Aku Rian anak ekskul DKM, ga alim-alim amat sih, tapi cukup bisa dinilai lelaki baik-baik. Saat ini aku sudah kelas 12 menuju kelulusan. Ya, ini semester akhirku di SMA. Aku di kelas 12 ini sebenarnya sudah tidak aktif lagi di kegiatan ekskul tapi masih sering bantu-bantu adik kelas buat urusan DKM. Aku kepala urusan internal di DKM, salah satunya pekerjaanku adalah memastikan hubungan masjid dan seluruh siswa baik-baik saja dan memastikan fasilitas masjid selalu dalam kondisi prima dalam melayani para siswa, jadi aku cukup dikenal di sekolah.
Aku menyukai Ukhti Cantik bernama Nona, dan Nona pun menyukaiku juga. Kami sepakat untuk tidak berpacaran namun berkomitmen untuk saling menjaga hati. Aku berjanji setelah menjadi lelaki yang pantas akan melamarnya kemudian. Aku tak tahu apakah bisa menjaga janji ini atau tidak, namun yang aku tau aku serius tentang perasaan ini.
Aku dan Nona satu kelas, meski saling suka tapi kami selalu bisa merahasiakan perasaan kami di depan teman-teman. dari awal semester 2 kelas 12 sampai hari ini waktu untuk pemantapan ujian nasional kami masih belum ketahuan bila kami saling suka. Memang banyak lelaki di sekolah kami yang mencoba peruntungannya dengan menyatakan cinta pada Nona namun mereka semua ditolak Nona. alasannya karena sudah ada aku di hatinya. Akupun demikian, beberapa kali mendapatkan surat pernyataan suka dari teman wanita di sekolahku. Bahkan dari adik kelasku pun ada beberapa, sudah tentu tak satupun yang kuterima karena sudah ada Nona di hatiku.
Namun ada satu kejadian yang sangat mengguncang hubungan aku dengan Nona. Yaitu Nona dimintai agar menjadi mak comblang agar bisa mendekatkan aku dengan seorang ukhti. Ukhti itu Maya, kelas 2 junior kami di ekskul DKM. Awalnya Nona keberatan untuk melakukannya, karena tentu saja pemikiran kami tentang pacaran itu hukumnya haram. Namun ukhti itu beralasan hanya sekedar ingin mengungkapkan perasaannya padaku sebelum aku lulus. Aku tau mungkin harapannya bisa menjalin hubungan denganku seperti yang kujalani dengan Nona, tak berpacaran tapi saling berkomitmen menjaga hati hingga waktunya tiba kami bersatu dengan ikatan yang halal. Akhirnya Nona menyanggupi namun tidak sebagai mak comblang namun lebih ke arah penasihat cinta… Hmmm.
Ujian nasional telah selesai, kami kelas 12 sudah tak ada kegiatan belajar lagi di sekolah hanya tinggal menunggu hasil ujian diumumkan. Namun kami, pensiunan pengurus DKM masih harus membantu junior kami menyiapkan acara besar tahunan DKM di sekolah kami. Kami mengadakan rapat di sekretariat masjid sekolah, terdiri dari pengurus DKM kelas 11 dan 12. tentu saja disitu ada Nona dan Maya. Mereka duduk bersebelahan karena 1 divisi di kepanitiaan dan mereka sangat dekat sebenarnya, karena Nona adalah Mentor Maya di pengajian rutin pengurus DKM. Terlihat beberapa kali Maya curi-curi pandang padaku dan Nona memperhatikan itu. Nona terlihat terganggu dengan kejadian itu, sehingga memutuskan untuk segera memberitahu aku tentang Maya. Setelah rapat selesai, Nona mengajak bicara aku di depan masjid.
“Kang, ada yang ingin ngobrol serius dengan Kang Rian..” Ucap Nona “Siapa, Ayahmu..? Kok cepat sekali Teteh ingin memperkenalkanku dengan orangtua Teteh..?” aku menjawab dengan gurauan. “Tapi aku siap… hayo kapan..?” ucapku lagi “Iiihh si Akang mah.. Bukaaannn..” Nona tersipu malu dengan godaanku “Maya Kang, juniorku. Dia mengatakan padaku kalo dia punya perasaan sama Akang. Nona diminta jadi mak comblangnya…” Jelas Nona padaku. “Subhanallah… Kok bisa..?” Tanyaku.. “Ya ga tau atuh Kang…” Nona berkata dengan cemberut. “Hmmm, gimana yaaaa… Hatiku sudah ada yang punyaaa..” Godaku lagi. “Iya tau…” Ucap Nona “Tapi Nona ga bisa nolak permintaannya, Nona kasian sama Maya. dari curhatannya sama Nona dia keliatan suka banget sama Akang..” “Teteh ga masalah kalo Akang poligami.. ga cemburu gitu?” “Iiihhhhhh si Akang mah malah bercanda…” Wajah Nona memerah terlihat jelas. “Pokoknya nanti Akang harus bicara sama Maya, Nona temenin tapi yaa… jangan berduaan nanti terjadi apa-apa..” Nona menutup pembicaraan sambil berlalu meninggalkanku.
Esok harinya, kami masih sibuk dengan persiapan acara besar kami. Aku dan Nona di divisi berbeda di kepanitiaan jadi alhamdulillah ga terlalu sering bersama. Kalo terlalu sering bersama nanti keliatan kalo ada sesuatu dengan kami. Saat aku duduk di depan Masjid tiba-tiba Maya menghampiriku dan menyerahkan sebuah amplop tebal.
“Maaf Kang Rian, ini tolong dibaca… Semoga Kang Rian senang membacanya dan menerima maksud baik Maya..” Ucap Maya. “Apa ini..?” Tanyaku “Baca aja Kang, Maya tau kok kalo Akang suka puisi. Jadi semoga Akang suka juga puisi-puisi Maya. Maya juga suka Puisi Akang.” jelas Maya “Haahh…” Aku terkejut bagaimana bisa Maya tau tentang puisi-puisi itu… “Kok Maya bisa tau Akang suka nulis Puisi..?” “Dulu Akang pernah ketinggalan binder kan di masjid. terus Akang menemukan bindernya di sekre. itu saya yang simpan Kang, soalnya takut hilang bila dibiarkan di masjid, takut ada yang ambil.” jelas Maya. “Kenapa Maya bisa tau itu punya Saya?” “Maya ada di shaf wanita saat itu, liat Akang lagi nulis sesuatu lalu Kang Riang sholat sunnah, pas pergi Kang Rian lupa bawa bindernya.” jelas Maya. “Udah ya Kang ga enak diliat yang lain kalo kita terlalu lama ngobrolnya… dibaca ya Kang..!! Assalamu’alaikum..” Maya berlalu pergi Astagaaaaa… jadi karena puisi-puisiku Maya jadi suka sama aku… Astaghfirullahaladzim…
Malamnya kubuka amplop pemberian Maya dan kubaca puisi-puisinya. ada sembilan buah puisi dan entah kapan dia menulis puisinya, karena puisi yang Maya tulis adalah puisi jawaban dari puisi-puisi aku. Tergugah hatiku membaca puisi Maya karena jujur saja gaya bahasa puisinya hampir sama dengan gaya bahasa puisi buatan Nona. Selesai kubaca aku memutuskan untuk menelepon Nona dan menjelaskan apa yang terjadi. Nona hanya bisa memakluminya karena sudah tau akan terjadi seperti ini. Tapi aku meyakinkan Nona bahwa hatiku tak kan goyah. Di percakapanku dengan Nona, terakhir aku minta Nona untuk memediasi aku dengan Maya, agar bisa membereskan persoalan ini agar tak berlarut-larut. Nona pun menyanggupinya dan kami berencana bertemu bersama setelah acara besar nanti selesai yaitu lusa.
Acara besar telah selesai, kami panitia sangat kelelahan tetapi sangat bersyukur karena acara berjalan dengan lancar dan sukses besar, tinggal persoalanku dan Maya yang harus diselesaikan. keesokan harinya kami mengadakan evaluasi acara. Sangat cepat memang, tapi kami ingin semuanya lekas selesai. setelah rapat evaluasi Nona sudah membuat janji dengan Maya untuk bertemu denganku. Saat bertemu ternyata Nona dan Maya membawa serta Mira dan Sofi teman Maya yang juga anggota DKM. Kami duduk berhadapan, di depanku paling kanan itu Nona, Maya lalu kedua teman Maya.
“Gimana Kang..? ada apa sebenarnya ngajak Nona sama Maya ngobrol begini..?” Nona membuka obrolan. “Ini…” Aku mengembalikan amplop bersisi 9 kertas puisi milik Maya. “Lho Kang,.. Sudah selesai dibaca semuanya..?” Tanya Maya “Sudah.” Jawabku “Oooo iya…” Maya tertunduk malu.
Mira dan Sofi tak berani berkomentar atau bertanya tentang apa yang terjadi dan Nona hanya pura-pura tak tau apa-apa. “Maya pasti mengerti kenapa amplopnya Akang kembalikan. Akang sangat menghargai perasaan Maya, maka dari itu tidak usah lama-lama Akang memberi keputusan agar Maya tak lebih berharap. Semoga Maya mengerti…” Jelasku. “Tapi Kang… Maya sayang sama Akang.” Maya berusaha meyakinkanku Aku, Nona, Mira dan Sofi sangat terkejut mendengar keberanian Maya mengungkap perasaannya di depan kami. “Istighfar Teh…” Mira dan Sofi menenangkan Maya. “Astaghfirullah…” Maya beristighfar sambil memeluk Nona menenggelamkan wajahnya di pundak Nona.. “Mohon Maaf yang sebesar-besarnya… Kang Rian ingin yang terbaik buat Maya.” Ucapku.
Kami terdiam sejenak dan suasana hanya sepi disertai tangis Maya yang terdengar di balik pundak Nona. “Sudah lah May, yang terpenting Kang Rian Udah jujur dan tak membiarkanmu lebih lama berharap. Semakin sakit jika Kang Rian mengungkapkan kebenaran ini nanti-nanti saat rasa suka kamu sama Kang Rian makin membesar.” Mira coba menenangkan Maya. Maya menghadapkan wajahnya padaku dan berusaha tegar… “Iya Kang, terima kasih sudah mau jujur. Maya terima jika bukan Maya yang Akang maksud di dalam puisi-puisi Akang. Tapi Kang, Maya nggak rela jika wanita yang Akang suka tak lebih baik dari Maya…” “Iya… Insya Allah…” Jawabku.
Hanya sekitar 15 menit kami berbicara saat itu dan akhirnya kami kembali pada kegiatan masing-masing. Aku membereskan laporan divisiku dan dan mereka pun melakukan hal yang sama. Terlihat Nona dan Maya yang 1 divisi di kepanitiaan sedang bercanda tertawa kecil bersama. Maya sudah tenang pikirku, jadi aku tak akan terlalu merasa bersalah lagi. Nona sudah berhasil memerankan perannya sebagai mentor yang baik. Memang Nona adalah wanita yang tenang, dewasa dan pintar, “Tak salah aku suka dan kagum sama Nona.” gumamku dalam hati.
Kami selesai memberikan laporan kepada ketua panitia dan akan shalat Ashar berjamaah. Maya dengan mata sembabnya ditemani Nona ke tempat wudhu Wanita sementara aku berjalan menuju tempat wudhu pria. Kami pun seluruh panitia shalat berjamaah.
Selesai Shalat berjamaah Ketua Panitia membubarkan kepanitiaan dan mempersilahkan kami untuk bisa pulang. Aku duduk di teras masjid untuk memakai sepatu, lalu Maya, dan Sofi menghampiriku.
“Akang…” Sapa Maya dengan datar “Iya.. Kenapa..? jangan dendam sama Aku ya!” Gurau ku pada Maya “Iya Kang ga apa-apa.. Tapi Maya penasaran Kang siapa wanita yang Akang suka itu.. Siapa Kang..?” Tanya Maya dengan Paksa. “Hmmm Kasih tau nggak ya…??” “Iiiihh… atuh Kang…” Aku hanya melemparkan pandanganku pada Nona dan Maya menangkap sinyalku memberitahu siapa wanita yang kusukai. Dan tak sengaja Nona pun memandang kami dan melemparkan senyum termanisnya padaku.
“Ooooo… Ternyataaa… Teh No…” “Sssttttt… jangan keras-keras nanti orang-orang pada tau..” Potongku pada Maya. “Kamu sih ga akan bisa ngalahin Teh Nona May…” Kata Sofi.. “hehehehehehe… jelaslah aku kalah..” Maya cemberut “Aku Ridho Kang kalo begitu…” Ucap Nona “Doain Akang istiqomah yaa…” pintaku pada Maya dan Sofi.. “Insya Allah Kang…” Jawab mereka kompak
Akhirnya persoalan itu pun selesai, kami tetap berteman dengan baik. Maya dan Nona pun menjadi lebih dekat. Nona memutuskan memberitahu Maya akan Komitmen kami tentu saja dengan izinku. Maya senang mendengar kabar itu dan selalu mengancamku agar aku tidak mengkhianati Nona.
Semoga niatan baikku nanti akan meminang Nona tercapai… Amiinn
Cerpen Karangan: Jaka L Hakim
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 25 April 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com