Sejatinya, semua makhluk akan dihadapkan dengan sebuah perpisahan. Ibarat sudah menjadi hukum alam bahwa pertemuan pasti akan berujung perpisahan. Pisah itu sakit kan? Berat kan? Iya, jelas sangat berat. Apalagi jika berpisah dengan sosok yang sering disebut sebagai kekasih. Namun, ketika hidayah menjemputmu dan berusaha melepaskanmu dari sebuah cinta yang tak seharusnya, maka itulah tanda Dia sayang padamu.
Sebab, sesungguhnya orang yang terlalu mencintai manusia melebihi rasa cinta kepada-Nya, patah hati adalah anugerah yang Dia berikan agar kita sadar betapa sakitnya mencintai sesuatu secara berlebihan. Allah menginginkan hamba-Nya jauh dari hal kemaksiatan. Oleh karena itu, Dia memiliki cara terbaik agar kita senantiasa patuh kepada-Nya.
5 tahun yang lalu, aku sempat berada di posisi itu. Mencintai seseorang secara berlebihan, bahkan selalu mendoakan orang tersebut di setiap sholatku. Aku selalu meminta agar selalu didekatkan dengannya. Bahkan, aku berpacaran dengannya selama 2 tahun. Sungguh bodoh sekali ya aku ini, sudah jelas pacaran itu dilarang, tapi justru malah meminta pada-Nya agar selalu didekatkan dengan orang tersebut. Hilang ke mana akal pikiranku saat itu? Huft, itu sebuah lelucon yang aku lakukan dalam hidup. Namun, aku bersyukur karena Allah ternyata sangat sayang padaku. Allah ingin menjauhkanku dari perbuatan maksiat, sehingga pada akhirnya hubunganku dengannya kandas di tengah jalan.
Kini, aku lebih bahagia menjalani hidup, terbebas dari kegalauan, leluasa menjalani aktivitas, dan tak ada air mata yang disebabkan oleh rasa galau. Inilah aku yang sekarang, jomblo fii sabilillah.
“Hai Reina, bagaimana dengan bintang tamu acara tadi? Hrgh, menyesal sekali aku tidak melihat siaran langsungnya,” ujar rekanku yang bernama Hana. “Alhamdulillah, asyik kok, santai diajak bicara, sepertinya dia memang sudah terbiasa tampil di depan kamera, tenang kok nanti ada tayangan ulangnya.” “Wah serius tuh? Yeayy, aku jadi penasaran, soalnya dia itu sangat viral di sosmed karena pencapaian prestasinya, sayangnya aku tadi ada tugas liputan di luar, jadi tidak bisa stay di studio deh.” “Sudah tenang saja, siapa tahu kamu bisa ketemu dia kan di lain kesempatan.” “Eum betul juga, Rei kita makan siang dulu yuk.” “Oke, yuk.”
Aku kini bekerja sebagai presenter acara di salah satu televisi nasional. Walaupun harus bekerja ekstra, namun aku sangat menikmati profesi ini. Aku memang sangat suka berbicara, sehingga profesi inilah yang benar-benar aku cintai. Memang, pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Ya, sekarang aku sedang menjalaninya.
Di sela-sela makan siang, Hana tiba-tiba bertanya suatu hal padaku. “Rei?” “Hmm, apa Han?” sahutku sambil memotong daging yang sangat alot. “Kamu jadinya pilih Fadil atau Arkan nih?” “Hah? Pilih apanya Han? Memangnya mereka ini barang harus dipilih segala?” tuturku sambil tertawa karena pertanyaan Hana seperti lelucon. “Ya ampun Reina, kamu itu kenapa sih nggak sadar-sadar? Semua orang di sini tahu loh kalo mereka berdua itu sedang berjuang untuk mendapatkan kamu.” “Eum, bagi aku sih mereka ya biasa-biasa saja, toh apa yang mereka lakukan terhadapku juga layaknya rekan pada umumnya.” “Reinaa Reinaa, gemas deh lama-lama sama kamu, sudah jelas mereka itu sering memberi perhatian lebih ke kamu, bahkan mereka suka kasih barang atau makanan ke kamu, itu yang kata kamu biasa saja?” “Iya betul, toh sesama muslim kan memang sudah dianjurkan untuk saling berbagi agar mempererat kekeluargaan, lagi pula kamu juga sering kasih aku makanan Han,” timpalku. “Astagfirullah, baru kali ini menemukan teman yang susah sekali peka, ayo dong pilih di antara mereka mana yang mau dijadikan pacar.” “Perlu diketahui, lelaki terbaik adalah lelaki yang langsung menghalalkan. Dalam hal pacaran, laki-laki itu hanya bisa mengejar, setelah mendapatkan wanita yang ia inginkan, ujung-ujungnya pasti ditinggal, sudah kodratnya memang laki-laki seperti itu. Selama tidak ada keseriusan untuk menghalalkan, laki-laki itu hanya dipenuhi omong kosong belaka,” ujarku. “Masyaallah, bangga sekali punya teman sepertimu, Rei.” “Cinta yang sejati sesungguhnya di mulai setelah pernikahan, Han.” “Iya siap bu ustadzah,” timpal Hana.
Ketika aku dan Hana menikmati makan siang tiba-tiba terdengar percakapan dua orang laki-laki yang sedang membicarakan perihal taruhan. Namun, objek yang dijadikan taruhannya itu seorang wanita. Dalam percakapan tersebut aku mendengar bahwa barang siapa yang bisa meluluhkan wanita itu, maka ialah pemenangnya dan mendapatkan hadiah yang telah disepakati.
Aku dan Hana langsung menghampiri sumber suara tersebut, sebab aku merasa tidak asing dengan suara itu. Ya Rabb, bak disambar petir alangkah terkejutnya aku ketika melihat kedua laki-laki tersebut. Ternyata, selama ini aku dijadikan bahan taruhan oleh Fadil dan Arkan. Aku sangat kecewa, sebab aku bukanlah barang yang berhak dijadikan bahan taruhan. Akan tetapi, aku merasa beruntung karena Engkau jagakan hati hamba dari cinta yang tak seharusnya.
Satu bulan telah berlalu, aku sudah melupakan kejadian taruhan konyol itu. Setelah aku mengetahui kebenaran, Fadil dan Arkan langsung meminta maaf padaku. Awalnya memang berat untuk memaafkan, namun aku berusaha untuk ikhlas atas segala kejadian yang menimpaku dan memaafkan mereka walau terbesit rasa kecewa.
Hari ini adalah hari lamaranku. Seorang abdi negara berhasil menjadi pemenang di hatiku. Beberapa hari setelah lamaran, aku dengannya akan segera melangsungkan pernikahan. Inilah cinta yang seharusnya, ketika seseorang mencintai karena-Nya maka ia akan segera menghalalkan. Aku selalu percaya terhadap rencana indah yang telah disiapkan oleh-Nya. Bangkit dari cinta salah, lalu dikecewakan oleh lelucon taruhan, kini aku telah menemukan sosok yang telah dituliskan oleh-Nya di lauhul mahfudz. Allah is the best planner.
Cerpen Karangan: Icha Annisa Aprilia Blog / Facebook: Icha Annisa Aprilia (Facebook) Namaku Icha Annisa Aprilia. Lahir tanggal 22 April 2004. Asal dari Majalengka. Menulis adalah hobiku. Aku memiliki pencapaian prestasi nasional yakni juara 1 the most markatable Akademi Madrasah Digital 2020. Saat ini, aku menjadi mahasiswa baru IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.