Hidup itu lucu, kita bisa tentukan apa yang kita cari. Tapi kita ga bisa atur apa yang kita temukan.
“Terus?” tanya Jihan kebingungan. “Itu Bima Jihan, kakak tingkat kita waktu kuliah dulu. Inget ga?” “Iya inget. Terus hubungannya sama minta bantuan aku apa Sha.” “Jihan tau kan kak Bima itu gimana, kak Bima itu Han, laki laki langka yang harinya disisi nambah ilmu hobinya baca buku dan ga cuma itu waktu kuliah dulu aku tau banget, kak Bima jadi tempat temen temen dan adik tingkatnya bertanya apa aja. Tapi bahkan, dengan segala kecemerlangan otaknya kak Bima tetep hormat banget sama dosen dosen. Amazing kan. Dan yang paling keren Jihan, dia berusaha shalat di masjid terus.”
“Kamu stalkerin dia?” “Bukan itu pointnya.” “Iya aku tau. Kamu mau cerita kalo kamu naksir sama dia.” “Siapa yang engga. Coba Han sekarang aku tanya sama kamu, perempuan mana yang ga naksir sama laki laki yang ganteng, cerdas, lucu, mapan, alim, ganteng” “Sha kamu nyebut gantengnya dua kali.” “I know Han karena diatuh emang seganteng itu.”
“Yaudah oke oke. Terus kamu mau minta bantuan aku apa? Jodohin? Duh Sha kan aku ga kenal.” “No no no. Han, yang aku butuhin adalah kamu ubah aku.” “Makeover?” “Bukan. Kamu tau kan perempuan yang baik” “Untuk laki laki yang baik?” “Cerdas. Han aku kan mau sama kak Bima itu artinya aku harus berubah menjadi lebih baik. Aku harus hijrah Han. Dan yang bantu aku ya kamu.” “Aduh Sha”
“Sebentar sebentar. Nih Han. Ada yang kurang ga?” ucap Sasha sambil mengambil kotak di atas meja. “Ini apa?” tanya Jihan saat melihat isi kotak tersebut. “Ini starterpack hijrah aku.” “Ini… kamu serius?” “Serius banget Han, apalagi pas kemarin ketemu dia di toko buku. Aku yakin Han kalo aku sama kak Bima itu jodoh.” “Duh Sha. Tapi hijrah engga gini juga kali, bukan tentang perubahan fisik. Bukan cuma ubah tampilan.” “Jadi ini semua ga perlu?” “Bukan ga perlu, tampilan yang berubah bisa benget buat ngingetin kita contohnya kaya pasta gigi ini, bagus banget buat ngingetin kita kalo lagi berusaha buat jadi yang lebih baik. Tapi kalo kamu serius” “Aku serius banget Han.” ucap Sasha dengan penuh keyakinan. “Iya aku percaya. Kalo kamu serius, aku mau bantu.” Sasha pun menjawab dengan senyuman.
Kalo mau berubah jadi lebih baik, mulai dari pendisiplinan diri yang sederhana deh, bangun subuh.
“Siapa yang menyediakan?” tanya bunda pada diri sendiri. “Bunda udah bangun.” ucap Sasha yang baru dari dapur. “Eh ini kamu yang siapin?” Ini boleh bunda makan?” “Emang buat dimakan bund. Nih makan makan. Nih telurnya.” jawab Sasha sambil menyajikan makanan. “Tumben.” ucap bunda yang keheranan. “Gimana bun?” “Pinter anak bunda, enak banget.” “Nambah ya nanti.” “Kamu ganti style?” tanya bunda pada Sasha saat menyadari style Sasha berubah. Sasha pun menjawab dengan senyuman sambil melanjutkan sarapannya.
Sasha jangan lupa, selain disiplin diri. Adab dan etika ke orangtua juga harus diubah kan kamu tinggal ada ibu, bismillah bakti sama ibu dijaga baik baik.
“Sasha?” tanya Ajis, teman kerja Sasha pangling melihat penampilan baru Sasha. “Iya Jis.” “Gila beneran Sasha lebar banget jilbab lu.” “Mau nyoba penampilan baru aja.” “Kenapa? Bagusan yang kemarin loh pake yang modern. Yang stylish ini tuh kaya apa ya. Lebay gitu Sha.” ucap Ajis. Dan inget Sha. Ga semua orang akan bisa terima perubahan kamu, harus tahan. “Tapi serius deh cantikan pake jilbab biasa, ini tuh kaya orang gurun tau ga. Malah menurut gue, mending lu ga usah make jilbab, lebih keliatan. Lebih wow. Cakep deh pokoknya.”
“Perasaan ga ada peraturan dari kantor buat ngelarang karyawannya make pakaian apapun asal sopan. Tapi kalo peraturan dan pinalti untuk karyawan yang menggangu dan melecehkan karyawati lainnya sih ada.” ucap mba Shinta atasanku yang mendengar percakapan kami. “Iya mba Shin bercanda kok saya. Sashanya juga ngerti kalo saya bercanda. Iya kan Sha? Ngerti kok dia.” “Yaudah lanjut kerja aja sana.” “Iya mba Shin.” ucap Ajis lalu pergi ke meja kerjanya.
“Kamu penampilan baru?” tanya mba Shinta. “Iya mba.” “Lain kali kalo ada yang begituan jangan diem aja, harus dilawan.” tegur mba Shinta. “Engga papa kan mba pake pakaian begini ke kantor?” “Engga ganggu kinerja kan?” “Insyaallah engga mba.” “Yaudah gapapa, aku lanjut dulu ya.” ucap mba Shinta lalu pergi ke meja kerjanya.
Ternyata berubah menjadi lebih baik memang ga mudah. Bangun disaat orang lain masih terlelap. Melawan ngantuk setelah sebelumnya bekerja seharian. Berbakti dan mengabdi sama bunda. Berusaha lebih rajin dan peduli sama rumah, meski sebenarnya sedang lelah. Harus tahan diri, dari orang orang yang ga bisa menghargai pilihan kita. Belum lagi waktu yang biasanya dipakai istirahat, sekarang dipakai kajian dan majelis ilmu. Setelah satu bulan lebih berjalan, harapanku perubahan ini sesuai dengan apa yang aku harapkan.
[Kak Bima: Salam, Sasha maaf saya terlambat sebentar lagi saya sampai] [Sasha: Iya kak, gapapa aku tunggu. Aku juga baru sampai:)] Kurang lebih seperti itu percakapanku dengan kak Bima di WhatsApp.
“Assalamualaikum Sha.” ucap laki laki yang baru masuk kafe. Dan itu kak Bima. “Waalaikumsalam ka.” jawabku. “Oh iya ini Sha kenalin ini istri saya, Hana.” dan ternyata kak Bima datang dengan istrinya. “Hanan” ucap istri kak Bima. “Sasha. Salam kenal ya kak. Eh duduk dulu kak.” ucapku sambil mempersilahkan mereka duduk.
Aneh… tadinya kupikir aku akan kecewa berat, sedih dan marah kalau hasilnya begini. Tapi… engga tuh. Hijrah yang awalnya kulakukan demi menjadi pantas untuk kak Bima ternyata malah membuatku lebih dekat dengan bunda. Hijrah yang tadinya kulakukan demi mendapat pasangan, justru membuatku mendapatkan predikat karyawan teladan. Hijrah yang awalnya kulakukan demi mendekati manusia, ternyata malah mendekatkan hatiku dengan Sang Pencipta. Ternyata benar apa yang dibilang Jihan, kita boleh memulai hijrah dengan alasan apapun karena ketika kita menjalankannya dengan sepenuh hati, Tuhan akan tetap beri kita hasil terbaik.
Sejalannya waktu pertemuanku dan kak Bima berakhir. “Oke kalau gitu nanti kalau butuh bantuan kepanitiaan, langsung hubungi aja ya.” ucap kak Bima. “Pasti kak, maksih ya kak. Kak Hana makasih banyak ya.” “Iya Sha sama sama, makasih ya.” “Oke kalau gitu kita pamit duluan ya. Assalamualaikum.” pamit kak Bima. “Waalaikumsalam. Hati hati ya kak.”
Bagaimanapun aku tetap berterimakasih kepada kak Bima, karenanya aku menemukan jalan untuk berubah menjadi lebih baik. Aku punya do’a baru sekarang, aku harap aku bisa seperti kak Bima, menjadi inspirasi untuk hijrahnya orang lain. Menjadi motivasi untuk orang lain agar mau berubah menjadi lebih baik.
Cerpen Karangan: Siti Nur Azizah Blog / Facebook: Siti Nur Azizah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com