Khaliza gadis cantik yang berjilbab ini adalah seorang gadis yang menghargai hukum Islam. Makanya sampai sekarang ia tidak memiliki kekasih.
“Aku takut melihatmu Jafar kenapa? Itu sangat menganggu dalam menjalankan ibadah puasa.” “Tapi aku hanya ingin bicara bagaimana tawaranku untuk Ta’aruf denganmu?” jawab Jafar pria yang suka padaku. Ia anak orang kaya di kampusku. Tapi sama sekali aku tak menyimpan cinta padanya.
Aku mengenal Syukur. Ayahnya tukang bersih-bersih di kampus, dia mendapat beasiswa gratis di kuliah jurusan pendidikan agama. Sekarang sudah S2. Namun sayang ia tak pernah mau dekat denganku karena ia tahu kita berbeda.
Ayahku ustadz terkenal sering berdakwah di tv. Mamaku dokter gigi. “Maafkan aku Jafar, aku menolak lamaranmu.” “Ada yang salah padaku?” tanya Jafar penasaran. “Tidak kau pria yang santun dalam berperilaku dan rajin beribadah tapi aku tidak mencintaimu maafkan aku…” jawabku berlalu.
Aku melihat Syukur di kantin, ia sedang mengetik sesuatu. “Assalamualaikum apa yang kamu lakukan?” “Nggak Mbak lagi ngetik tugas soalnya harus cepat diselesaikan, ini laptop pinjaman Mbak.” balas Syukur tersenyum. Ternyata Syukur belum mampu membeli laptop. Sedangkan aku punya satu merek yang mahal, dan bisa aku gunakan kapan saja. “Syukur maaf aku permisi dulu, lanjutkan saja kerjanya.”
Sepulang kuliah aku memutuskan ke masjid aku melihat Syukur yang sangat khusyuk sholat. Aku sangat terharu melihat sikap Syukur. Astagafirullah aku telah berdosa karena menatapnya dari jauh. Tertunduk sebelum dia melihatku. Tiba-tiba Jafar melihatku singgah di warung kaki lima. Lalu memanggilku. “Khaliza pulang balik bareng yuk!” ajak Jafar kilatan matanya begitu tajam. “Oh iya.” balas aku menunduk. “Maaf lagian motorku kuparkir di sana Jaf,” balas aku. Bukan mahramnya, dan tak enak merepotkan pria itu.
Keesokan harinya di kampus sedang ramai membicarakan mahasiswa baru muda berbakat. Ia penulis novel islami “Cinta Berlafazkan Rindu.” namanya Asma Oktaviani Syakira.”
“Itu dia…” tunjuk salah satu mahasiswa berkerudung pink. “Mbak kuliah di sini?” tanya salah satu mahasiswa meminta tanda-tangan. “Iya saya sedang ingin kuliah setelah lama mengambil pendidikan S1 jurusan Sastra Inggris.” jawab Mbak Asma ramah. Usianya baru 23 tahun.
Syukur melihatnya dan berjalan membawa buku novel yang dia miliki. Hasil dari menabung. “Kenapa semua cewek dekat sama dia, Syukur juga keliatan naksir sama dia.” umpat aku kesal di dalam hati. “Semua cewek kayaknya suka sama Syukur kurang aku apa?” singkatnya mendengkus kesal.
Semenjak kemunculan Asma Syukur jadi dekat berbeda denganku aku hanya benalu. Tidak dianggap olehnya. Suatu hari Jafar memberi tahu kalau dia melihat foto Syukur dan Asma ciuman.
“Jadi ini foto mereka? Terserah kamu mau percaya atau tidak, aku permisi mau sholat.” ucap Jafar memperbaiki peci. “Subhanallah sungguh mulia hatimu tapi aku yakin ini rekayasamu semata.” jawab aku membantah.
Tiba-tiba mobil Jafar oleng menabrak pohon kami berdua dilarikan ke rumah sakit. Saat Jafar berniat membuktikan foto itu kepadaku. Ternyata ada benturan keras di kepala Jafar.
Khaliza menunggu kehadiran Ternyata dia tidak datang, tapi malah bersama Asma di kafe. “Assalamualaikum…” jawab Mbak Asma masuk. “Ada apa Mbak?” “Tadi saya dengar kalian kecelakaan, makanya saya mau jenguk.” Lengkum bibirnya begitu aku benci. “Syukur mana?” “DIA GAK BISA HADIR KARENA ADA TUGAS, SAYA WAKILKAN DIA BUAT TITIP SALAM.”
“Aku minta maaf Khaliza aku yang rekayasa ini semua, aku cemburu dan akhirnya membuat foto palsu yang aku edit di Photoshop.” balas Jafar menyesali perbuatannya. “Lagipula di dalam Islam gak ada pacaran, jadi saya gak mungkin berbuat zina, buat kamu Mas Jafar jangan terlalu mendambakan wanita melebihi tuhanmu sendiri.” ucap Asma beranjak pergi.
Syukur terlalu banyak menghindar. Aku merasa merindukannya. Mbak Asma juga sudah jarang bertemu Syukur. Padahal mereka selalu bersama. Kedekatan mereka begitu sempurna bagi orang lain. Fokusku kini belajar mengeyam ilmu sampai aku lulus. Melupakan sejenak perasaanku terhadap Syukur.
Sedangkan Jafar juga demikian sama. Di tengah jalan aku melihat Syukur mampir ke fotocopy. Waktu aku melintas di trotoar menunggu jemputan pasti aku bertemu Jafar.
Di tengah pohon rindang aku dan Asma duduk. Kami membahas buku hubungan kami sudah tidak renggang lagi. Karena dia mengajari aku banyak tentang Islam aku juga sharing soal kepenulisan.
“Syukur maafkan aku, aku cemburu kamu sama Asma, sehingga tak jarang aku bersikap menjauh.” “Gak papa tapi aku sebenarnya ada rasa sama kamu, hanya saja aku minderan orangnya!” ucap Syukur. “Iya gak papa kok.” pipiku merona merah ketika Syukur mengucapkan isi hatinya.
“Maukah kamu ta’aruf denganku?” “Aku mau Syukur.” Sementara Jafar terlihat memandang Asma dengan tatapan berbeda. Setelah ada hujan ada pelangi menyinari cinta dengan berbagai warna yang indah. Akan selalu memancarkan kesan berbeda. Jangan terlalu menjadikan cinta sebagai patokan utama, kalian boleh mencintai asal sewajarnya. Kalau jodoh ya terima, kalau bukan ikhlaskan. Kelak titik temu terbaik akan kamu dapatkan.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Nama: Titin Kahar Wattpad:@titinstory
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com