Gladys sangat suka sekali akan kehidupan yang bebas, kekangan paling dibenci. Hidupnya sangat berantakan semenjak Papa Haris meninggal dunia akibat kecelakaan, pegangan pun terasa hilang.
Hingga suatu ketika ia dijodohkan oleh Mas Habib. Semua berubah dirinya terasa diatur. Terpaksa putus dari Rendy. Padahal di hati masih ada sosok tampan pemilik dirinya bersandar di saat rapuh. Semua orang jahat padanya. Belum memihak baik.
Gladys memegang sejadah karena dipaksa beribadah. Setelah resmi menikah sama Habib amarah terus mengganjal di hatinya. “Kenapa engkau pertemukan aku sama dia ya Allah? Aku begitu mencintai Rendy.” ujar Gladys berdoa menitikkan airmata.
Di salah satu club malam Rendy meneguk tiga gelas minuman keras. Keputusan berpisah harus dijalani. Hati hancur mengetahui kalau Gladys sudah jadi istri orang. Tidak berhak lagi menganggu. Perasaan marah, kecewa tergambar jelas.
Sudah dua tahun mereka pacaran sejak sma. Semua berakhir di sini. Perjodohan Gladys terima karena sang Mama mengidap jantung kroner.
“Bro move-on have fun!” ajak Johnson berdansa bersama gadis di tempat hiburan malam.
Kebiasaan kalau sudah mabuk pasti tertidur di jalan. Dan jika pagi menjelang Rendy pasti akan muntah. Menganggu petugas kebersihan. Berbeda sama Gladys berkutat pada ponsel menonton konser Justin Bieber idolanya. Siapa sih tidak suka Justin? Sudah ganteng, idaman pula beda sama Habib sok alim.
Habib membaca salah satu surat pendek mengeluarkan suara merdu. Seketika hati Gladys tersentuh. Entah apa ini? Biasanya gadis itu biasa kalau Diana mengaji kini lantunan Habib berhasil membius seketika merasa bersalah jarang buka Al-Qur’an. Waktu kecil sempat belajar iqra cuma sekarang lupa.
Di perjalanan menuju tempat kerja Habib selalu mengucapkan doa bahkan saat berpamitan sama istrinya. “Jangan lupa kunci pintu, aku pamit wassalam.” “Hm.” jawab Gladys ketus.
Menutup pintu rumah. Bosan di rumah sebesar ini tanpa menyewa pembantu katanya Habib ingin menguji supaya bisa mengerjakan pekerjaan rumah, katanya sih biar mandiri. Semua dilakukan agar Gladys paham akan perjuangan. Bodoh amatlah tentang semua petuah nasehat dari Habib. Ditutupnya telinga secara rapat.
Membuka perpustakaan di ruang tersembunyi. Gladys menemukan buku Bring To Be Jannah Karya Nur Hoiriah membaca seketika hati teriris. Tokoh utama dijodohkan awal tidak saling mencintai.
Malam hari Gladys tiba-tiba mengenakan jilbab panjang gamis menutupi seluruh wajah. Perubahan itu di sambut baik sama Habib yang baru pulang kerja. “Kamu cantik,” puji Habib spontan, saat Gladys tengah berada di meja rias. Menatap sesuatu di bawah Habib. Sudah tau dari aromanya. “Gue begini, cuma iseng udah gak usah geer!” “Isengmu membawa berkah untukku, ini aku bawakan martabak manis.” Kesukaan Gladys kok Habib bisa tahu? Membuka kantung plastik.
Sehabis makan Gladys tertidur di kursi. Perutnya kenyang menghabiskan semua tanpa menyisahkan untuk sang suami. Sehingga Habib mengangkat tubuh sang istri ke tempat tidur. Dorongan dari mana Habib merasa senang menemukan perubahan istri.
“Apa pentingnya sih berhijab Anira?” “Penting.” “Penting kenapa? Jawab jangan sepotong-sepotong.” ucap Gladys di telpon. Anira sudah lebih dulu berhijrah dan berstiqomah penasaran dengan jawaban dari sahabatnya. “Salah satu perintah Allah SWT yang banyak mendatangkan kebaikan adalah menutup rambut (berhijab) bagi perempuan. Allah SWT Berfirman: “Hai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang paling baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (QS. Al-A’raf [7]: 26).” “Ceramah lo bikin gue pusing udah akh gue mau stalker Rendy dulu dia jalan sama siapa?” “Belum move on juga lo dari Rendy dia tuh playboy, gak usah dipikirin mending sama Habib.” ucap Anira menikmati keripik kentang. “Iya karena gue cinta mati sama Rendy, gue gak bisa hidup tanpa dia jiwa gue serasa mati.” “Yaelah ogah banget gue pengen muntah!” Anira melebihkan perkataan. Anak itu memang suka hiperbola. “Muntah sana gue ikhlas kok, wkk…” Tawa lebar terdengar. “Nyebelin banget sih, pagi-pagi bikin gue gak mood buat skripsi.” Anira sedang menyelesaikan kuliahnya dan hari Minggu kampus libur jadi bisa bersantai sejenak.
Di dalam diri Gladys kesanangan paling utama. Berjalan ke minimarket ia bertemu Rendy sedang duduk di motor sport segera ia hampiri. “Kenapa kamu gak cegah pernikahan ini?” Rendy mematung diam. “Karena aku gak bisa, ortu kamu cap aku jelek honey…” Airmata mengalir jatuh. Segitu saja perjuangan dari Rendy Agustin untuknya. Luka di hati semakin menyesakkan dada.
Setahun kemudian… Gladys dan Habib dikarunia anak. Ia masih kaku mengurus bayi. Sampai di mana Habib berkata bahwa ia harus sabar. Sabar bagaimana coba? Hatinya penuh luka. Terlebih kabar undangan dari Rendy sang mantan.
“Kamu masih tidak rela Rendy menikah sama Kila.” jawab Habib mengelus puncak kepalaku. “Iya hiks… aku manja, aku cengeng ya? Aku gak pantas jadi istri kamu aku gak pake jilbab.” “Pakailah, ini hadiah untukmu ayo kita belajar secara perlahan.” Ini pertama kali Gladys tersentuh dan mengenakan penutup kepala.
Pergi ke pesta pernikahan Rendy sebuah senyuman ditampilkan. Ia tidak mau kalau mempermalukan Habib. Dengan tampil santai namun tetap menawan. Rendy terkejut mematung menatap kecantikan dari Gladys.
Cinta bisa membuat penyesalan ternyata itulah perasaan terhias sekarang. Tapi semua sudah jadi bubur sehabis ijab qobul. Mereka pulang. Malam menjadi gelap untuk Rendy dia menemui Gladys di salah satu kafe tempat Gladys membuka usaha. Pas sekali Habib sedang keluar kota urusan kerjaan.
“Ngapain kamu kesini?” tanyanya bingung. “Aku nyesel gak perjuangkan kamu, aku masih cinta sama kamu.” Menatap netra kecil Gladys. “Tapi aku udah beristri gak seharusnya kamu bicara seperti itu…” “Aku gak tau dari mana tapi hati aku gak bisa paksa, aku cuma mau kamu ayo kita kawin lari saja.” Paksa Rendy berhasil menyentuh tangan sehingga merasa hina, dan kotor. “Aku tetap setia sama suamiku sekarang, kamu juga begitu kasian Kila dia tuh cewek baik jangan kamu sia-siakan dia.” Menjawab santai namun nada memohok. “Kenapa karena kamu mencintai dia dan sudah melupakan aku.” Muka memelas sangat menginginkan kepastian segera seluruh pikiran Rendy tertuju pada mantan. “Jawabannya iya Rendy.” Menutup kafe dengan tulisan closed berlari pergi. Sudah lama ia berada di sana. Dan kini menyisahkan percuma. Semua kepingan cinta telah usai, ada yang baru dan lebih baik. Tentunya bukan Rendy. Baru tadi pagi ijab qobul. Sudah mengatakan hal lain kepada seorang wanita yang bukan istrinya.
Semakin hari perasaan tidak tenang dihadapi Habib meninggalkan sang istri terlalu lama. Masa kerja sudah berakhir di sini bisa pulang. Namun tiba di Jakarta dia melihat mata kepalanya sendiri ada Rendy bertamu. Perlahan Habib emosi memukul Rendy. Keluar dari dalam dapur Kila bersama Gladys kaget. “Ada apa ini kenapa kamu pukul suamiku?” “Maafin aku pikir Gladys masih mencintai—” Menarik napas panjang. Helaan terdengar di telinga Gladys. “Aku gak selingkuh, dia datang bersama istrinya sekarang Rendy sudah move-on dari aku, aku tadi di dapur buat kue sama istrinya Rendy.” Habib merasa malu menggaruk tengkuk yang tidak terasa gatal.
Tadinya dia berpikiran buruk selama di Surabaya banyak hal membuat hati Habib terasa tidak tenang. Ditambah sang istri jarang memberikan kabar. “Terus kenapa gak telpon?” “Aku takut ganggu kamu di sana Mas, terus kamu gak nyaman, kamu kan kerja buat aku sama Lyora.” Cerita Gladys.
Mengambil kue coklat dan puding keluar. Kami bersama menikmati tanpa ada curiga. Hijrah memang tidaklah mudah tapi berusaha mencoba dapat kamu rasakan kenikmatan yang sejati. Seperti Gladys menemukan jalan baik ke until Jannah semoga bisa terus Istiqomah. Biar pun godaan terus menghadang.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz
Nama: Titin Usia: 26 Tahun Akun Wattpad: @titinstory akun lama gak bisa login @titinghey Akun NovelToon: TitinKahar
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 2 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com