan yang paling terbaik. Nayra tidak tahu masa depannya seperti apa. Barangkali dia akan lebih bahagia jika tanpa Agra, begitu pun Agra, mungkin shabatnya itu berkali-kali lipat lebih bahagia bersama Selena dibandingkan dengan dirinya. Yang harus Nayra lakukan adalah menerima bahwa dia dan Agra hanya akan menjadi sahabat saja, tak akan pernah lebih.
a/n kisah ini terinspirasi dari lagu Rewrite the stars Anne Marie & James Arthur
19/04/2022 Arunika
Cerpen Karangan: Arunika Wardani
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com