Hidupku sebagai umat adalah mengabdi kepada Allah SWT. Walau harus menelan pahit karena aku buta. Dan hidup di keluarga miskin. Tapi tak menyurutkan niatku untuk beribadah. Setiap hari aku selalu ke masjid dekat rumah untuk sholat pake tongkat.
Aku selalu berkata tidak ada yang tak mungkin jika aku mau berusaha itu mottokku menjalani hidup. Aku tinggal bersama Ibu semenjak kecelakaan bus yang membuatku Ayah meninggal karena itu aku buta saat mudik lebaran tahun lalu.
“Bu kuenya ditaruh di mana?” “Ibu yang simpen kue ya kamu istirahat aja.” “Iya Bu.”
Ibuku setiap hari berjualan kue. Suatu hari saat hendak ke warung tiba-tiba aku keserempet mobil. “Kalo jalan lihat-lihat dong.” Jefri mengklakson mobil. “Jangan gitu kasihan dia buta jawab Habib.” “Gak papa Mas, makasih ya Mas jadi ngerepotin.” Pertemuan kami singkat namun mengapa begitu berkesan. Sehabis dari warung aku mampir ke masjid.
Pria yang tadi melihatku sekarang mendapati aku masuk masjid. “Ternyata dia cewek yang Sholeh masih muda, cantik jarang-jarang cewek kayak dia mau masuk masjid walaupun dia gak bisa melihat gue mesti dapatin dia.” ucap cowok itu bersemangat. “Seorang Habib pengen naklukin cewek kayak dia.” Habib mencari penginapan terdekat.
Merasa tidak betah memutuskan keluar sebentar mengelilingi sekitar kampung. Tiba-tiba saja Habib melihat gadis yang menganggu pikirannya. “Assalamualaikum…” “Maaf, siapa ya dan ada apa?” “Gak saya yang waktu itu pernah bermasalah sama Mbak, teman saya hampir nabrak Mbak sih Jefri.” “Oh gak papa saya udah maafin kok.” Aku tersenyum ramah. “Kalau gitu kenalkan saya Habib Sulaiman.” “Oh saya Maryam.” jawabku kikuk.
Habib mengajak aku jalan dia baik berbeda sama cowok sombong itu. Aku kurang suka sama sikap Jefri selalu kasar bahkan hari itu di balai kota. Aku berjalan dan terjatuh membawa kantung belanjaan dia malah meledekku. “Hahahaha…. makanya kalau jalan tuh pake mata, gak punya mata sih.” “Hush jangan ngomong gitu kamu.” Habib beranjak membantu aku. “Gini nih kalau udah bucin, temen dilupain.” Meneguk kopi panas dan juga merokok. Bukan cuma di hari itu saja kejadian sama terulang.
Cowok itu menginjak belanjaan sayur yang aku punya lalu menyentuh daguku. Kemudian merendahkan aku. “Cewek miskin kayak lo gak pantas deketin sahabat gue?” “Saya sama Mas Habib cuma berteman, dia anak yang baik dan sopan.” ujar aku berlari.
Kasihan melihat Ibu yang belum bisa memasak karena semua belanjaan tumpah aku memutuskan membeli mie instan di warung. Terpaksa ngutang uangku habis, namun Mas Habib membayarkan jadi aku berhutang budi padanya. “Saya jadi gak enak Mas, dan saya janji akan membayar semuanya.” ucapku berlalu pergi.
Jefri beberapa kali berubah sampai kepalaku mau pecah rasanya. Dia bahkan mencaci maki aku di depan khayalak ramai. “Si buta mau lewat, si buta sok cantik di depan semua orang pake ngerayu Habib biar apa? Diporotin iya nggak.” Teman KKN Mas Habib menertawai aku dengar mereka tampak tertawa lebar.
Langsung saja aku mendekat. Memaki Jefri tanpa rasa malu. “Biar pun saya buta, saya masih punya harga diri, gak pantas kamu menghina saya.” “Dan saya pastikan karma akan berlaku buat kamu yang selalu merendahkan saya dan bersikap sombong, biar Allah yang membalas.” Manarik rok dengan cepat berjalan dari tempat mereka bersantai. Sementara Jefri merasa bersalah mukanya berubah pucat. Cowok itu jadi tidak merasa tenang. Sudah berlaku kasar pada gadis berjilbab tadi.
Ketika Jefri melihat aku mengajar anak-anak ngaji ia jadi tertarik, seakan ada tarikan magnet membawanya ingin ke sana. Perlahan mengangumi aku dalam diam.
“Permisi Assalamualaikum.” “Walaikumsalam..” “Gue mau belajar ngaji boleh enggak?” “Silakan.” “Ngomong-ngomomg nama lo siapa?” tanya Jefri berbasa-basi. “Saya Maryam Aliza.” “Gue Jefri Raiden.” “Kalau Masnya belum bisa mesti harus belajar, saya gak pernah malu ngajarin siapa pun asal memang niat.” jawab aku membalikan senyuman manis.
Setiap hari Jefri belajar mengaji. Dan ia mulai lancar membaca iqra, Juzz-Amma. Cowok itu tampak tekun. Beda ketika pertama datang ketus, berlaku seenaknya.
“Gue mau nanya apa yang harus gue lakukan kalau gue cemburu sama seseorang?” “Mengambil wudhu dan sholat lima waktu Mas, di coba saja.” Tertunduk tanpa menatap.
Habib datang kemudian bertemu dengan Jefri mengajaknya untuk kembali ke kota. Sudah saatnya meninggalkan desa yang berada di Garut Bandung. Mereka kemari sekadar melakukan KKN. “Aku pamit ya, jangan lupa telpon kamu udah punya nomor aku kan.” “Iya Mas, walaupun gak bisa melihat saya tau kok nomor Mas yang mana.” ucapku melepas kepergian kedua sahabat itu.
Sedangkan Jefri terlihat kesal. Selama belajar tentang Islam tidak ada sedetik pun gadis itu memberikan nomornya. Sedangkan Habib sudah punya. Ia juga harus punya. Segera Jefri menghampiri aku ketika sahabatnya tengah buang air besar di rumah Pak RT.
“Nomormu mana?” “Saya tunggu ini…” ucap aku dengan sukarela.
Kembali masuk mobil jeff keluaran jadul Jefri tersenyum senang. Ternyata gadis itu tidak bersikap jahat, padahal aku sudah memarahinya sejak pertama bertemu.
Di hari berikutnya Jefri kembali ke desa itu. Rasa rindu sudah tidak terbendung. Namun apa yang dia dapat Habib malah berniat melamar gadis itu pupus sudah harapannya memiliki beliau yang dia dambakan. Secara syariat Islam dia tipe idaman membawanya ke surgaNya.
“Mas…” kejar aku berlari. Dadaku sesak. Sebenarnya aku menolak perjodohan yang Abah lakukan sama Habib. Karena ternyata pemilik kebun teh adalah milik Papanya Habib. Aku memasuki daerah kebun bertemu dengannya.
Aroma parfum itu aku kenal sekali. “Kamu nggak salah aku senang kamu cemburu, aku jadi ingat perkataan kamu waktu itu?” “Yang mana gue udah lupa tuh?” “Bahwa cemburumu itu doa karena kamu cemburu lihat aku sama Habib kan, kami memang jodoh tapi aku gak cinta sama dia.” “Kalau Maryam bahagia sama kamu tolong nikahi dia dan bahagiakan aku pergi buat merelekan dia jadi milik kamu asal Maryam gak sedih lagi dia selalu murung semenjak kamu pergi.” jujur Habib dengan perasaan lega.
“Maryam maukah kamu menerima pinangan aku?” “Tentu saja aku mau.” Menatap sekeliling semua orang yang bekerja di kebun teh bertepuk tangan.
Cinta adalah suatu hal wajar semua dapat merasakan. Kini aku dan Mas Jefri memaknai perjalanan hidup sebagai jawaban bahwa kalau jodoh gak akan ke mana.
Mau sejauh apa pun kalau takdirnya sama ya akan berpulang ke hati yang tepat pastinya. Setelah lulus Mas Jefri kembali ke Garut kami membangun sebuah rumah sederhana, dan aku tetap menjadi guru ngaji. Sedangkan Jefri membuka klinik membantu warga yang sakit dan tidak punya biaya.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Nama: Titin Wattpad: @titinstory Kunjungi cerita aku Judulnya Badgirl Vs Ketua Kelas cerita religi sama Dita & Devano semoga kalian sehat selalu.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com