Semua memanggil aku dengan sebutan Je. Aku tidak terkenal di pergaulan. Sampai suatu hari aku terlambat ke sekolah. Aku bertemu sama dia. Cowok itu tidak terlalu tampan, kulitnya hitam langsat. Tapi manis. Aku memanggil dia Alpha karena itu menang namanya. Dia selalu memakai kalung yang tidak aku ketahui itu apa? Aku bahkan jarang bertanya padanya. Kami semakin dekat dan hari itu aku mengobrol dengannya di rooftop sekolah.
“Nanti mau masuk jurusan apa kalau kuliah?” tanya aku. “Engg… apa ya?” berpikir heran. “Aku mau masuk jurusannya sama kamu aja.”
Hingga akhirnya kami bertekad lulus dan diterima di universitas besar di Jakarta jurusan Psikologi dan dia mengambil jurusan Hukum. Walau berbeda tapi tetap satu kampus.
Alpha suka sekali mengantar aku kemana-mana. Sampai di hari Minggu aku harus berhenti dulu di gereja. Ini waktunya Alhpa bertemu Tuhannya.
Di tengah kebosanan aku menemukan buku harian berwarna hitam.
Dear Diary Aku tidak tahu sampai kapan kami begini terus? Berhubungan tanpa ada ujungnya. Dia gadis baik, sangat perhatian. Aku sayang padanya dan perasaan itu berubah menjadi rasa yang tidak pasti. Karena jika disatukan akan menyakiti diri sendiri. Lantas aku harus bagaimana? Aku tidak tahu.
Setelah membacanya airmataku jatuh. Lalu aku menaruhnya di belakang sebelum ketahuan Alpha. Selesai ke gereja kami mampir makan di kafe. Di sini tempatku biasa menikmati cemilan kentang-goreng.
Alhpa sudah hafal semua seleraku. “Je, kamu mau minum jus jeruk gak?” “Mau yang dingin ya Alpha, sayang Alhpa uh gemes kamu sekarang makin gede.” ujarku mengelus puncak kepalanya.
Di hari berikutnya aku dan Alpha pergi berdua lagi. Alpha duduk denganku di depan dan ia pun mengutarakan isi hatinya. “Aku sayang kamu Jehanna, Je kamu mau kan jadi pacarku?” “Aku mau Alpha.”
Sebelum berangkat ke bioskop aku mampir ke masjid untuk sholat. Di luar Alpha menunggu kadang cowok itu memberi uang kepada pengemis yang lewat, hatinya sungguh mulia. Beda denganku yang suka marah-marah. Mungkin karena gayaku tomboy rambut diikat kuncir, belum lagi aku ceplas-ceplos. Beda sama Alpha pendiam, tenang.
Selesai sholat Alpha bertanya padaku. “Mau tanya tata cara sholat gimana ya?” “Setahuku rukun sholat tuh, aku gak jago-jago banget tapi bisalah dikit.”
1. Berdiri (bagi yang mampu) 2. Takbiratul ihram 3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat 4. Rukuk dengan tuma’ninah 5. Iktidal dengan tuma’ninah 6. Sujud dua kali dengan tuma’ninah 7. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah 8. Duduk dan membaca tahiyat akhir 9. Membaca sholawat nabi pada tahiyat akhir 10. Mengucapkan salam 11. Tertib dengan melakukan rukun secara berurutan
Alhpa terdiam menyentuh tanganku. “Kenapa orang di dalam pakai jilbab, sedangkan kamu tidak kamu kan muslim?” “Belum mau pake, itu sih cuma formalitas aja yang mau silakan, yang enggak gak papa sih, ya udah jalan katanya mau nonton.” Kami pergi menonton film Horror. Aku sama Alpha maniak sama film bergenre seperti ini. Tidak perlu takut ada Tuhan kami yang melindungi.
Cuaca di luar hujan jadi kami terpaksa berteduh. Sejenak Alpha memberikan jaketnya lalu memasangkan kepadaku. Ada rasa nyaman.
Di sana ada masjid. Seorang ustadz berceramah. Aku mendengar jelas suaranya begitu lantang. “Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahi laki-laki musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. al-Baqarah: 221)
Tersentak kaget. Hatiku terasa nyeri. Aku dan Alpha pulang. Beribu pertanyaan mengganggu silih berganti datang. Di kampus semua baik-baik saja sampai seseorang menempel di Mading menyebarkan isu kurang menyenangkan tentangku dan Alpha.
“Alpha aku takut…” “Tenang aku di sini.” Aku berada di pelukan Alpha.
Masih banyak suara-suara penuh kebencian. Tapi kami tetap santai berjalan. “kok bisa mereka pacaran? Udah tau muslim malah ngerusak diri.” Belum lagi fotoku terpasang di Mading. Kedekatan kami siapa sih yang iseng? Pikirku.
Isu kami pacaran perlahan meredup. Mereka seakan tidak menganggap kami lagi. Pasca pelakunya telah tertangkap. Dan Alpha berhasil menghajar cowok bernama Agil. Dia ternyata sempat naksir padaku karena kami berboncengan bersama, ketika Alhpa tanding basket aku tidak di jemput olehnya.
Di tengah waktu santai aku dan Alpha kembali berdiskusi bukan tentang masa depan melainkan masalah pribadi. Ia melihat lebamku. Jadi menanyakan ulang.
“Gimana Kak Guntur masih sering mukulin kamu?” “Masih, tapi aku bisa pake salep kok.” “Btw gak usah bahas kakakku, jadi trauma aku.” jawab aku. Alpha tau kisah kecelakaan beberapa tahun silam saat kedua orangtuaku tewas. Mengingatnya seperti mengulang kenangan pahit yang tidak ingin aku korek keberadaanya.
Sampai di mana Alpha menghilang tanpa kabar. Aku bingung sudah kutelpon tetap tidak di angkat. Lalu aku menerima selembar surat.
Aku Alpha Xeon. Maafkan aku baru mengatakannya sekarang aku di pindahkan ke Surabaya oleh Ibuku. Katanya aku harus ikut ke sana, Oma sakit. Terus Ayah menjodohkan aku sama Velya anak temannya. Aku sayang kamu selalu, aku harap kamu cepat dapat pengganti yang seiman denganmu ada hadiah untukmu.
Membuka sebuah kotak berisi jilbab berwarna putih polos, berserta tasbih. Aku memeluknya meski airmataku jatuh. Tidak akan bisa mengembalikan Alpha di sisiku lagi. Rasa hancur terpuruk aku rasakan. Hubungan aku dan Guntur membaik, aku menemukan jodoh dia yang sekarang berada di wisuda aku.
Aku memanggilnya Abi dia calon tunanganku. Allah telah mempertemukan aku secara dramatis. Disaat aku berjalan di tengah sunyi Abi mengemudikan Avanza hampir menabrakku. Lalu ia berkata padaku, “Aku minta maaf!” “Tidak apa-apa.” “Kenalkan aku Abi Maulana Fahreza.” Tanpa menjabat tangan. Aku sudah tahu dari gelagatnya dia seiman denganku. “Aku Jehanna, panggil saja Je.” Aku membagikan kisahku sepanjang perjalanan. Airmataku terus menetes namun Abi tetap setia menjadi pendengar yang baik. Dan mampu membuatku melupakan tentang Alpha. Tapi bukan membenci hanya berusaha ikhlas dengan keadaan sekarang bahwa kami tak lagi sama.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Akun wattpad: @titinstory Kalau mau tau semua tentangku cek cerpenku di sini ada akun sosmed kalau mau berkenalan makasih kunjungi juga wattpadku see you
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com