Saat-saat terindah akan bermula dari kisah yang membahagiakan, dan akan sirna seiring dengan angin yang berlalu, mengenalmu adalah bagian dari kisah terindah yang kuuntai dalam setiap alur cerita hidupku dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan kehidupan ini realistis, setiggi apapun harapanmu untuk terus bersama, sekuat apapun usahamu mempertahankannya, kalau ia sudah mampu dan ingin untuk pergi, maka semuanya akan hanya menjadi angan, semuanya hanya berujung kecewa dan penyesalan yang terus menerus meratap, hidup ini seperti roda yang sudah mendapat kebahagiaan tidak dapat menghindar dari kesedihan, yang sempat melukis senyuman kehidupan akan pamit menyisakan seribu penderitaan.
Percayalah semua yang kita alami dan hadapi saat ini akan memiliki alur cerita dengan akhir terindah sesuai dengan apa yang telah diatur dan diukir oleh Sang Sutradara kehidupan, jika benar dikatakan hidup ini adalah pilihan, iya.. benar memang kita dapat memilih apapun dalam kehidupan ini, namun jangan salah beranggapan jika pilihan yang kita pilih untuk kita jalani saat ini memang bukanlah yang terbaik sehingga kita diarahkan agar menuju kepada kebaikan yang sesungguhnya.
Kalut memang merasionalkan kehidupan ini, sudah merasa memilih dia sebagai seseorang tepat, sudah mengukir kenangan yang indah, namun mengapa pada akhirnya tidak sesuai dengan kesudahan harapan yang kita inginkan, namun percayalah biarkan kehidupan ini berjalan dengan teruslah berikhtiyar untuk mewujudkan apa yang menjadi sebuah harapan agar tidak hanya menjadi abu yang hadir setelah api membara, sebaliknya agar harapan menjadi air yang mengalir deras apabila ada batu maka air itu akan terus berjalan sampai ia menemukan titik dimana batas ia untuk benar benar berhenti, saat kita telah merasa lelah, dan ingin mengakhiri semuanya seolah sudah tidak ada titik terang dalam kehidupan ini namun kita harus dipaksa terus menyusurinya, menyusuri waktu, menyusuri harapan, menyusuri suka dukanya, serta menyusuri hal hal yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi sekalipun.
Disinilah bermula kisahku… Di teras sebuah asrama dengan rindangnya pepohonan, semilirnya angin sore, dan ramahnya suara jejak kaki para santriwati, serta ocehan ocehan receh ketika mengantri di kamar mandi sebuah momen yang akan kurindukan saat masa nyantri telah usai nanti…
Syafaqil Akhmari, anak kedua yang menjadi kakak dari dua bersaudara, sedikit membingungkan namun iya memang begitu adanya aku lahir dari keluarga sederhana dan kental dengan budaya jawa oleh sebab itu anugerah kelahiran kembarku dengan dia Syafaqil Ashfari ku sebut dengan aku anak kedua namun menjadi seorang kakak, 07 November 2001 menjadi tanggal saksi kelahiran kami berdua dengan selang 15 menit di RS. Bersalin Dr. Soebandi, setelah didewasakan oleh keluarga yang begitu luar biasa diusia yang masih belia tepatnya pada usia 12 tahun kami berdua aku yang biasa akrab disapa Syafa dan adikku Ashfa memilih jalan pendidikan yang berbeda, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di luar kota dan memilih asrama sesuai dengan pilihan ibuku, Kota onde-onde adalah tempatku mengampu pendidikan 6 tahun lamanya, sementara adikku memilih menetap di kota dimana kita berdua dibesarkan, Kota udang adalah tempat ia menempuh pendidikan 6 tahun ia berada di sekolah yang dianggap favorit oleh sebagaian orang karena untuk jalur masuknya cukup sulit apalagi untuk menjadi siswa terbaik disana, tidak sedikit orang yang heran mengapa kami memilih jalan berbeda tersebut, namun dengan singkat ketika diterpa pertanyaan ya hanya seringai senyum dari kami sebagai wakil jawaban dari pertanyaan tersebut…
Syafa, sudah tidak asing lagi nama itu ditengah santri santri di ponpesku, dikenal baik oleh semua orang rasanya bersyukur sekali menjadi aku dengan anggapan baik di mata orang banyak, setidaknya saat ini Tuhan sedang menutup aibku, mengemban amanah dengan strata jabatan pengurus di pondok dan sekolah merupakan hal yang rumit bagiku, takut tidak bisa menjaga amanah dengan baik, takut jauh dari rasa bertanggung jawab, serta banyak ketakutan yang sulit untuk dijelaskan, namun ya inilah kehidupan, amanah tidak akan salah dalam memilih pundak kupegang kata kata itu ketika kita dibebani amanah berarti kita dianggap mampu bila diri sendiri masih menganggap pesimis tandanya harus banyak, terus, lagi dan lagi untuk belajar.
Aku diamanahi menjadi ketua OSIS sekaligus wakil OSIP dua beban ini kuanggap sebagai pelajaran kehidupan dan bagaimana caranya aku menjadi orang yang lebih baik, karena semuanya dianggap lebih mengarah kepada kesan mustahil, aku sejak duduk di bangku SMP menjadi siswi yang cenderung pendiam dan menggunakan kromo alus (bahasa jawa halus) ketika diajak berbicara, semua usahaku kala itu mulai dari belajar dengan giat, mencapai akhir baik pada waktunya, saat wisuda SMP tiba aku menjadi siswi terbaik pertama, semuanya kuperoleh bukan serta merta karena aku mahir namun karena setiap apa yang aku lakukan ingin mendapat barokah dari guru apalagi dari Bu Nyai pondokku…
Inilah dia sahabatku, saudaraku, motivasiku, penasehatku, yang selalu ada semenjak kami sama sama pertama kali menginjakkan kaki di pintu asrama tercinta kami. Maheera Putri Anastasya, akrab disapa Maheera adalah teman dekatku sangat dekat seperti benang yang sudah menjuntai menjadi kain, dia adalah seseorang yang bukan hanya sekedar menjadi teman bagiku lebih dari itu bahkan lebih dari apa yang kalian bayangkan tentang kami, dia juga memiliki latar keluarga yang sesederhana keluargaku, berasal dari kota santri Gresik, keluarganya dan kelurgaku lebih enak dianggap keluarga kami, yah kami semua sudah saling mengenal satu sama lain, waktu 6 Tahun tidak cukup sebentar untuk memebangun rasa kekeluargaan diantara kami, terutama aku dan Maheera.
Menjadi mawar yang selalu indah dipandang meski memiliki duri untuk melukai siapapun yang menyakiti, Menjadi sinar mentari pagi bagi mereka yang membutuhkan kehangatan, menjadi pelangi demi seringai senyuman, semuanya didasari satu kata yang ringan ditorehkan, ringan diucapkan namun sulit untuk dipahami dan dilakukan… IKHLAS…
Aku dan Maheera tidak hanya melakukan kegiatan layaknya menjadi seorang santri namun kami juga mengabdi pada ndalem (Istilah Jawa: Rumah Kyai), bentuk dedikasi yang kami berikan tak lain untuk mengalap (Istilah jawa: mengambil) barokah dari dzurriyah Kyai, karena kebetulan Kyai di Pondok Pesantren tempat kami menuntut cahaya kebenaran ini sudah wafat semenjak aku masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah tepatnya kelas 3, bersyukur sekali sebelum beliau benar benar menghembuskan nafas terakhirnya aku sempat melihat seringai senyuman yang berbungah di bibirnya, namun tidak lepas dari selang selang menjulur di sekujur tubuhnya, Pak Kyai adalah sesosok orang yang begitu sabar namun tegas beliau berhasil mencetak alumni alumni yang sangat luar biasa, bahkan banyak sekali cerita cerita yang berdatangan tentang sosok Kyai ini.
Ustadzku… Turmudzi namanya, beliau adalah tangan kanan Pak Kyai pada waktu masih menjadi santri di Pondok Pesantren kami ini, wajahnya yang bersinar, tutur katanya yang santun, dan satu hal yang membuat kita terkagum kagum setiap kali mengenal beliau melalui suaranya yang sangat merdu.
Aku dan Maheera mengabdi pada ndalem yang berbeda, dia berada di ndalem Bu Nyai pertama, beliau sangat lembut sekali tidak pernah terdengar lontaran kata kata kasar yang menyakiti hati, sementara aku berada di ndalem Bu Nyai ketiga, yang mana kebetulan beliau juga yang selama aku nyantri menjadi penyimak hafalanku, tak kalah sabar juga beliau ini memiliki wajah yang sangat cantik karena beliau blasteran pakistan jadi yaa bisa dibayangkan sendiri bagaimana cantiknya Bu Nyai kami… yah begitulah bentuk dedikasi yang biasa dikenal dengan istilah Ngabdi itu seperti yang biasa dilakukan seorang anak terhadap perintah dari ibunya mulai dari menyapu, membeli bahan makanan untuk keperluan ndalem maupun santri santri yang lain, serta masih banyak yang biasa kami lakukan secara tidak teratur karena sebuah perintah kan tidak melulu konteksnya tentang itu-itu saja, kadang kala sebuah perintah secara spontan, dadakan, dan lain sebagainya.
Cerpen Karangan: Taschiyatul Hikmiyah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 12 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com